Mohon tunggu...
Eliezer Panjaitan
Eliezer Panjaitan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Akuntansi

NIM 55522110007 - Dosen Prof. Dr. Apollo, M.Si.Ak - Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Kritik Teknologi dan Digitalisasi Manusia Teori Martin Heidegger (55522110007_Eliezer TM Panjaitan)

17 Desember 2023   00:16 Diperbarui: 17 Desember 2023   00:57 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Martin Heidegger, (lahir 26 September 1889, Messkirch, Schwarzwald,  Jerman dan meninggal 26 Mei 1976, Messkirch, Jerman Barat), filsuf Jerman, termasuk di antara eksponen utama eksistensialisme. Karyanya yang inovatif diontologi (studi filosofis tentang keberadaan, atau keberadaan) danmetafisika menentukan jalannya filsafat abad ke-20 di benua Eropa dan memberikan pengaruh yang sangat besar pada hampir setiap disiplin humanistik lainnya,  termasuk kritik sastra, hermeneutika, psikologi, dan teologi.

Heidegger adalah putra seorang sexton dari gereja Katolik Roma lokal di Messkirch, Jerman. Meskipun Heidegger  dibesarkan dalam lingkungan yang sederhana, bakat intelektualnya yang jelas membuatnya mendapatkan beasiswa agama Katolik untuk melanjutkan pendidikan menengahnya di kota tetangga, Konstanz.

Saat berusia 20-an, Heidegger belajar di Universitas Freiburg di bawahHeinrich Rickert dan Edmund Husserl. Heidegger menerima gelar doktor dalam bidang filsafat pada tahun 1913 dengan disertasi tentang psikologi, Die Lehre vom Urteil im Psychologismus: ein kritisch-positiver Beitrag zur Logik ("The Doctrine of Judgment in Psychologism: A Critical-Positive Contribution to Logic").

Pada tahun 1915 Heidegger menyelesaikan tesis habilitasi (persyaratan untuk mengajar di tingkat universitas di Jerman) pada teolog Skolastik John Duns Scotus.  Pada tahun berikutnya studi Heidegger tentang teks-teks Protestan klasik oleh Martin Luther, John Calvin,  dan lain-lain menyebabkan krisis spiritual, yang hasilnya adalah penolakannya terhadap agama masa mudanya, Katolik Roma. Heidegger menyelesaikan perpisahannya dengan Katolik dengan menikahi seorang Lutheran,  Elfride Petri, pada tahun 1917.

Buku Martin Heidegger/ Dok Harper Torchbooks
Buku Martin Heidegger/ Dok Harper Torchbooks

Dalam buku "The Question Concerning Technology" karya Martin Heidegger, beberapa tema yang dibahas dalam buku tersebut adalah:

1. Teknologi sebagai Modus dari Pengungkapan (Revealing)

Heidegger menyoroti bahwa teknologi bukan hanya sekadar alat atau mesin, tetapi merupakan suatu modus dari pengungkapan (revealing) yang memengaruhi cara manusia memahami dunia. Teknologi memainkan peran penting dalam membentuk cara manusia melihat dan berinteraksi dengan dunia di sekitarnya.

2. Pengungkapan sebagai Esensi dari Teknologi

Heidegger menekankan bahwa esensi (essence) dari teknologi tidak hanya terletak pada produk-produk teknologi itu sendiri, tetapi pada cara teknologi mengungkapkan (reveals) hubungan antara manusia dan dunia. Teknologi memengaruhi cara manusia memahami diri mereka sendiri dan lingkungan mereka.

3. Bahaya Pengambilalihan oleh Teknologi

Heidegger mengingatkan tentang bahaya pengambilalihan (enframing) oleh teknologi, di mana manusia cenderung melihat dunia dan diri mereka sendiri melalui lensa teknologi. Hal ini dapat mengurangi kedalaman pengalaman manusiawi dan mengarah pada pandangan instrumental terhadap dunia.

4. Hubungan antara Teknologi dan Ontologi

Heidegger menyoroti hubungan antara teknologi dan ontologi, yaitu bagaimana teknologi memengaruhi cara manusia memahami eksistensi dan keberadaan mereka. Dia menekankan bahwa pemahaman ontologis tentang teknologi penting untuk memahami dampak teknologi pada manusia dan dunia.

Dalam konteks filsafat Heidegger secara keseluruhan, tema-tema ini mencerminkan perhatiannya terhadap cara teknologi memengaruhi cara manusia memahami diri mereka sendiri, eksistensi, dan hubungan dengan dunia. Heidegger menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak ontologis dan eksistensial dari teknologi, serta mempertanyakan asumsi-asumsi yang mendasari perkembangan teknologi modern. Dengan demikian, esai ini mencerminkan perhatian Heidegger terhadap hubungan antara manusia, teknologi, dan eksistensi.

Dalam konteks digitalisasi manusia, Heidegger mungkin akan menyoroti bagaimana penggunaan teknologi digital, terutama dalam bentuk komputasi dan kecerdasan buatan, memengaruhi cara manusia berinteraksi dengan dunia dan sesama manusia. Dia mungkin juga menekankan bahaya dari penggantian pengalaman manusiawi dengan pengalaman digital yang cenderung mengurangi kedalaman dan autentisitas pengalaman manusia.

Digitalisasi manusia adalah proses di mana manusia semakin tergantung pada teknologi digital untuk memenuhi kebutuhan dan aktivitas sehari-hari mereka. Hal ini terjadi karena semakin banyak aspek kehidupan manusia yang terdigitalisasi, seperti komunikasi, hiburan, belanja, dan bahkan pekerjaan.

Digitalisasi manusia dapat memiliki dampak positif, seperti memudahkan akses informasi dan mempercepat proses bisnis. Namun, digitalisasi juga dapat memiliki dampak negatif, seperti mengurangi interaksi sosial langsung, meningkatkan ketergantungan pada teknologi, dan mengurangi privasi.

Salah satu contoh digitalisasi manusia adalah penggunaan media sosial. Media sosial memungkinkan manusia untuk terhubung dengan orang lain di seluruh dunia, tetapi juga dapat memengaruhi cara manusia berinteraksi dengan orang lain secara langsung. Selain itu, media sosial juga dapat memengaruhi cara manusia memandang diri mereka sendiri dan orang lain, terutama dalam hal citra diri dan persepsi sosial.

Digitalisasi manusia juga dapat terkait dengan penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan komputasi awan. Penggunaan teknologi ini dapat memudahkan manusia dalam melakukan tugas-tugas tertentu, tetapi juga dapat memengaruhi cara manusia berpikir dan membuat keputusan. Selain itu, penggunaan teknologi ini juga dapat memengaruhi lapangan pekerjaan dan memunculkan pertanyaan tentang etika dan privasi. Penting untuk mempertimbangkan dampak teknologi pada manusia dan lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat mencakup pertimbangan tentang bagaimana teknologi digital memengaruhi cara manusia berpikir, merasakan, dan berinteraksi dengan lingkungan mereka. Oleh karena itu, perlu adanya kajian yang lebih mendalam tentang dampak digitalisasi manusia dan bagaimana manusia dapat mengelola penggunaan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab.

Dok. Pribadi 2
Dok. Pribadi 2

Martin Heidegger, memiliki pandangan kritis terhadap teknologi modern dan bagaimana teknologi memengaruhi manusia dan dunia. Dalam pandangan Heidegger, teknologi modern cenderung memperlakukan alam dan manusia sebagai sekadar sumber daya yang dapat dimanfaatkan, tanpa mempertimbangkan dampak ontologisnya. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa Heidegger akan memiliki pandangan kritis terhadap digitalisasi manusia.

Pandangan Heidegger terhadap teknologi sangat kritis dan kompleks. Menurut Heidegger, teknologi bukan hanya sekadar alat atau mesin, tetapi merupakan suatu modus dari pengungkapan (revealing) yang memengaruhi cara manusia memahami dunia. Oleh karena itu, kita harus mempertimbangkan dampak ontologis dan eksistensial dari teknologi pada manusia dan dunia. Heidegger menekankan bahwa teknologi modern cenderung memengaruhi cara manusia memandang dunia dan diri mereka sendiri. Dalam konteks digitalisasi manusia, Heidegger mungkin akan menyoroti bagaimana penggunaan teknologi digital, terutama dalam bentuk komputasi dan kecerdasan buatan, memengaruhi cara manusia berinteraksi dengan dunia dan sesama manusia. Dia mungkin juga menekankan bahaya dari penggantian pengalaman manusiawi dengan pengalaman digital yang cenderung mengurangi kedalaman dan autentisitas pengalaman manusia.

Heidegger juga menyoroti bahaya dari pandangan instrumental terhadap teknologi, di mana teknologi dianggap semata-mata sebagai alat untuk mencapai tujuan manusia. Kritik ini menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan dampak ontologis dan eksistensial dari penggunaan teknologi, dengan demikian, eksplorasinya membantu kita mempertanyakan asumsi-asumsi yang mendasari pengembangan teknologi modern dan mengajak kita untuk mempertimbangkan dampak ontologis dari penggunaan teknologi.

Dalam konteks digitalisasi manusia, Heidegger mungkin akan menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak teknologi pada manusia dan lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat mencakup pertimbangan tentang bagaimana teknologi digital memengaruhi cara manusia berpikir, merasakan, dan berinteraksi dengan lingkungan mereka. Oleh karena itu, Heidegger mungkin akan menekankan pentingnya penggunaan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab, serta mempertimbangkan dampak ontologis dan eksistensial dari penggunaan teknologi pada manusia dan dunia.

Menurut Martin Heidegger, pandangan mengenai teknologi tidak hanya terbatas pada alat atau mesin, tetapi juga mencakup cara manusia memahami dan berinteraksi dengan dunia di sekitarnya dan juga merupakan modus pengungkapan (revealing) yang memengaruhi cara manusia memahami dunia. Menurut Heidegger, teknologi bukan hanya alat untuk mencapai tujuan, tetapi juga merupakan cara di mana dunia dan diri manusia diungkapkan dan dipahami.

Heidegger menyoroti bahwa perkembangan teknologi tidak hanya terjadi secara linier atau sebagai akumulasi pengetahuan dan kemajuan teknis semata. Bagi Heidegger, perkembangan teknologi juga melibatkan perubahan dalam cara manusia memandang dunia, memahami diri mereka sendiri, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Heidegger mengemukakan konsep "enframing" (Gestell) untuk menggambarkan bahaya dari cara teknologi memengaruhi cara manusia memandang dunia. Enframing mengacu pada cara di mana teknologi dapat mengambil alih cara manusia memahami dunia dan diri mereka sendiri, sehingga mengarah pada pandangan yang terbatas dan terkondisikan oleh teknologi.

Heidegger juga menyoroti bahaya pengabaian terhadap esensi (Wesen) dari teknologi. Menurutnya, manusia cenderung terjebak dalam penggunaan teknologi tanpa mempertimbangkan esensi sejati dari teknologi itu sendiri, yang dapat mengarah pada alienasi dan pengabaian terhadap aspek-aspek penting dari keberadaan manusia.

Dalam mengkritik teknologi, Heidegger menyoroti bahaya dari pandangan instrumental terhadap teknologi, di mana teknologi dianggap semata-mata sebagai alat untuk mencapai tujuan manusia. Kritik ini menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan dampak ontologis dan eksistensial dari penggunaan teknologi, serta mempertanyakan asumsi-asumsi yang mendasari perkembangan teknologi modern.

Dalam konteks digitalisasi manusia, kritik Heidegger terhadap teknologi mungkin juga menyoroti bagaimana digitalisasi dapat mengubah cara manusia memahami diri mereka sendiri dan hubungan mereka dengan dunia di sekitarnya. Hal ini dapat mencakup pertimbangan tentang bagaimana teknologi digital memengaruhi cara manusia berpikir, merasakan, dan berinteraksi dengan lingkungan mereka.

Dalam mengaitkan diskursus kritik teknologi dan digitalisasi manusia dengan pemikiran Heidegger, penting untuk mempertimbangkan konsep-konsep seperti "Gestell" (enframing) dan "Ge-stell" (challenging-forth), yang merupakan inti dari kritik Heidegger terhadap teknologi modern. Konsep-konsep ini dapat memberikan landasan filosofis yang kuat untuk mengeksplorasi dampak teknologi dan digitalisasi terhadap manusia dan dunia.

Eksplorasi Martin Heidegger tentang teknologi dan ontologi dalam karyanya memberikan kontribusi penting terhadap pemahaman kita tentang dunia modern. Beberapa kontribusi utama dari eksplorasi ini adalah sebagai berikut:

1. Pemahaman Mendalam tentang Dampak Teknologi

Heidegger membantu kita memahami dampak teknologi modern pada cara kita memandang dunia, diri kita sendiri, dan hubungan kita dengan lingkungan. Dengan menyoroti bagaimana teknologi memengaruhi cara kita mengungkapkan dan memahami dunia, Heidegger membantu kita mempertimbangkan dampak ontologis dan eksistensial dari perkembangan teknologi modern.

2. Kritik terhadap Pandangan Instrumental terhadap Teknologi

Heidegger secara kritis menyoroti pandangan instrumental terhadap teknologi, di mana teknologi dianggap semata-mata sebagai alat untuk mencapai tujuan manusia. Dengan demikian, eksplorasinya membantu kita mempertanyakan asumsi-asumsi yang mendasari pengembangan teknologi modern dan mengajak kita untuk mempertimbangkan dampak ontologis dari penggunaan teknologi.

3. Pemahaman tentang Hubungan antara Manusia, Teknologi, dan Eksistensi

Melalui eksplorasinya tentang teknologi dan ontologi, Heidegger membantu kita memahami hubungan kompleks antara manusia, teknologi, dan eksistensi. Dia menyoroti bagaimana teknologi memengaruhi cara kita memahami diri kita sendiri dan eksistensi kita, serta bagaimana pemahaman ontologis tentang teknologi penting untuk memahami dampak teknologi pada manusia dan dunia.

Dengan demikian, eksplorasi Heidegger tentang teknologi dan ontologi dalam karyanya ini memberikan kontribusi penting terhadap pemahaman kita tentang dunia modern dengan mengajak kita untuk mempertimbangkan dampak ontologis dan eksistensial dari teknologi, serta mempertanyakan asumsi-asumsi yang mendasari perkembangan teknologi modern. Hal ini membantu kita untuk lebih bijaksana dalam menggunakan dan mengembangkan teknologi, serta memahami dampaknya pada manusia dan dunia.

Dok. Pribadi 3
Dok. Pribadi 3

Beberapa hal penting pada karya Martin Heidegger adalah sebagai berikut:

1. Heidegger menggunakan istilah "Gestell" atau "framing" untuk menggambarkan cara di mana teknologi memahami dunia dan mengubah hubungan manusia dengan dunia. Framing menciptakan pola pikir di mana segala sesuatu dianggap sebagai sumber daya yang dapat dimanipulasi dan dioptimalkan oleh teknologi. Manusia menjadi bagian dari kerangka ini dan melihat dunia melalui lensa teknologis. Teknologi bukan hanya sekadar alat atau mesin, tetapi merupakan suatu modus dari pengungkapan (revealing) yang memengaruhi cara manusia memahami dunia. Oleh karena itu, kita harus mempertimbangkan dampak ontologis dan eksistensial dari teknologi pada manusia dan dunia.

2. Teknologi dapat mengambil alih (enframing) cara kita memandang dunia dan diri kita sendiri, sehingga kita cenderung melihat dunia dan diri kita sendiri melalui lensa teknologi. Oleh karena itu, kita harus mempertanyakan asumsi-asumsi yang mendasari pengembangan teknologi modern dan mengajak kita untuk mempertimbangkan dampak ontologis dari penggunaan teknologi. Enframing adalah cara kerangka teknologi tersebut merubah pemahaman kita tentang eksistensi dan keberadaan. Manusia tidak lagi melihat dunia sebagai sesuatu yang bernilai secara inheren, tetapi sebagai sesuatu yang dapat dimanfaatkan atau dimanipulasi oleh teknologi. Dalam konteks digitalisasi, ini bisa mencakup pandangan manusia terhadap informasi, data, dan koneksi sebagai komoditas yang dapat diukur dan dimanfaatkan.

3. Heidegger menunjukkan bahwa teknologi dapat menyebabkan manusia "lupa akan keberadaan" atau melupakan sumber asal eksistensi mereka. Dalam konteks digitalisasi, ini dapat merujuk pada kecenderungan kita untuk terlalu terfokus pada alat dan data, dan melupakan makna dan nilai yang mendasari keberadaan manusia. Pemahaman ontologis tentang teknologi penting untuk memahami dampak teknologi pada manusia dan dunia. Kita harus mempertimbangkan bagaimana teknologi memengaruhi cara kita memahami eksistensi dan keberadaan kita.

4. Heidegger menyatakan bahwa teknologi mengeluarkan atau menantang segala sesuatu ke dalam keberadaannya. Teknologi mengekstraksi, memproduksi, dan mengelola sumber daya sesuai dengan logika efisiensi dan produktivitas. Dalam dunia digital, ini dapat dilihat dalam ekstraksi data, penggunaan algoritma untuk memecahkan masalah, dan pengejaran efisiensi melalui teknologi. Kita harus mempertimbangkan dampak teknologi pada lingkungan dan masyarakat. Kita harus mempertimbangkan dampak teknologi pada lingkungan dan masyarakat, serta mempertimbangkan cara-cara untuk mengembangkan teknologi yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab.

5. Heidegger menyarankan bahwa mungkin ada harapan dalam penggunaan yang benar dari teknologi, yang disebut "saving power" atau "kekuatan penyelamatan." Meskipun teknologi dapat menjadi tantangan, Heidegger menyarankan bahwa pemahaman yang benar dan penggunaan yang tepat dapat membantu manusia menyelamatkan diri dari konsekuensi destruktifnya.

Kita dapat mempertimbangkan dampak ontologis dan eksistensial dari teknologi pada manusia dan dunia, serta mempertanyakan asumsi-asumsi yang mendasari pengembangan teknologi modern. Kita juga dapat mempertimbangkan cara-cara untuk mengembangkan teknologi yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Dalam pandangan Heidegger, pemahaman ontologis tentang teknologi penting untuk memahami dampak teknologi pada manusia dan dunia. Kita harus mempertimbangkan bagaimana teknologi memengaruhi cara kita memahami eksistensi dan keberadaan kita. Oleh karena itu, Heidegger menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak teknologi pada lingkungan dan masyarakat, serta mempertimbangkan cara-cara untuk mengembangkan teknologi yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Pandangan Heidegger terhadap teknologi sangat kritis dan kompleks. Dia menyoroti dampak ontologis dan eksistensial dari teknologi pada manusia dan dunia, serta mempertanyakan asumsi-asumsi yang mendasari pengembangan teknologi modern. Oleh karena itu, pandangan Heidegger dapat membantu kita untuk lebih bijaksana dalam menggunakan dan mengembangkan teknologi, serta memahami dampaknya pada manusia dan dunia.

Heidegger melakukan kritik terhadap teknologi dan digitalisasi manusia karena ia melihat bahwa teknologi modern telah mengubah cara manusia memandang dunia dan diri mereka sendiri. Menurut Heidegger, teknologi bukan hanya sekadar alat atau mesin, tetapi merupakan suatu modus dari pengungkapan (revealing) yang memengaruhi cara manusia memahami dunia. Oleh karena itu, kita harus mempertimbangkan dampak ontologis dan eksistensial dari teknologi pada manusia dan dunia.

Heidegger juga menyoroti bagaimana teknologi dapat mengambil alih (enframing) cara kita memandang dunia dan diri kita sendiri, sehingga kita cenderung melihat dunia dan diri kita sendiri melalui lensa teknologi. Dalam konteks digitalisasi manusia, Heidegger melihat bahwa teknologi digital telah mengubah cara manusia memandang diri mereka sendiri dan hubungan mereka dengan dunia. Teknologi digital telah mengubah cara manusia berinteraksi dengan lingkungan dan orang lain, serta memengaruhi cara manusia memahami eksistensi dan keberadaan mereka.

Heidegger juga menyoroti pandangan instrumental terhadap teknologi, di mana teknologi dianggap semata-mata sebagai alat untuk mencapai tujuan manusia. Dalam konteks digitalisasi manusia, Heidegger melihat bahwa teknologi digital seringkali digunakan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa mempertimbangkan dampak ontologis dan eksistensialnya pada manusia dan dunia.

Dok. Pribadi 4
Dok. Pribadi 4

Hubungan antara teknologi dan digitalisasi manusia, termasuk dalam konteks bidang auditing. Menurut Heidegger, teknologi tidak hanya sekadar alat atau mesin, tetapi merupakan suatu modus dari pengungkapan (revealing) yang memengaruhi cara manusia memahami dunia. Dalam konteks digitalisasi manusia di bidang auditing, pandangan Heidegger dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Pengaruh Ontologis: Heidegger menyoroti bagaimana teknologi modern, termasuk teknologi digital, dapat mengubah cara manusia memandang dunia dan diri mereka sendiri. Dalam konteks auditing, digitalisasi manusia melalui penggunaan teknologi dapat memengaruhi cara auditor memahami informasi audit dan proses audit itu sendiri. Heidegger mungkin menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak ontologis dari digitalisasi manusia dalam konteks pengungkapan (revealing) informasi audit.

2. Pengaruh Eksistensial: Heidegger juga menyoroti bagaimana teknologi dapat memengaruhi eksistensi manusia. Dalam konteks auditing, digitalisasi manusia dapat memengaruhi cara auditor bekerja, berinteraksi dengan informasi audit, dan berkolaborasi dengan klien. Heidegger mungkin menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak eksistensial dari digitalisasi manusia terhadap cara auditor berada di dunia dan menjalankan tugas-tugas audit mereka.

3. Bahaya Enframing: Heidegger mengingatkan tentang bahaya enframing, di mana teknologi dapat mengambil alih cara manusia memandang dunia dan diri mereka sendiri. Dalam konteks auditing, digitalisasi manusia melalui penggunaan teknologi dapat mengarah pada enframing, di mana auditor cenderung melihat informasi audit melalui lensa teknologi, yang dapat memengaruhi cara mereka memahami dan menafsirkan data audit.

Dengan demikian, pandangan Heidegger terhadap hubungan teknologi dan digitalisasi manusia di bidang auditing mungkin menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak ontologis dan eksistensial dari teknologi, serta menghindari bahaya enframing dalam penggunaan teknologi dalam proses audit. Heidegger mungkin mendorong para auditor untuk mempertimbangkan bagaimana teknologi dan digitalisasi manusia memengaruhi cara mereka memahami informasi audit dan menjalankan tugas-tugas audit mereka, serta untuk mempertimbangkan cara-cara untuk tetap terbuka terhadap pengungkapan yang lebih autentik.

Dalam bidang auditing, teknologi dan digitalisasi manusia memiliki hubungan yang kompleks. Teknologi telah memainkan peran penting dalam mengubah cara audit dilakukan, mulai dari pengumpulan data hingga analisis dan pelaporan. Di sisi lain, digitalisasi manusia, atau penggunaan teknologi digital dalam aktivitas sehari-hari, juga memengaruhi cara auditor bekerja dan berinteraksi dengan informasi audit.

Pertama, teknologi telah memungkinkan pengembangan sistem informasi yang memungkinkan pengumpulan data yang lebih efisien dan akurat. Sistem informasi yang terintegrasi dapat membantu auditor dalam mengakses data dari berbagai sumber dengan lebih mudah, memungkinkan analisis yang lebih mendalam dan pemantauan yang lebih efektif terhadap transaksi bisnis.

Kedua, teknologi juga memainkan peran dalam analisis data audit. Penggunaan perangkat lunak analitik dan kecerdasan buatan memungkinkan auditor untuk mengidentifikasi pola, anomali, dan risiko potensial dengan lebih cepat dan efisien. Hal ini dapat meningkatkan kualitas audit dan memungkinkan auditor untuk fokus pada area yang memerlukan perhatian khusus.

Di sisi lain, digitalisasi manusia juga memengaruhi cara auditor bekerja. Penggunaan teknologi digital dalam aktivitas sehari-hari, seperti komunikasi melalui email, kolaborasi melalui platform digital, dan akses ke informasi melalui berbagai perangkat, telah mengubah cara auditor berinteraksi dengan informasi audit dan klien.

Namun, penting untuk diingat bahwa digitalisasi manusia juga membawa tantangan baru dalam bidang auditing, seperti keamanan data, privasi, dan keandalan informasi. Auditor perlu mempertimbangkan dampak digitalisasi manusia dalam mengelola risiko-risiko ini dan memastikan bahwa teknologi digunakan secara bertanggung jawab dalam proses audit.

Hubungan antara teknologi dan digitalisasi manusia dalam bidang auditing adalah kompleks. Teknologi telah membawa perubahan signifikan dalam cara audit dilakukan, sementara digitalisasi manusia juga memengaruhi cara auditor bekerja dan berinteraksi dengan informasi audit. Penting bagi auditor untuk memahami dampak teknologi dan digitalisasi manusia dalam konteks audit, serta mengelola risiko-risiko yang terkait dengan penggunaan teknologi dalam proses audit.

Dalam konteks audit sistem informasi, teknologi dan digitalisasi manusia memiliki hubungan yang sangat erat. Teknologi memainkan peran kunci dalam pengembangan, pengelolaan, dan penggunaan sistem informasi, sementara digitalisasi manusia memengaruhi cara auditor berinteraksi dengan sistem informasi dan data yang dihasilkannya. Berikut adalah beberapa aspek hubungan antara teknologi, digitalisasi manusia, dan audit sistem informasi:

1. Pengembangan Sistem Informasi: Teknologi memungkinkan pengembangan sistem informasi yang kompleks, termasuk basis data, aplikasi perangkat lunak, infrastruktur jaringan, dan sistem keamanan. Auditor sistem informasi perlu memahami teknologi yang digunakan dalam pengembangan sistem informasi untuk dapat mengevaluasi keandalan, keamanan, dan kinerja sistem tersebut.

2. Penggunaan Teknologi Audit: Auditor sistem informasi menggunakan teknologi untuk melakukan audit, termasuk penggunaan perangkat lunak audit, alat analitik, dan teknik pengujian otomatis. Teknologi memungkinkan auditor untuk mengakses, menganalisis, dan memeriksa data sistem informasi dengan lebih efisien dan efektif.

3. Pengelolaan Risiko Teknologi: Digitalisasi manusia, atau penggunaan teknologi digital dalam aktivitas sehari-hari, memengaruhi cara organisasi mengelola risiko teknologi. Auditor sistem informasi perlu mempertimbangkan dampak digitalisasi manusia terhadap keamanan data, privasi, keandalan sistem, dan kepatuhan terhadap regulasi terkait teknologi informasi.

4. Pengujian Keandalan Sistem: Teknologi memungkinkan auditor untuk melakukan pengujian keandalan sistem informasi, termasuk pengujian keamanan, pengujian fungsional, dan pengujian kinerja. Auditor menggunakan teknologi untuk melakukan pengujian otomatis dan manual terhadap sistem informasi guna mengevaluasi keandalan dan kepatuhan sistem terhadap standar audit.

Dengan demikian, teknologi dan digitalisasi manusia memiliki dampak yang signifikan dalam konteks audit sistem informasi. Auditor sistem informasi perlu memahami teknologi yang digunakan dalam pengembangan sistem informasi, memanfaatkan teknologi dalam proses audit, mempertimbangkan risiko-risiko terkait digitalisasi manusia, dan menggunakan teknologi untuk melakukan pengujian keandalan sistem informasi.

Referensi:

- Heidegger, M. (1977). The Question Concerning Technology and Other Essays. Garland Publishing.

- https://id.wikipedia.org/wiki/Martin_Heidegger

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun