Mohon tunggu...
Eliezer Tri Dirgantara
Eliezer Tri Dirgantara Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hanya karyawan biasa, punya beberapa blog yg sudah tidak pernah dibuka :P

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Pitbul dan Landak

13 Agustus 2014   07:10 Diperbarui: 2 Desember 2015   15:38 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah seekor anjing dari keturunan yang katanya nenek moyangnya adalah petarung. Berperawakan bagus, kekar, berisi dan mempunyai tampang menawan.  Dari silsilah keluarganya tidak diragukan lagi jika sejak kecil anjing ini layak untuk digadang-gadang menjadi seekor anjing pejuang yang sukses dikemudian hari.

Terlepas dari masa kanak-kanaknya yang nakal, masuklah dia ke sekolah khusus agar keterampilannya bertempur bisa terasah dengan baik. Segala bentuk latihan yang keras berhasil dilaluinya dengan baik, dari joging agar nafasnya menjadi kuat, latihan melompat agar bisa menyerang lawan yang lebih besar, mengigit agar otot rahangnya makin kuat tak terkalahkan. Dan tubuhnya pun makin terlihat gagah dan tegap. Dengan keterampilannya yang didapatnya dari latihan ini, gonggongan terasa sudah tidak penting lagi. Sekali ada kesempatan, pastilah lawan akan dibikin tunggang langgang kalau tidak mau tercabik-cabik.

Suatu hari, timbul keinginan untuk mengikutkannya dalam suatu perlombaan besar yang sangat bergengsi. Segala persiapan sudah dilakukan jauh hari sebelum yang lain mulai sadar akan adanya perlombaan tersebut. Tanpa liputan media yang gemerlap, tahapan lomba diikutinya dengan tekun. Walau kadang langkahnya tersandung oleh kekalahan-kekalahan kecil. Tapi semangatnya untuk berjuang membuat langkahnya tidak pernah surut demi mencapai posisi puncak dalam perlombaan agung ini.

Dari sisi dunia yang lain, tersebutlah seekor Landak yang tiba-tiba populer. Landak tidak segesit kucing atau musang. Setiap serangan terhadap dirinya dihadapinya hanya dengan bertahan. Jika membayangkan Landak adalah manusia, cukuplah serangan itu dibalas dengan senyum yang seolah mengejek, karena tiap kali diserang Landak malah membelakangi lawannya sambil mengangkat duri-duri dipunggungnya. Sehingga walau Landak bertampang jelek, tapi dia terkenal sebagai musuh besar bagi ular. Bahkan ular yang sangat beracunpun, dia kebal terhadap racunnya. Landak tidak mempunyai kecenderungan agresif, tapi perlindungannya hanyalah dengan cara bertahan dan berlindung dalam karunia yang dimilikinya yaitu duri.

Sebuah takdir yang tidak dinyana, ketika suatu hari Landak dari bantaran kali ini harus berhadapan dengan Pitbul yang terlatih dan dari ras yang terhormat. Entah apa yang salah dalam pertarungan ini. Dilihat dari latar belakang kedua binatang ini, seharusnya gampang ditebak siapa yang akan mendominasi pertempuran, tapi hasil pertandingan berkata lain. Pitbul yang sejak kecil dilatih untuk bertempur dan digadang-gadang jadi pemimpin justru terjerumus dalam sikap delusional hingga menjadi megalomania. Karena gemas berhadapan dengan Landak yang hanya bertahan dan bergantung pada karunia Tuhan ini. Pitbul jadi stress.

Rasa sakit pun tidak menyurutkan niat Pitbul untuk mengalahkan Landak. Maka tak terelakkan lagi, Pitbul perkasa berubah menjadi badut tidak lucu, dengan wajah penuh berhiaskan dengan duri Landak, seolah kulit wajahnya sudah mati rasa, tidak ada lagi urat malu. Ambisi yang tanpa pikir panjang membuatnya terluka parah. Yang dilawannya sesungguhnya bukan hanya seekor binatang lemah, tapi adalah sebuah sistem pertahanan ciptaan yang Maha Kuasa. Serangan membabi buta itu hanya akan membuatnya semakin parah.

Sampai kapankah Pitbul akan berhenti menyerang? Sedangkan wajahnya sudah penuh dengan duri landak. Apakah tidak ada kamus legowo dalam hati pitbul? Pitbul yang malang... [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Sumber gambar: http://otonoshi.blogspot.com/2005_09_01_archive.html"][/caption]

Sumber gambar: otonoshi.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun