Mohon tunggu...
Eliezer Mei Kriswanto
Eliezer Mei Kriswanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas (The Critical Voice, Eliezer Mei Kriswanto).

Bersama bacaan dan tulisan saya menikmati kebebasan berpikir. Namun saya bukan penciptanya. Saya ingin menciptakan kebebasan dan menikmatinya dari buah pemikiran yang saya tuangkan dalam karya tulis. Selamat membaca dan berpikir bebas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Belajar dari Sang Buddha: Meniti Karsa Spiritual Mindfulness di Pagi Hari

2 Maret 2024   01:52 Diperbarui: 3 Maret 2024   15:40 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara umum, kata "spiritual" berakar dari kata dalam bahasa Inggris yaitu, "spirit" yang berarti, semangat, jiwa, roh, sukma, mental, batin, rohani, dan keagamaan. Sementara secara psikologis spiritual memiliki pengertian yang terkait dengan nilai-nilai transcendental.

Berdasarkan pengertian semacam ini mengacu pada pengalaman manusia secara umum yang mengandung pengertian tentang makna, tujuan, dan moralitas. Sedangkan mindfulness sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai kesadaran perhatian dan aktivitas mengingat.

Kesadaran merupakan sesuatu yang menyadarkan manusia akan pengalaman yang dilaluinya. Sedangkan perhatian merupakan kesadaran yang difokuskan, sementara mengingat berarti ingat untuk memperhatikan pengalaman dari waktu ke waktu.

Mindfulness sendiri senantiasa mengalami perkembangan karena dalam praktiknya membawa bukti banyaknya manfaat yang diterima oleh pelakunya dalam meningkatkan "coping stress" pada masalah kesehatan yang bersifat klinis maupun nonklinis.

Manfaat berikutnya adalah efek positif dan "self compassion" sehingga dapat meningkatkan relasi romantis.

Secara konseptual-sistematis, mindfulness merupakan terjemahan dari istilah dalam ajaran Buddha yaitu "sati" yang oleh Sang Buddha sendiri dimasukkan ke dalam empat kebenaran mulia.

Adapun yang dimaksud dengan empat kebenaran mulia adalah kepercayaan mendasar dalam agama Buddha yang di dalamnya berisi aspek-aspek doktrinal sebagai berikut:

  • Eksistensi "dhukka" atau penderitaan, yakni pandangan yang menyatakan bahwa kehidupan senantiasa terkait dengan penderitaan sehingga diperlukan langkah-langkah tertentu guna membebaskan diri dari penderitaan tersebut.
  • Faktor-faktor spesifik yang menyebabkan terjadinya "dhukka" atau penderitaan. Faktor-faktor penyebab dari "dhukka" perlu diselidiki guna menemukan cara yang akurat untuk mengatasinya.
  • Keyakinan yang menyatakan bahwa "dhukka" dapat diakhiri dengan cara-cara tertentu.
  • Keyakinan yang menegaskan bahwa ada cara-cara tertentu yang dapat digunakan untuk mengakhiri "dhukka" atau penderitaan.

Inpuhttps://homecare24.id/buddha-meditasi/t sumber gambar
Inpuhttps://homecare24.id/buddha-meditasi/t sumber gambar

Mindfulness sendiri dapat digolongkan ke dalam kerangka kebenaran yang keempat, yakni menyangkut cara yang digunakan dalam usaha mengakhiri suatu penderitaan. Bahkan, Sang Buddha mengkreasi kepustakaan khusus yang berisi pembahasan tentang mindfulness yang disebut dengan "Satipatthana Sutta".

Sutta atau kitab ini mengandung empat fondasi untuk mencapai mindfulness dalam ajaran Buddha. Dapat pula dikatakan bahwa mindfulness merupakan jantung dari ajaran Budha yang otentik.

Latihan mindfulness dibutuhkan dalam menghadapi kondisi "dhukka" atau penderitaan batin yang dipicu oleh kondisi-kondisi tertentu. Kondisi-kondisi yang dimaksud terkait dengan ketidakpastian yang hadir secara nyata dalam kehidupan.

Ketidakpastian semacam itu telaah menempatkan banyak individu dalam perangkap berbagai perenungan negatif yang mengakibatkan kondisi psikologis seseorang menjadi tidak sejahtera atau bahkan menderita.

Hal ini dapat terjadi karena kecenderungan dari manusia untuk menginginkan sesuatu atau tidak menginginkan sesuatu. Sikap yang tidak toleran atau tidak menerima suatu kondisi tertentu dapat memicu terjadinya peningkatan stress yang mengarah pada depresi.

Stress yang terjadi pada diri seseorang mengakibatkan kondisi tubuh menjadi kehilangan keteraturannya sehingga membuat tubuh memproduksi hormon kortisol dan adrenalin yang membuat tubuh dan sistem syaraf mengalami penegangan, dan juga hipertensi yang dirasakan oleh penderitanya.

Usaha untuk menurunkan tingkat stress dilakukan dengan cara meditasi mindfulness yang berisi aktivitas pelatihan yang meletakkan konsentrasi pada kesadaran.

Tahap lebih lanjut dari aktivitas dan pelatihan ini adalah usaha untuk meningkatkan taraf atau level dari kesadaran yang selanjutnya dapat membawa berbagai proses mental dapat terkontrol dalam cara yang lebih sadar.

Dengan demikian dapat dimengerti bahwa mindfulness berkenaan dengan pelatihan kesadaran tingkat lanjut melalui praktik medidatif. Waktu yang paling tepat untuk melatih kesadaran adalah pagi hari.

Sering kali dikatakan bahwa pagi adalah waktu yang terbaik untuk melakukan sesuatu yang baik seperti misalnya membaca, mandi dan makan.

Tidak hanya itu, pagi hari merupakan waktu yang tepat untuk melakukan meditasi. Adapun meditasi dalam hal ini merupakan cara untuk merelaksasi tubuh, menenangkan pikiran, menyegarkan kembali mental, dan membangkitkan spiritualitas.

Dalam ajaran Buddha, aktivitas meditasi senantiasa melatih seseorang untuk meletakkan fokus pada pernafasan. Hal ini menyebabkan pagi hari dengan kondisi kualitas oksigen merupakan yang terbaik menjadi pilihan waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas meditasi.

Waktu pagi hari yang terbaik untuk melakukan meditasi adalah dari jam 04:30 pagi sebelum sarapan. Meditasi mindfulness yang dilakukan pada waktu tersebut merupakan meditasi individual. Sedangkan meditasi kolektif dapat dilakukan pada pukul 08:00 pagi.

Sang Buddha sendiri telah mengajarkan tentang arti penting mindfulness sebagai jantung usaha membebaskan diri dari penderitaan batin dan hidup. Dengan kata lain penderitaan hidup dalam berbagai jenisnya dapat dihadapi dengan baik melalui kesadaran sepenuhnya yang kita miliki.

Seseorang harus berada dalam kesadaran penuh untuk tidak terseret dalam aktivitas yang cenderung menjebak seseorang pada penderitaan. Meskipun memulai kehidupan di pagi hari sering kali sulit dengan aktivitas spiritual, namun pembebasan dari penindasan merupakan motivasi terbesar untuk membangun karsa spiritual berupa aktivitas mindfulness pada waktu pagi hari.

Selamat mencoba !

***

Referensi:

Chrisna, P. P. N., & Arianti, R. (2023). Meditasi Agama Buddha: Sejahtera Psikologiss dengan Mindfulness. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 5(2), 2808--2817.

Norouzi, E., Gerber, M., Masrour, F., Vaezmosavi, M., Puhse, U., & Brand, S. (2019). . Implementation of a mindfulness-based stress reduction (MBSR) program to reduce stress, anxiety, and depression and to improve psychological well-being among retired Iranian football players. Psychology of Sport and Exercise. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.psychsport.2019.101636

Visalo, P. P. (1989). A Morning Meditation. Liberation, Religion and Culture.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun