Mohon tunggu...
Madeleine Sophie
Madeleine Sophie Mohon Tunggu... Wiraswasta - Travel Consultant

Traveler | Travel consultant @eratour

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Moda Transportasi antar kota Murah, Pilihan Cerdas atau Tantangan ?

29 November 2024   11:00 Diperbarui: 29 November 2024   11:00 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini saya berangkat  dari jakarta ke Surabaya  menggunakan moda transportasi kereta api, kebetulan kami menemukan harga yang menurut saya sangat murah yaitu kereta api AIRLANGGA dengan harga hanya Rp 105.000 .  Berangkat dari Stasiun Senen  pukul 11.15 dan tiba di Stasiun Pasar Turi Surabaya pukul 23.05. 

Trip ini saya pilih demi memenuhi hasrat untuk adventure yang sudah bergejolak sejak beberapa bulan lalu, dan kali ini saya sudah nggak sabar buat mengeksplorasi area seputaran jawa timur dan jawa tengah. 

Saya sebut aktifitas saya ini "Ngebolang" , istilah diambil dari kata Bocah Petualang ini  sering digunakan buat orang - orang yang suka berpetualang, beda tipis dengan back packer. Karena saya masih tetap menggunakan koper. 

Apa Persamaan dan bedanya ? 

Persamaannya adalah kami sama sama menggunakan transportasi murah karena ingin mencoba keseruannya, sambil mengeksplorasi area - area yang jarang dilewati oleh mobil apalagi pesawat dong ya. Sedangkan perbedaanya dengan backpacker, adalah kami masih menggunakan akomodasi di hotel yang baik , minimal bintang 3 atau 4 makan di restoran yang baik meskipun sambil blusukan. 

Bagi anda yang ingin mencoba kegiatan seperti saya, harus sedikit punya mental kuat untuk menggunakan Transportasi yang murah ini, Bayangkan saja route  kereta dari Jakarta ke Surabaya  yang berjarak kurang lebih 783 km harus singgah di sekitar 23 stasiun sehingga membutuhkan waktu 11 jam 37 menit untuk tiba di Surabaya. Lama yaa..apalagi kalau kita sudah terbiasa terbang rasanya seperti tidak pernah sampai, jadi saya harus menggunakan lama perjalanan ini dengan strategi khusus yaitu melakukan kegiatan produktif, misalnya bekerja secara WFA ( Work from anywhere ). Hal lain yang perlu kesabaran adalah pada setiap kali pemberhentian akan ada penumpang yang turun dan yang naik, dengan perilaku yang berbeda - beda. 

Disinilah kita merasakan yang namanya petualangan sosial.

Ada berbagai karakter manusia akan duduk berganti - ganti di hadapan kita, ada mahasiswa atau pelajar yang santun dan sadar untuk berbagi ruang kaki yang sempit dan selalu mengucap permisi, ada anak anak muda dengan latar belakang pekerja yang dengan serampangan meletakan barang tanpa permisi bahkan menginjak kaki saya dan tidak mengucap maaf. 

Atau orang tua yang membawa anak - anak usia SD dan membiarkan anak - anak itu melompat kesana kemari melangkahi orang - orang dewasa yang tengah duduk . 

Sabar adalah kata kunci untuk melakukan petualangan perjalanan.

Rasa kesal pasti, apalagi setelah melewati 10 jam perjalanan, rasa lelah, ngantuk, dan ruang sempit membuat emosi kita mudah tersulut. Disini kita akan belajar banyak bahwa manusia memiliki berbagai - bagai kebiasaan yang berbeda dengan circle kita, ada yang kebiasaannya mungkin tidak pernah mengucap maaf, permisi dan terima kasih, ada yang kebiasaannya tidak peduli dengan perasaan orang lain, sehingga dengan enaknya melangkahi orang - orang yang duduk, atau orang dengan kabiasaan membuang sampah sembarangan..aduh!.

Belum lagi anak - anak yang tampaknya kurang perhatian di rumah, sehingga meskipun ibunya duudk disampingnya , mereka tetap saja teriak - teriak dan mencari perhatian penumpang lain, seolah ingin di pandang lucu atau menunggu di sapa, karena ibunya asik sendiri dengan Handphonenya. 

Tetapi ada juga orang yang kebiasaannya sopan, sehingga murah senyum dan selalu mengucap permisi bisa ingin lewat atau bergerak di area yang sempit.

Madeleine Sophie
Madeleine Sophie

Nah, 

Kalau kita terbiasa melakukan hal sopan di rumah,terbiasa saling mengucap salam, permisi dan mengucap terima kasih, hal itu pasti akan kita lakukan diluar rumah. 

Lantas kenapa dengan keluarga - keluarga yang tidak terbiasa melakukan itu, mengapa mereka tidak melakukannya dirumah ? apakah pendidikan menjadi alasan ?

Bagaimana menurut anda ? 

Ini sangat menarik bagi saya...

Sehingga menjadi bahan renungan saya selama duduk berjam - jam di kereta ini. 

Akhirnya langitpun gelap dan kereta saya masih melaju... 

besok saya akan menulis cerita lagi dengan renungan yang berbeda. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun