Secara umum, kata "spiritual" berakar dari kata dalam bahasa Inggris yaitu, "spirit" yang berarti, semangat, jiwa, roh, sukma, mental, batin, rohani, dan keagamaan. Sementara secara psikologis spiritual memiliki pengertian yang terkait dengan nilai-nilai transcendental.
Berdasarkan pengertian semacam ini mengacu pada pengalaman manusia secara umum yang mengandung pengertian tentang makna, tujuan, dan moralitas. Sedangkan mindfulness sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai kesadaran perhatian dan aktivitas mengingat.
Kesadaran merupakan sesuatu yang menyadarkan manusia akan pengalaman yang dilaluinya. Sedangkan perhatian merupakan kesadaran yang difokuskan, sementara mengingat berarti ingat untuk memperhatikan pengalaman dari waktu ke waktu.
Mindfulness sendiri senantiasa mengalami perkembangan karena dalam praktiknya membawa bukti banyaknya manfaat yang diterima oleh pelakunya dalam meningkatkan "coping stress" pada masalah kesehatan yang bersifat klinis maupun nonklinis.
Manfaat berikutnya adalah efek positif dan "self compassion" sehingga dapat meningkatkan relasi romantis.
Secara konseptual-sistematis, mindfulness merupakan terjemahan dari istilah dalam ajaran Buddha yaitu "sati" yang oleh Sang Buddha sendiri dimasukkan ke dalam empat kebenaran mulia.
Adapun yang dimaksud dengan empat kebenaran mulia adalah kepercayaan mendasar dalam agama Buddha yang di dalamnya berisi aspek-aspek doktrinal sebagai berikut:
- Eksistensi "dhukka" atau penderitaan, yakni pandangan yang menyatakan bahwa kehidupan senantiasa terkait dengan penderitaan sehingga diperlukan langkah-langkah tertentu guna membebaskan diri dari penderitaan tersebut.
- Faktor-faktor spesifik yang menyebabkan terjadinya "dhukka"Â atau penderitaan. Faktor-faktor penyebab dari "dhukka" perlu diselidiki guna menemukan cara yang akurat untuk mengatasinya.
- Keyakinan yang menyatakan bahwa "dhukka" dapat diakhiri dengan cara-cara tertentu.
- Keyakinan yang menegaskan bahwa ada cara-cara tertentu yang dapat digunakan untuk mengakhiri "dhukka"Â atau penderitaan.
Mindfulness sendiri dapat digolongkan ke dalam kerangka kebenaran yang keempat, yakni menyangkut cara yang digunakan dalam usaha mengakhiri suatu penderitaan. Bahkan, Sang Buddha mengkreasi kepustakaan khusus yang berisi pembahasan tentang mindfulness yang disebut dengan "Satipatthana Sutta".
Sutta atau kitab ini mengandung empat fondasi untuk mencapai mindfulness dalam ajaran Buddha. Dapat pula dikatakan bahwa mindfulness merupakan jantung dari ajaran Budha yang otentik.