Mohon tunggu...
Eli Halimah
Eli Halimah Mohon Tunggu... Guru - open minded

guru

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Religi Keluarga

13 Februari 2024   21:50 Diperbarui: 13 Februari 2024   21:52 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Piutang Berakhir Bahagia (Part I)

Paska pandemi yang membuat seluruh muslim dunia terhambat melaksanakan haji dan umroh, Januari 2022 pemerinatah Arab Saudi membuka kembali perizinan untuk umroh. Tentu itu kabar yang luar biasa menggembirakan. Aku dan suami? Jangan ditanya. Siapa pun muslim pasti sangat ingin bisa melaksanakan haji dan umroh.

Suatu hari suami bercerita masalah piutangnya pada seorang kawan. Karena sudah bertahun-tahun, suami berniat untuk dipakai saja untuk umroh. Kebetulan kawan suami ini memiliki travel haji dan umroh.

Aku setuju dengan usul suami. Saat kami tanyakn pada anak sulung, dia pun setuju. Ini membantu kedua belah pihak, agar masalah piutangnya bisa terselesaikan dengan baik. Ya, masalah piutang sering kali berakhir tidak terduga. Bisa baik, bisa juga buruk.

Setelah sepakat, suami mengabarkan hal tersebut. Kawan suami menyambut hal itu dengan senang juga. Satu alasan supaya masalah utangnya bisa terpenuhi dan dia pun mendapat tambahan kuota jamaah.

Kami berkeinginan agar bisa melaksanakan umroh sekeluarga. Dia pun memberikan pilihan untuk menjadikan uang itu sebagai DP untuk kami sekeluarga pergi umroh. Jumlahnya baru bisa meng-cover 3 orang. Kurang 3 orang lagi, karena keluarga kami berjumlah 6 orang. Suami, saya, dan 4 anak. Suami pun menyetujui tawaran itu.

Setelah beberapa bulan suami memberi kabar bahwa dia mendapatkan rezeki yang tak terduga. Jumlahnya, Alhamdulillah, bisa untuk kami sekeluarga pergi umroh, kakak perempuanku, dan tiga orang ustadz. Jumlah kami bersepuluh.

Alhamdulillah pelunasan pun terlaksana.

Setelah proses pelunasan, suami dan kawannya mulai menyeting waktu. Di sini terjadi berkali-kali perubahan. Pertama, anak kedua kami akan melaksanakan KKN selama satu bulan dan setelahnya harus membuat laporan yang harus dipresentasikan. Dia tidak mungkin memutus tahapan itu karena jelas ini berhubungan dengan sistem.

Kami sebagai orang tua mengalah saja. Setalah anak kedua beres dan punya waktu yang longgar, giliran anak ketiga yang punya agenda pondok yang tidak boleh ditinggalkan. Kami kembali diharuskan menunda keberangkatan.

Dalam masa penentuan waktu yang tepat itu, aku mengusulkan pada suami agar umroh ini bisa sambil mengunjungi negara lain. Turki adalah negara yang sangat ingin kami kunjungi. Suami setuju dan segera memberi kabar pada kawannya. Dia setuju dan berjanji akan membuat itenary perjalanan kami.

Alhamdulillah kami bisa menentukan waktu yang tepat yang semua anggota rombongan bisa. Februari adalah waktu yang kami pilih.

Di bulan Januari, kami melaksanakan manasik. Tempatnya di sebuah vila di kawasan puncak, Bogor. Maklum saja, kawan suami berdomisili dan berkantor di daerah Cijeruk, Bogor.

Aku bersama anak sulung (Fauzan), anak ketiga (Shidqi), dan si bungsu (Akifa) di satu mobil. Sedangkan suami dan anak kedua (Adnan) satu mobil dengan tiga ustadz. Salah satu ustadz membawa juga dua putrinya. Bersyukur kapasitas mobilnya banyak, meskipun sedikit berdesakan.

Kakak perempuanku (Kang Yuhan) yang tinggal di Cirebon pergi diantar dua adik kami. Si perempuan bungsu (Titin) dan si bungsu (Dedi). Ikut dalam rombongan juga anak bungsu Kang Yuhan yaitu Afkar dan bungsunya Titin, Razeev.

Saat ketemu di tempat manasik, suasana luar biasa ramai dan heboh. Biasalah, adikku, Titin, selalu ramai di mana pun. Apalagi ketemu dengan semua anak-anakku. Semakin kehebohannya menjadi. Dia hampir nangis karena ingin juga bisa pergi umroh tiga bersaudara (Kang Yuhan, aku, dan Titin). Semoga Allah menakdirkan suatu saat kami bisa beribadah di tanah haram bersamaan. Amin.

Di sana hadir juga beberapa calon jamaah lain. Kami saling berkenalan, bertegur sapa, dan saling menanyakan lokasi tinggal.

Acara manasik pun dimulai pada sore hari selepas Asar. Kami mendapatkan informasi tentang semua hal perihal peribadatan umroh hingga tata cara penggunaan kain ihram bagi laki-laki.

Acara terhenti karena kumandang azan Magrib. Setelah salat Magrib kami melanjutkan acaranya. Kali ini membahas tentang run down acara, dari pergi, lantas ke Turki, hingga pelaksanaan umroh.

Di bulan Januari itu, Turki beberapa kali mengalami gempa. Beritanya cukup membuat orang cemas. Banyak korban yang terperangkap dalam bangunan. Sebagian selamat, ada yang luka-luka, dan tidak sedikit juga yang meninggal.

Paska kami manasik, paginya kami mendengar berita buruk itu lagi. Ya, gempa di negara Turki, negara yang akan kami kunjungi. Kawan suami masih memiliki ibu. Usianya memang sudah sepuh. Mendengar berita gempa itu, beliau melarang anaknya (kawan suami) untuk meneruskan rencana berkunjung ke Turki.

Demi menaati perintah seorang ibu, akhirnya paginya kami menadakan rapat dadakan. Menentukan keputusan akhir.

Ada beberapa alternatif yang ditawarkan pihak travel:

  • Tetap umroh tetapi ditambah harinya.
  • Umroh tetap 9 hari dan Turki digani dengan Mesir.
  • Kalau yang tetap ingin ke Turki boleh menunda hingga situasi lebih kondusif.

Setelah melewati adu argumentasi yang cukup panjang, jamaah terpecah menjadi 2.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun