Mohon tunggu...
Elias Sumardi Dabur
Elias Sumardi Dabur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Profile Singkat

Konsultan hukum dan advokat. Founder Akuity Law Firm. Owner dan host kanal youtube.com/EliasDaburNote. Memperoleh pendidikan Bahasa Perancis dari UGM, dan Ilmu Hukum dari Univ. Suryadharma, Jakarta. Punya minat besar dlm menulis perihal politik, kisah inspiratif, pengembangan kepemimpinan, dan spiritual. Lama berkecimpung dlm organisasi kemahasiswaan intra dan ekstra kampus (Sekjen PP PMKRI 2005-2006). Pernah bekerja sbg Tenaga Ahli salah satu Anggota DPR dan Legal Officer PT. Griya Apsari Persada. Selain itu, sempat merintis usaha penulisan/penerbitan buku-buku: pengembangan diri, Kisah inspiratif/motivasional dan hubungan ketuhanan. Buku pertama yang diterbitkan atas nama sendiri; BE A LEADER. Investasikan Kepemimpinan Anda! Seiring perjalanan hidup, saya memberi nama atau julukan baru bagi diri saya; " SANG PEMBELA" untuk menunjukan diri sebagai pejuang keadilan dan kebebasan. Keterlibatan saya dalam gerakan politik, minat saya dalam mendorong, memotivasi semata-mata expresi kelimpahan cinta. Karena Saya tumbuh dan besar sebagai pribadi yang kelimpahan cinta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Paslon yang Berpotensi Menang

20 Agustus 2018   18:34 Diperbarui: 20 Agustus 2018   18:42 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: tribunnews.com)

Gong Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019 telah ditabuh. Kedua pasangan calon (paslon), yakni Joko Widodo-Kyai Haji Ma'ruf Amin (Jokowin) dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (PAS) telah mendaftar. KPU selaku penyelenggara pemilu menyatakan kedua paslon memenuhi syarat pencalonan. Paslon manakah yang bakal keluar sebagai pemenang?

Pertanyaan dan jawaban atas pertanyaan ini tentunya masih terlalu awal untuk dibahas. Apalagi, lembaga-lembaga survey belum ada yang mengumumkan hasil survey terbaru pasca pendaftaran paslon. Namun demikian, kalau mengulik hasil survey sejumlah lembaga survey selama ini, tingkat keterpilihan Jokowi sendiri berada di kisaran angka 50-an persen. Angka ini meskipun belum aman secara elektoral, tapi tetap memberikan optimisme.

Sembari menanti hasil survey, platform lain bisa dipakai untuk mengukur potensi kemenangan kandidat yakni dengan menyimak frekuensi dan tone pemberitaan media baik cetak, daring maupun media sosial. Bagaimanapun, media dan pemilu menyimpulkan beberapa kajian memiliki pengaruh terhadap hasil akhir pemilihan umum.

Justine Findlay dalam artikel "How the Media Influence the Outcome of an Election (www.worldatlas.com) yang menganalisi Pilpres Amerika Serikat pada 2016 menyatakan bahwa media memiliki pengaruh sangat besar atas kemenangan Donald Trump pada Pilpres AS tahun 2016.

Dikatakannya, Pilpres AS 2016 merupaka era baru peliputan media, dan boleh dikatakan berpengaruh terhadap potensi kemenangan kandidat.

Jokowin Masih Unggul 

Bagaimana pemberitaan media kita terhadap kedua paslon pasca pendaftaran? Paslon mana yang mendapatkan peliputan paling besar? Paslon mana yang tone pemberitaan positif lebih tinggi?

Berdasarkan data hasil laporan media monitoring yang dilakukan oleh BK52 pada periode 9-15 Agustus 2018 menunjukan bahwa paslon Jokowin mendapatkan porsi pemberitaan lebih besar, yakni sebanyak 277 item berita. Sedangkan, paslon Prabowo-Sandiaga (PAS) mendapatkan berita sebanyak 157 item.

Dalam hal tone positif pemberitaan, Jokowin mengumpulkan 77 item dibandingkan PAS yang mengumpulkan 57 item berita bernada positif. Sebaliknya, berita dengan tone negatif, PAS lebih besar dari Jokowin. Dari 12 judul bernuansa negatif, PAS mendapatkan 7, sedangkan Jokowin 5 item.

Judul dengan tone negatif untuk pasangan PAS, kontribusi paling banyak seputar isu mahar Rp 1 triliun kepada PKS dan PAN yang diduga dilakukan oleh cawapres Sandiaga Uno, kemudian soal rekomendasi Itjimak Ulama GNPF-U yang tidak diindahkan Prabowo.

Sementara itu, Jokowin mendapat sentiment negatif terkait pembatalan Mahfud MD sebagai cawapres di menit-menit terakhir sebelum deklarasi di Pelataran Menteng (9/8/2018).

Temuan tersebut merupakan hasil pantauan media dengan teknik purposive sampling atas 10 media cetak dan online, seperti: Kompas, Media Indonesia, Republika, Koran Tempo, Bisnis Indonesia, Kompas.com, Detik.com, Liputan6.com, CNNIndonesia.com dan Merdeka.com.

Kata kunci yang dicari adalah: Pilpres, program pemerintah, isu negative dan tema yang diusung para kandidat. Total berita yang terpantau sejumlah 450 item.

Strategi ke Depan

Bagi paslon Jokowin, hasil baik ini perlu dijadikan momentum untuk lebih menata pola komunikasi publik mereka dengan lebih baik lagi, meningkatkan komunikasi, konsolidasi, sinergisitas di antara tim pemenangan, kelompok masyarakat pendukung Jokowi dan relawan.

Selain itu, koalisi Jokowin sebaiknya makin fokus membangun narasi yang menyentuh emosi terkait capaian dan keberhasilan pemerintahan Jokowi-JK selama 4 tahun ini dan terus memompa optimisme dan memancarkan pesan kuat tentang harapan dan perubahan di bawah kepemimpinan Jokowi untuk periode 2019-2024.

Sementara itu, branding terhadap Kyai Ma'aruf perlu segera dikerjakan untuk makin mengokohkan bahkan menaikan tingkat keterpilihan Jokowin.

 Apalagi, Kekecewaan dan kegalauan publik yang mencuat pasca penetapan Kyai Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi, kini sudah pulih. Dua kelompok yang paling expresif menyatakan kekecewaanya sehingga menyerukan Golput pada Pilpres 2019, seperti kelompok masyarakat pendukung Mantan Gubernur DKI Jakarta Ahok yang menyebut diri mereka Ahokers dan kelompok masyarakat yang mendukung Mahfud MD yang melahirkan istilah Golfud sudah mendeklarasikan "Anti Golput" dan mendukung sepenuhnya pasangan Jokowin untuk periode 2019-2024.

Sebaliknya, Kubu Prabowo masih harus bekerja keras untuk menaikan pemberitaan positif media dan menclearkan dugaan mahar. Sepanjang pekan pasca pendaftaran terlihat upaya kubu Prabowo melakukan branding terhadap Sandiaga Uno. Upaya tersebut tentunya sangat positif untuk menaikan suara paslon Prabowo-Sandi.

Namun, misteri mahar akan terus membayangi apabila tidak segera diluruskan dengan terang-benderang. Apalagi, isu mahar ini menjadi perhatian publik, pengamat, dan pegiat LSM. Mereka mendesak Bawaslu melakukan klarifikasi dan meminta KPK menyelidiki isu mahar tersebut. Dan, Sejauh ini, Bawaslu dan KPK sudah merespon tuntutan publik tersebut.

Peningkatan jumlah berita apalagi dengan nuansa positif perlu dilakukan masing-masing paslon. Ingat, media barangkali tidak memberi dampak langsung untuk merubah perolehan suara, namun media tetap mampu mempengaruhi banyaknya suara yang terjaring dalam suatu pemilu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun