Mohon tunggu...
Eli Halimah
Eli Halimah Mohon Tunggu... Guru - open minded

guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inspirasi Pagi

12 Februari 2024   14:14 Diperbarui: 12 Februari 2024   14:19 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pukul lima tiga puluh pagi tadi, saya buka wa. Di grup Emak KEPO, terpampang maklumat zoom tentang umroh back packer. Waktunya saat itu juga. Wah, menarik, nih.

Langsung  saya buka laptop dan masuk dalam ruang maya itu. Syukur acaranya baru saja dimulai oleh Pak Cah.

Acaranya semi formal, jadi tidak membosankan. Nara sumber kali ini adalah Pak Boedi Dewantoro, pelaku umroh bag packer bersama keluarga.

Beliau pun mengisahkan segala sesuatunya, mulai dari persiapan hingga perjalanan umroh plus yang sangat memorable.

Pada tahap awal, Pak Boedi membentuk kepanitiaan dalam keluarganya. Luar biasa, kan? Suami, istri, tiga anak, dan dua menantu semua harus melaksanakan tugas sesuai jobdes nya masing-masing.

Ada anak-anak yang tugasnya hunting tiket pesawat, hotel, dan lokasi yang akan dituju. Pak Boedi menggambarkan keseruan mereka di tahap ini. Bagaimana anak-anak harus benar-benar up date terhadap harga tiket. Mereka harus jeli melihat perbedaan harga tiket yang ditawarkan oleh beberapa maskapai.

Mereka harus komunikasi online pada malam hari karena perbedaan waktu di Indonesia dan di luar sana. Cukup lama mereka melewati proses ini. Dan itu berarti anak-anak Pak Boedi harus begadang demi mendapat tiket yang sesuai dengan keinginan keluarga mereka.

Beruntung anak dan menantu Pak Boedi sangat up date dan terampil dalam teknologi dan aplikasi-aplikasi yang menunjang rencana mereka.

Pada akhirnya  didapatlah tiket dari Seibu, maskapai milik Philipina yang menawarkan harga sangat ekonomis, yaitu 10 juta untuk tiga seat. Tiket ini untuk rute Jakarta, transit Manila, ke Dubai.

Saat di Dubai mereka menemui masalah. Ternyata tiket dari maskapai tadi tidak menyediakan visa untuk masuk ke Saudi Arabia. Mereka sempat tertahan beberapa saat di imigrasi. Beruntunglah anak dan menantu Pak Boedi fasih berbahasa Inggris karena pengalamannya bekerja di bidang perminyakan yang menuntutnya bepergian ke luar negeri. Bahada Inggris bukan masalah baginya. Juga salah satu putranya sangat fasih berbahasa Arab. Proses tarik ulur pun berjalan seimbang. Mereka mampu mengimbangi pressure yang muncul dari otoritas bandara Dubai.

Akhirnya mereka menggunakan maskapai dari Arab Saudi agar mendapatkan free visa untuk masuk ke negara ini selama 4 hari.

Karena sejak awal konsep keluarga ini adalah bag packer, maka logistik jelas harus dipersiapkan dengan matang. Para wanitalah yang harus menyiapkan konsumsi untuk keluarga selama perjalanan 14 hari itu. Maka, perbekalan lauk-pauk kering yang awet pun mereka persiapkan. Dari abon, kecap, mie instan, hingga menu wajib yaitu sambal.

Pagi hari mereka akan masak untuk sarapan. Makan siang tentu kondisional karena mereka pasti sedang berada di luar, dan makan malam terkadang masak terkadang makan di luar.

Selama dua hari di Madinah, mereka mendiami aparteman yang juga didapatkan secara online. Cukup ekonomis. Mereka berhasil mendapatkan apartemen dua lantai yang cukup besar, dengan 4 kamar untuk 7 orang. Untuk akomodasi ini, Pak Boedi dan keluarga cukup mengeluarkan uang sebesar Rp. 2.5 juta untuk dua hari. Jika dihitung, per kepala hanya kisaran di bawah serstus lima puluh ribu. Luar biasa ekonomis.

Sedangkan di Makkah, mereka menginap di hotel dengan biaya perkamar Rp. 700.000 per malam. Tentu ini sudah terhitung dengan sarapan. Lagi-lagi amat ekonomis.

Saat di Madinah, mereka menyewa mobil untuk keperluan selama dua hari tersebut. Sedangkan di Makkah, mereka menggunakan shuttle bus yang disediakan pihak hotel untuk keperluan tamu menuju masjidil harom. Sedangkan untuk ke tempat-tempat lainnya mereka menggunakan taksi.

Saat di Madinah, mereka mengunjungi Universitas Islam Madinah. Menurutnya, sejak saat ini, kampus ini menerima kunjungan bagi masyarakat luar dengan terlebih dahulu mengisi form pengajuan di aplikasi yang telah mereka sediakan. Lagi-lagi penguasaan dan up date terhadap teknologi sangat dibutuhkan dan terlihat jelas manfaatnya.

Saat kunjungan dilakukan, di kampus tersebut sedang berlangsung internatiaonal festival. Seluruh mahasiswa dari berbagai negara membuat stand masing-masing. Sebuah pengalaman yang sangat menakjubkan.

Mereka juga mengunjungi tempat-tempat dilaksanakannya haji, yaitu Mina dan Arafah. Mereka juga mengunjungi Jabal Rahmah dan Jeddah.

Di Makkah mereka mengunjungi sebuah  universitas internasioanal. Kampus ini menerima mahasiswa nonmuslim juga dan memberlakukan aturan yang berbeda. Mahasiswa nonmuslim (China mendominasi, menurutnya) diperbolehkan tidak menggunakan hijab. Kampus ini sangat modern dengan fasilitas dan teknologi yang sangat canggih.

Selain Arab Saudi, mereka juga mengunjungi beberapa negara seperti Turki, Yordania, dan tentu saja Philipina dan Dubai sebagai negara transit. Namun, sayang sekali perjalanan mereka selain di Arab Saudi tidak diceritakan. Bisa jadi karena waktu yang terbatas.

Sesi tanya jawab dilakukan bersamaan dengan Pak Boedi mendeskripsikan perjalanan petualangan keluarga ini. Sehingga suasana zoom menjadi sangat komunikatif. Peserta termasuk saya, mendapatkan wawasan baru yang sangat bermanfaat dan menantang.

Umroh bag packer  memang sedang ramai saat ini di media sosial. Akan tetapi pagi ini saya dan seluruh peserta zoom mendapatkan gambaran yang sangat bagus, teknis, dan detail karena langsung dari pelaku umroh bag packer itu sendiri.

Salah satu peserta menanyakan kesulitan yang mereka hadapi dalam perjalanan ini. Menurut Pak Boedi over all berjalan relatif aman dan lancar. Ada banyak keseruan yang mereka dapatkan, terutama saat di Dubai karena terkendala masalah visa.

Pak Boedi menyarankan pada siapa pun yang berniat melakukan perjalanan  umroh bag packer, pastikan ada anak-anak muda yang sehat karena harus mengurus dan angkat-angkat koper dan tas sendiri dan juga melek teknologi. Penguasaan Bahasa Arab dan Inggris pun menjadi sangat penting. Jika tidak, kita tentu akan banyak menemui kendala. Seperti saat kita mencari taksi untuk pergi ke tempat-tempat yang hendak dituju.

Di akhir sesi, Pak Boedi mengkalkulasikan pengeluaran untuk perjalanan ini. Menurutnya biaya per orang berada pada kusaran tiga puluh juta rupiah. Mungkin, perbedaannya tidak terlalu signifikan dengan umroh plus Turki yang ditawarkam travel. Namun, banyak hal lain yang sangat berkesan dan tidak bisa dibandingkan dengan materi. Pengalaman batin dan kebersamasn keluarga dalam segala hal.

Saya sendiri sangat takjub dengan petualangan keluarga ini. Dalam hati saya pun berharap suatu saat bisa berpetualang sekeluarga seperti mereka. Semoga Allah berkenan mewujudkan impian saya ini.

Terakhir, Pak Cah menutup acara zoom dengan meminta seluruh peserta membaca doa kafaratul majlis.

Alhamdulillah, pagi ini mendapat cerita yang menginspirasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun