Masalahnya adalah seperti yang saya ungkap sebelumnya bahwa pemasukan uang menjadi prioritas bagi masyarakat pariwisata, menyenangkan tamu / wisatawan lebih penting dari pada memperhatikan keberlangsungan lingkungan.
Contoh nyata dari kerusakan ekosistem terjadi di Pulau Boracay, Filipina. Pulau ini terpaksa ditutup selama enam bulan pada 2018 karena polusi pariwisata yang tak terkendali.
Sampah yang menumpuk di pantai, serta limbah yang langsung dialirkan ke laut,dan mengancam ekosistem setempat. Dan membutuhkan perbaikan besar-besaran untuk memulihkan pulau ini setelah penutupan.
Kasus nyata lainnya terjadi di Great Barrier Reef, Australia. Terumbu karang terbesar di dunia ini mulai mengalami pemutihan massal akibat peningkatan suhu air dan aktivitas wisata yang tidak terkendali.
Jika tidak segera diatasi, terumbu karang ini mungkin tidak akan bisa pulih dan hilang untuk selamanya, mengancam kehidupan laut dan industri pariwisata yang bergantung padanya.
Hal kedua yang saya temui adalah sampah plastik sekali pakai seperti pembungkus kopi sachet, kudapan berjenis kerupuk, atau camilan lainnya serta emisi karbon dari transportasi.
Bayangkan lokasi yang awalnya sejuk, tenang dan hanya ada gemericik suara air serta burung, tiba tiba kita menemukan plastik dimana-mana , terselip diantara pepohonan, dibuang begitu saja di tepi sungai dan yang membuat lebih tidak nyaman adalah suara bising dari banyaknya kendaraan pribadi, atau perahu motor, yang jumlahnya makin hari makin banyak (apalagi kalau semakin viral).
Wisatawan sering kali tidak menyadari bahwa tindakan kecil mereka bisa memperburuk situasi ini. Hal ini terjadi juga di Venesia, Italia, saat pariwisata massal telah menyebabkan masalah polusi yang sangat serius.
Kapal-kapal pesiar raksasa yang memasuki perairan Venesia tidak hanya mengotori lingkungan, tetapi juga berkontribusi terhadap erosi fondasi kota yang rapuh. Sebagai langkah pencegahan, akhirnya pemerintah Italia mulai membatasi kapal pesiar besar untuk masuk ke wilayah Venesia.
Disini saya ingin menghimbau para wisatawan agar menjadi wisatawan yang peduli pada berkelanjutan, bagaimana melakukan perjalanan tetapi tetap menjaga alam tetap lestari sekaligus memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.
Dengan mendukung praktik wisata ramah lingkungan, kita bisa mengurangi dampak negatif. Misalnya, dengan memilih penginapan yang menerapkan kebijakan nol plastik, menggunakan transportasi umum, atau mengikuti tur yang peduli terhadap lingkungan.