Mohon tunggu...
Madeleine Sophie
Madeleine Sophie Mohon Tunggu... Wiraswasta - Travel Consultant

Traveler | Travel consultant @eratour

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bahaya Berwisata Tanpa Peduli Lingkungan

12 Oktober 2024   09:50 Diperbarui: 12 Oktober 2024   09:57 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.instagram.com/madeleine_sophie/

Sebagai insan Pariwisata, tentunya saya sangat senang apabila pariwisata terus mengalami peningkatan, dan semakin banyak orang sadar untuk berwisata akan  mendatangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal dan pengalaman berharga bagi wisatawan, tetapi belakangan ini saya mulai khawatir....jika pariwisata tidak dikelola dengan baik, akan berdampak buruk pada lingkungan.

Banyak destinasi wisata populer kini menghadapi masalah lingkungan yang mengancam kelestarian alam dan keberlanjutannya. 

Beberapa hal yang saya temui saat saya berwisata ke beberapa negara dan berkeliling di beberapa pulau di Indonesia adalah adanya resiko terhadap Ekosistem Alam.

Beberapa destinasi yang viral mengalami peningkatan jumlah wisatawan yang tidak terkontrol dan ini sungguh dapat merusak ekosistem setempat. Saya sering menemukan sampah plastik yang dibuang sembarangan, jejak kaki di area yang seharusnya dilindungi, hingga kerusakan habitat satwa liar menjadi ancaman nyata dan yang menyedihkan adalah  eksploitasi terhadap hewan yang seharusnya hidup di alam liar, misalnya Harimau sering dijadikan atraksi di sirkus, kebun binatang, dan tempat wisata yang tidak memperhatikan kesejahteraan hewan. Mereka sering dipelihara dalam kondisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan alami mereka bahkan sering saya menemukan mereka kurus dan stress. 

Sayapun sering sedih bila melihat Gajah yang sering dieksploitasi untuk atraksi pariwisata, seperti naik gajah atau pertunjukan sirkus, bahkan dalam banyak kasus, mereka mengalami pelatihan yang keras dan tidak berperasaan untuk mematuhi perintah, sering saya melihat para pelatih gajah menggunakan alat seperti besi yang disebut Elephant Goad yang digunakan untuk menyakiti gajah bila dia tidak menurut. 

Aktivitas wisata seperti snorkeling tanpa peduli terhadap terumbu karang juga berkontribusi pada rusaknya ekosistem laut yang rapuh. Meskipun dalam setiap pertemuan antar industri pariwisata saya selalu menyampaikan bahwa Pemandu Wisata Bahari ( guide ) harus mampu memberi edukasi kepada wisatawan agar tidak menginjak terumbu karang dan tidak memberi makan ikan di laut, namun hal ini seperti kurang diperhatikan. Masalahnya adalah seperti yang saya ungkap sebelumnya bahwa pemasukan uang menjadi prioritas bagi masyarakat pariwisata, menyenangkan tamu / wisatawan lebih penting dari pada memperhatikan keberlangsungan lingkungan. Contoh nyata dari kerusakan ekosistem terjadi di Pulau Boracay, Filipina. Pulau ini terpaksa ditutup selama enam bulan pada 2018 karena polusi pariwisata yang tak terkendali. Sampah yang menumpuk di pantai, serta limbah yang langsung dialirkan ke laut,dan mengancam ekosistem setempat. Dan membutuhkan perbaikan besar-besaran untuk memulihkan pulau ini setelah penutupan.

Kasus nyata lainnya terjadi di Great Barrier Reef, Australia. Terumbu karang terbesar di dunia ini mulai mengalami pemutihan massal akibat peningkatan suhu air dan aktivitas wisata yang tidak terkendali. Jika tidak segera diatasi, terumbu karang ini mungkin tidak akan bisa pulih dan hilang untuk selamanya, mengancam kehidupan laut dan industri pariwisata yang bergantung padanya.

Hal kedua yang saya temui adalah sampah plastik sekali pakai seperti pembungkus kopi sachet, kudapan berjenis krupuk, atau camilan lainnya serta emisi karbon dari transportasi. Bayangkan lokasi yang awalnya sejuk, tenang dan hanya ada gemericik suara air serta burung, tiba tiba kita menemukan plastik dimana - mana , terselip diantara pepohonan, dibuang begitu saja ditepi sungai dan yang membuat lebih tidak nyaman adalah suara bising dari banyaknya kendaraan pribadi, atau perahu motor, yang jumlahnya makin hari makin banyak ( apalagi kalau semakin viral ). Wisatawan sering kali tidak menyadari bahwa tindakan kecil mereka bisa memperburuk situasi ini. Hal ini terjadi juga di  Venesia, Italia, saat pariwisata massal telah menyebabkan masalah polusi yang sangat serius. Kapal-kapal pesiar raksasa yang memasuki perairan Venesia tidak hanya mengotori lingkungan, tetapi juga berkontribusi terhadap erosi fondasi kota yang rapuh. Sebagai langkah pencegahan, akhirnya pemerintah Italia mulai membatasi kapal pesiar besar untuk masuk ke wilayah Venesia.

Disini saya ingin menghimbau para wisatawan agar menjadi wisatawan yang peduli pada  berkelanjutan, bagaimana melakukan perjalanan tetapi tetap menjaga alam tetap lestari sekaligus memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Dengan mendukung praktik wisata ramah lingkungan, kita bisa mengurangi dampak negatif. Misalnya, dengan memilih penginapan yang menerapkan kebijakan nol plastik, menggunakan transportasi umum, atau mengikuti tur yang peduli terhadap lingkungan.

https://www.instagram.com/madeleine_sophie/
https://www.instagram.com/madeleine_sophie/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun