Mohon tunggu...
Elice Zoraya
Elice Zoraya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

S1 Teknik Kimia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi, Masihkah Nyata?

3 Desember 2018   11:38 Diperbarui: 3 Desember 2018   13:32 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seringkali kita mendengar kata demokrasi terngiang dalam telinga kita. Walaupun sering mendengar kata demokrasi, namun tak semua yang mendengarnya tahu apa itu demokrasi.

Lalu apa itu demokrasi? Masihkah nyata demokrasi saat ini?

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani "demokratia" yan terdiri dari dua kata yaitu "demos" berarti rakyat dan "kratos" berarti kekuasaan.

Menurut Wikipedia, demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana warga negaranya memliki kesetaraan hak dalam pengambilan keputusan untuk dapat mengubah hidup mereka.

Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pengertian lain demokrasi menurut Sidney Hook adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak didasarkan dari kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa. 

Ada juga pengertian menurut Henry B. Mayo yaitu kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan dari prinsip kesamaan politik dan diselenggaran dalam suasana di mana terjadi kebebasan politik.

Demokrasi yang masih kita terapkan terutama di negara Indonesia berawal dari negara Yunani. Dahulu Yunani (Athena), merupakan negara pencetus adanya demokrasi. Sistem demokrasi di Yunani dilakukan ditandai oleh adanya musyawarah besar yang sering dilakukan Yunani di lapangan besarnya. Rakyat dikumpulkan di sebuah lapangan besar untuk mendiskusikan atau mengambil keputusan bersama dengan para dewan.

Hingga saat ini, sistem demokrasi Yunani dianggap sebagai tonggak awal demokrasi-demokrasi modern saat ini.

Berbicara mengenai demokrasi yang diterapkan di era modern ini, negara kita Indonesia merupakan salah satunya. Indonesia menerapkan sistem demokrasi saat ini walaupun sebelumnya Indonesia sempat melakukan pergantian sistem pemerintahan.

Demokrasi mengindikasikan adanya partisipasi rakyat dalam pemerintahan. Rakyat diharapkan untuk terlibat aktif dalam jalannya pemerintahan dengan memberikan suara atau pendapatnya. Sistem demokrasi mendukung pula adanya kebebasan dalam berpendapat, hak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, mencukupi kebutuhan masing-masing, hak yang sama dalam hukum dan pemerintahan, dan masih banyak lagi hak-hak yang terjamin dengan adanya demokrasi. Demokrasi sangat menguntungkan bukan bagi kita dan negara?

Tetapi faktanya seringkali berbeda. Tak semua sistem demokrasi yang diterapkan oleh beberapa negara itu berjalan dengan lancar. Apalagi di Indonesia, demokrasi terombang-ambing antara kenyataan dan harapan. Harapan terhadap demokrasi beragam-ragam bentuknya namun kenyataan demokrasi tidak sesuai harapan tersebut.

Ketidaksesuaian ini terjadi akibat adanya penyelewengan yang dilakukan oleh beberapa warga negara yang tidak taat hukum. Beberapa lembaga legislatif yang mempunyai kekuasaan terkadang tergoda untuk melakukan tindakan curang dalam pemerintahan. Apalagi jika tindakanya tak terungkap. Ia akan semakin menjadi-jadi dan besar-besaran melakukan tindakan melanggar hukum.

Belum lagi demokrasi juga disalahartikan oleh beberapa orang sebagai kebebasan yang amat luar biasa. Tak jarang orang melakukan unjuk rasa atau demonstrasi dengan cara-cara yang bisa dibilang terlewat batas atau gila. Misalnya saja ketika terjadi demo massal, banyak orang yang tertindih atau bahkan terinjak-injak sehingga menjadi korban dari demo itu. Ada juga kejadian terbunuhnya Ketua DPRD Sumatra Barat karena para demonstran melakukan demonstrasi dengan tidak wajar.

Demokrasi mungkin saja menjadi suatu bentuk atau solusi mewujudkan harapan. Tetapi kenyataan berkata lain. Kenyataan seringnya tak terjadi sesuai harapan. Mungkin saja harapan kita terlalu melampau tinggi hingga tak bisa diwujudkan, atau mungkin memang terjadi kesalahan dalam menggapai harapan tersebut.

Contoh lain saja misalnya ketika terjadi pesta demokrasi. Dengan bermacam partai-partai politik, masing-masing melakukan kampanye, ramai, hiru-pikuk hari oleh adanya kampanye parpol-parpol. Harapan begitu besar muncul saat kampanye, namun kemudian jatuh terpuruk ke tingkat paling bawah. Mulai dari hasutan, sogokan atau dukungan dana hingga janji-janji palsu sudah biasa terlontar dari beberapa calon-calon kader. 

Apakah mereka berlebih dana sehingga sangat bermurah hati membagikannya atau mereka memang bermaksud menyogok karena takut kalah dalam persaingan parpol. Sangat jelas ini bukanlah cerminan demokrasi.

Cerminan demokrasi tidak lagi sesuai dengan apa yang telah disettingkan oleh para penemu. Tantangan mewujudkannya jauh lebih besar dari apa yang ada. Berjuang untuk kemerdekaan dengan tujuan mewujudkan dasar demokrasi yang lebih kental. Sementara setingg-an jaman sekarang ini demokrasi dirumuskan sebagai situasi yang bisa dimanfaatkan untuk menyelewengkan atau menyalahgunakan kekuasaan, hingga hal itu menjadi sebuah kebiasaan yang hakiki.

Semakin ke depan, partai politik makin tidak jelas ideologi atau visi misi nya, rasa rela berkorban terkonversi menjadi rasa pamrih. Semua orang juga mulai saling memaksakan haknya masing-masing karena merasa ia berhak mendapatkan kebebasan dalam apapun, hingga ia lupa dengan kewajiban nya sebagai warga negara. 

"Apa yang bisa kamu berikan kepada negara, bukan apa yang bisa kamu dapatkan dari negara", kutipan tersebut sudah sangat tergantikan dengan "apa yang bisa diperoleh dari negara, bukan apa yang bisa kita berikan pada negara".

Ketika pernyataan terakhir telah mendarah daging, maka masyarakat juga enggan berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas negara atau partisipasi dalam membangun negaranya. Mereka hanya menuntut haknya diutamakan, namun disisi lain juga lembaga-lembaga pemerintahan menyalahgunakan wewenangnya. Demokrasi di negara makin terdorong jatuh oleh adanya keegoisan manusia.

Oleh karena demokrasi masih jauh dari idealnya, kita sebagai warga negara turut serta membantu demokrasi terwujud. Mengesampingkan ego dan menyadarkan diri atau orang lain tentang pentingnya demokrasi. Mungkin saja ini bukanlah hal yang mudah, tetapi semua itu bisa diusahakan. 

Kita sebagai warga negara juga harus memanfaatkan kesempatan yang tersedia luas bagi kita untuk membangun negara dan berpartisipasi di dalam pemerintahan. Tetap saja kesempatan itu harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

Dengan adanya keseimbangan antara kesempatan dan partisipasi yang disertai tanggung jawab, harapan demokrasi tak lagi sebatas impian saja. Ketika semua warga negara mau mengesampingkan ego, melaksanakan kewajiban nya pada negara dan tak hanya menuntut tentang apa yang didapat oleh kita, realita demokrasi akan berada di depan mata kita.

Sekian pendapat saya mengenai demokrasi, apabila terdapat kesalahan kata atau kekeliruan dalamnya, saya mengucapkan permohonan maaf dan terima kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun