Mohon tunggu...
Eli Eli Lama Shabatani
Eli Eli Lama Shabatani Mohon Tunggu... -

"Ketika itu, katakanlah, aku sedang menguji sejauh apa batas-batas kenyataan itu sebenarnya. Waktu itu aku ingin tahu apa yg akan terjadi. Semuanya hanya itu: cuma ingin tahu." Jim Morrison+

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hampir Sulit Membedakan Pendidik Dengan Penipu

10 Oktober 2010   06:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:33 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

6 Oktober 2010, Sanchez menenangkan pikirannya saat perlahan berjalan menuju ruangan PD I di gedung 1, dengan harapan mendapatkan tanda tangan dari PD I di SK Pembimbingnya. Tanda tangan inilah yang nantinya akan memuluskan jalannya dalam menyelasaikan skripsinya dan menuntaskan karir nya sebagai mahasiswa Fikom, Universitas Jatinangor. Sanchez tahu PD I bukanlah pejabat yang tidak mudah untuk ditemui, karena beliau adalah pejabat kampus yang super sibuk, super kinclong, dan sudah mengoleksi banyak gelar, gelar, gelar akademis. Namun dengan mental judi yang mendarah daging Sanchez tetap meneguhkan langkahnya menuju ruangan PD I.

Ketukan halus pintu ruangan PD I direspon oleh seorang wanita berjilbab dan menanyakan maksud kedatangan Sanchez. Dengan segala kerendahan diri dan segudang rasa hormat Sanchez pun sama sekali tidak keberatan menjelaskan maksud kedatanggannya menghadap pejabat kampus yang bersangkutan (PD I). Sayang kali ini keberuntungan tidak berpihak pada Sanchez, berdasarkan informasi yang ia peroleh ternyata pejabat yang bersangkutan (PD I) sedang berada di luar teritori Negara Indonesia, Australia tepatnya, dan Sanchez dipersilakan untuk bersabar menunggu 2 bulan, 2 bulan, 2 bulan lamanya hingga akhir bulan November 2010.

Sanchez keluar dari gedung 1 dengan langkah lesu sendu dan segenggam teh kotak. Ditengah kekecewan melanda dirinya, Sanchez tetap bersemangat menyibukkan dirinya membagikan angket penelitian untuk 51 orang. Kegiatan ini sudah mulai ia jalani sejak 3 hari yang lalu bukan hanya sekedar membantu kawannya tapi juga menjaga sebuah kepercayaan seorang kawan.

9 Oktober 2010, angin punya cerita, tembok bicara, pasir berbisik seolah semesta sedang memperingati hari kelahiran John Winston Lennon. Tepat hari ini adalah deadline (garis mati) pengumpulan angket yang Sanchez bagikan sejak 7 hari yang lalu, seorang kawan menyempatkan diri mampir ke kampus untuk menggumpulkan angket yang pernah diberikan kepada Sanchez. Sambil menikmati kopi kesiangan dua kawan ini saling berbagi cerita di tengah ramainya kampus yang sedang ramai dikunjungi para alumni Fikom, Universitas Jatinangor. Para alumni terlihat sangat antusias dan ceria seolah mereka sedang berada dalam perayaan hari kelahiran John Winston Lennon.

Dua sekawan ini pun sangat asyik berbagi cerita, hingga akhirnya Sanchez menceritakan pengalaman pahitnya yang terjadi pada hari Rabu 6 Oktober 2010 silam. Ternyata angin memang punya cerita dan John Lennon sepertinya sedang berpihak pada dua sekawan ini meskipun keberuntungan tidak. Claudio -kawan Sanchez- mengalami hal serupa dengan dengan Sanchez pada saat berhadapan dengan PD I. Dalam ceritanya PD I ikut terlibat dalam FGD yang akan membahas isu yang ada di angket tersebut. Claudio mengakatan kalau berita mengenai PD I sedang merapat ke Australia itu bohong, bohong, bohonh belaka, yang di karang oleh PD I sendiri, karena saat itu juga PD I masih berdiri mengakar di suatu sudut di Indonesia. Sanchez berusaha menyangkal hal itu, tapi Claudio berhasil meyakinkan Sanchez bahwa informasi yang memukul Sanchez datang dari pejabat petinggi Pasca Sarjana Universitas Jatinangor. Karena penipuan, penipuan, penipuan ini Claudio pun mengalami masa sulitnya dalam menjalankan job desk nya terkait masalah angket. Mendengar sumber Informasi Claudio yang mempunyai kredibiltas baik di mata dua sekawan ini, maka Sanchez pun berhasil meyakinkan keraguannya mengenai informasi PD I.

Ironisnya PD I Fikom Unjat ini sempat mengajukan proposal ke lembaga pemerintahan dan pihak Universitas untuk terbang menuju Australia untuk keperluan akademik atau piknik sambil belajar, namun kedua pihak tersebut menangguhkan keinginan PD I. Sanchez tercengang mendengar kisah ini, bahkan melakukan standing applause, standing applause, standing applause(tepuk tangan berdiri, tepuk tangan berdiri, tepuk tangan berdiri) saat mendengar kegigihan PD I untuk tetap ingin terbang menuju Australia, kali ini beliau mengajukan proposal ke pihak Fakultas. Permintaan dikabulkan oleh pihak fakultas, dengan catatan pihak fakultas baru bisa mengizinkan beliau bertolak setelah tanggal 12 Oktober 2010 dan pihak fakultas tidak dapat memberikan dana lebih, hanya sekedar ongkos untuk pergi dan pulang. Sepertinya PD I agak keberatan dengan kebijakan yang diajukan oleh pihak fakultas, karena ia berniat mengajak rekannya dari fakultas tetangga untuk mentraslate, traslate, traslate (menerjemahkan, menerjemahkan, menerjemahkan) bahasa yang digunakan di negara tujuan.

Sanchez semakin tercengang mendengar cerita Claudio, kali ini two thumbs (dua jempol) ia berikan terhadap kegigihan PD I yang sangat ingin sekali berdedikasi tinggi dan penuh totalitas pada dunia pendidikan dengan segala cara, yah, walaupun, walaupun, walaupun dengan jalan penipuan terhadap mahasiswa/i-nya sendiri. Toh PD I sebagai pendidik, pendidik, pendidik di Fikom, Universitas Jatinangor, mau mendidik mahasiswa/i-nya untuk menjadi penipu, penipu, penipu akademis bukan mendidik menjadi pelaku kecurangan akademis, yang saat ini sedang mendapat perhatian serius dari pihak Fakultas. Sebuah langkah yang sangat mendobrak tradisi dan sangat berpotensi untuk meminimalisir kecurangan akademis di kampus Sanchez tercinta.

Dalam hati Sanchez menyimpan rasa bangga sudah ditipu, ditipu, ditipu oleh salah satu manusia paling mulia dan paling kinclong, kinclong, kinclong seantero kampus, yang ingin memperjuangkan mutu pendidikan di Indonesia. Menjelang tergelincir matahari, dua sekawan ini pun berpisah untuk bertemu kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun