Mohon tunggu...
Eli Halimah
Eli Halimah Mohon Tunggu... Guru - open minded

guru

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dusta

1 Juni 2021   11:25 Diperbarui: 1 Juni 2021   11:56 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

By: Elhalima

Semalam
Aku mencuri bayangmu
Dari langit-langit mimpi
Memasung jiwa penuh lara
Pada selembar kertas nista
Luruh kian dalam
Lalu terdampar di ujung kelam
Berwajah duka
Berparas lara

Ada gejolak
Saat senyummu hilang terhanyut petang
"Daun yang pergi meninggalkan hidupnya, tak mendendam pada ranting" sergahmu
"Tapi aku bukan daun" elakku

Kerongkongan tersekat lekat
Sebab kau lama bermesra dengan dua nikmat
Kian kelabu
Mengharu biru

Lara ini makin nyata
Derita ini sebuah tanda
Dan
Nyalang matamu menampar gelisahku

Sepenuh tawa kausisir luka
Mencincangnya  bersama taburan kecewa
Nikmati tiap tetes merahnya rasa
Di atas semangkuk dusta yang kau beri nama setia

Untuk apa bintang bersama rembulan
Jika tak bisa seiring jalan
Dusta dan kemunafikan
Redupkan sebatang suluh kepercayaan
Hingga mati di ujung malam
Kembali pada hampa dan kekosongan

Cilegon, 01062021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun