Mohon tunggu...
eli Hayati
eli Hayati Mohon Tunggu... Guru - Guru PAI SD

hobbi nyanyi, biar lebih fress

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kualitas Guru di Era Digitalisasi

7 Desember 2023   18:10 Diperbarui: 7 Desember 2023   18:23 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar Belakang

Salah satu penanda perkembangan peradaban manusia ialah perkembangan teknologi. Perkembangan itu tentunya akan mempengaruhi berbagai macam unsur dalam kehidupan manusia, salah satunya ialah dunia pendidikan.

Pengaruh itu dapat terlihat dari berbagai perbedaan yang nampak dari kegiatan belajar mengajar era digital saat ini dengan masa lalu. Misalnya, dulu, untuk mengakses informasi, siswa hanya bisa mengaksesnya melalui buku, media cetak seperti koran dan majalah, dan tentu saja guru. Sedangkan, kini, siswa dapat dengan mudah mengakses informasi melalui internet.

Perbedaan itu menunjukkan bahwa siswa pada era digital saat ini lebih memiliki akses lebih besar kepada informasi karena adanya perkembangan teknologi. Oleh sebab kemampuannya itu, anak-anak saat ini sering disebut sebagai anak-anak Generasi Z.

Menurut Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd., Generasi Z merupakan generasi digital yang mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer.Bahkan, informasi yang diakses oleh para Generasi Z ini tak terbatas pada informasi yang berkaitan dengan pendidikan saja, melainkan informasi yang berkaitan dengan kepentingan pribadi mereka.

Generasi tersebut memiliki beberapa ciri yang dapat terlihat dalam kehidupan sehari-harinya. Ciri-ciri itu, menurut Arief, seperti sangat suka dan sering berkomunikasi dengan semua kalangan khususnya lewat jejaring sosial seperti facebook, twitter atau SMS. Melalui media tersebut, mereka jadi lebih bebas berekspresi, baik apa yang mereka rasakan atau pikirkan secara spontan.

Atas hal itu, Generasi Z memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, anak-anak yang termasuk dalam generasi tersebut memiliki daya toleransi yang lebih besar terhadap perbedaan kultur dan sangat peduli dengan lingkungan. Lalu, mereka mampu melakukan berbagai aktifitas dalam waktu bersamaan, seperti membaca buku sembari mendengarkan musik.

Sedangkan, kelemahan anak-anak Generasi Z itu ialah selalu menginginkan segala sesuatu secara cepat, tanpa bertele-tele ataupun berbelit-belit. Selain itu, generasi tersebut cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, cenderung egosentris dan individualis, cenderung ingin serba instan, tidak sabaran, dan tidak menghargai proses.

Tentunya hal itu perlu menjadi perhatian seluruh lapisan masyarakat, khususnya para guru sebagai garda terdepan dalam sistem pendidikan Indonesia. Oleh sebab itu, guru harus mampu memahami berbagai perkembangan teknologi dan mampu mengaplikasikannya. Hal itu tentu saja agar dapat menyampaikan ilmu kepada para siswa yang jelas-jelas termasuk ke dalam Generasi Z.

Pengembangan Kualitas Guru

Agar guru mampu menghadapi berbagai perkembangan teknologi itu, Arief mengemukakan, ada sepuluh standar pendidikan yang harus diperhatikan agar mampu memberikan pendidikan yang ideal kepada para peserta didik. Salah satu poin yang tak kalah penting pada standar pendidikan itu ialah standar pendidik dan tenaga kependidikan.

"Ada 10 standar nasional pendidikan yang harus diterapkan. Salah satunya adalah standar kualitas tenaga pendidik dan sarana dan prasarana", ungkap Arief saat mengisi Konferensi Guru Nasional 2016 bertemakan 'Tantangan Masa Kini: Siapkah Guru Indonesia Mengantar Siswa ke Era Digital?'

Soal standar kualitas tenaga pendidik, hal itu sejatinya memang telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10, seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Keempat kompetensi itu merupakan standar utama yang harus dimiliki seorang guru di Indonesia.

Secara sederhana, kompetensi pedagodik berurusan dengan kemampuan guru memahami siswanya dan tahu bagaimana cara penyampaian ilmu kepada para siswanya. Lalu, kompetensi kepribadian mengacu kepada kepribadian guru yang sebisa mungkin menjadi contoh dan teladan siswanya serta mencerminkan kedewasaan dalam cara berpikir dan sikapnya.

Untuk kompetensi profesional, seorang guru diwajibkan mengerti dan memahami ruang lingkup keilmuannya serta mampu menyampaikannya secara jelas dan dapat dipahami oleh siswanya. Dan, kompetensi sosial mengacu kepada kemampuan guru dalam hal berkomunikasi dan bergaul dengan para siswanya.

Keempat kompetensi itu secara satu kesatuan mengharuskan guru terus memperbaharui pengetahuannya, khususnya pada bidang perkembangan teknologi. Dengan memiliki kemampuan itu, maka guru akan dengan mudah menyampaikan pelajaran dan ilmu kepada para siswanya.

Soal guru yang bermutu, Arief mengemukakan, ada tiga hal yang harus dilakukan seorang guru, yakni Pupil Centered (berorientasi pada siswa), Dynamics (dinamis), dan Democratic (demokratis). Dengan melakukan ketiga hal itu, guru tak hanya menjadi seorang pengajar di kelas namun juga bisa menjadi seorang pendidik yang mampu menginspirasi.

Untuk itu, seorang guru harus memiliki kualitas yang tinggi agar dapat menjadi seorang pendidik. Dia harus memiliki preferensi keilmuan yang cukup kuat dan sebisa mungkin termasuk ahli di bidang ilmunya tersebut.

Lalu, guru ideal harus mengetahui sedikit banyaknya tentang pengetahuan psikologi anak. Pengetahuan ini diperlukan sebab setiap siswa yang akan dihadapinya memiliki kepribadian, karakter, dan keunikan yang berbeda-beda. Untuk itu, seorang guru ideal harus memahami kondisi psikologis anak didiknya.

Selain itu, guru ideal harus memiliki referensi metodologis pengajaran yang cukup luas. Dengan begitu, dia mampu menyampaikan materi pembelajaran secara sederhana dan mampu dipahami oleh para siswanya. Akan lebih baik, bila mampu menguasai teknologi terkini sehingga hal itu dapat langsung diaplikasikan dalam metode pembelajarannya. Adapun, kemampuan ini juga diperlukan agar menciptakan suasana kelas yang kondusif.

Dan terakhir, guru harus memahami keadaan sosiologis dirinya dan siswa yang dididiknya. Pengetahuan itu akan sangat membantu memetakan keadaan sosiologi siswanya yang pastinya berbeda antara satu dengan lainnya. Dengan memiliki preferensi sosial yang cukup, maka dia mampu memetakan metode apa yang sesuai diterapkan kepada siswa-siswanya agar ilmu yang diajarkannya dapat dipahami.

Keempat hal itu tentunya dapat menjadi acuan seorang guru bermutu tinggi. Selain itu, seorang guru harus mampu terus mengembangkan diri dan selalu ingin belajar perkembangan yang ada. Sebab, untuk mampu mendidik anak-anak Generasi Z, seorang guru harus memiliki amunisi yang berkualitas dan mampu menjadi insan kreatif.

Butuh Tools yang Tepat

Guru di era digital memang harus memiliki kualitas yang mumpuni agar dapat menjadi seorang pendidik inspiratif. Akan tetapi, kualitas itu tidak akan cukup bila tidak didampingi oleh tools atau piranti yang tepat.

Untuk dapat mendidik anak-anak Generasi Z, dibutuhkan tools berbasis internet yang dapat dengan mudah diakses dan digunakan oleh mereka. Tentunya, akses itu tak hanya berisikan basis informasi dan materi perihal ilmu yang tengah dipelajarinya.

Namun, harus pula memiliki fitur lain yang pastinya membuat siswa leluasa bereksperimen untuk menguasai suatu cabang ilmu tertentu. Oleh sebab itu, kehadiran Quipper di Indonesia sebagai platform pendidikan digital dirasa tepat sebagai tools bagi guru untuk menjangkau siswa-siswanya yang termasuk anak-anak Generasi Z.

Untuk Menjembatani hal tersebut,bagi Guru yang Mengajar di Tingkat Sekolah Dasar sudah semestinya bisa mengikuti perkembangan Zaman, jangan kalah oleh siswa yang sudah faham dengan digitalisasi, walaupun belum 100% siswa memiliki sarana gadget yang mereka miliki. Karena untuk ukuran siswa SD masih banyak kendala juga dengan situasi dan kondisi ekonomi mereka yang belum memadai.

Dalam hal Pembelajaran minimalnya seorang guru SD sudah bisa menggunakan laptop ,infokus sebagai salah satu sarana dalam penyampaian materi supaya siswa tidak merasa jenuh dengan pembelajaran yang serasa monoton dengan hanya menyimak dari sesekali mereka dikenalkan dengan media digital supaya pembelajaran tidak membosankan.Mereka pun akan lebih senang dan lebih antusias selama mengikuti KBM.

Sebagai Pengenalan Digitalisasi untuk Evaluasi Pembelajaran di SD, dengan adanya ANBK (Assesment Nasional Berbasis Komputer )untuk kelas V.Mereka menjawab soal secara Digital dengan bimbingan Guru dan OPS,supaya mereka mengenal Pembelajaran Digital,walaupun hasilnya dengan apa adanya.

Selain itu untuk meningkatkan ilmu Pengetahuan tentang Digitalisasi guru harus aktif mengikuti Webinar yang sekarang sedang Trendy, supaya tidak ketinggalan informasi  dengan kemajuan Digital saat ini.Semoga tulisan ini bisa menginspirasi agar kita mampu dan mau untuk meningkatkan kemampuan kita di bidang tekhnologi.

Semoga tulisan ini bisa menjadi inspirasi agar guru tidak ketinggalan di Era Digitalisasi ini.

Penulis

Eli Hayati

Subang, 07 Desember 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun