Temuan tersebut merupakan hasil pantauan media dengan teknik purposive sampling atas 10 media cetak dan online, seperti: Kompas, Media Indonesia, Republika, Koran Tempo, Bisnis Indonesia, Kompas.com, Detik.com, Liputan6.com, CNNIndonesia.com dan Merdeka.com.
Kata kunci yang dicari adalah: Pilpres, program pemerintah, isu negative dan tema yang diusung para kandidat. Total berita yang terpantau sejumlah 450 item.
Strategi ke Depan
Bagi paslon Jokowin, hasil baik ini perlu dijadikan momentum untuk lebih menata pola komunikasi publik mereka dengan lebih baik lagi, meningkatkan komunikasi, konsolidasi, sinergisitas di antara tim pemenangan, kelompok masyarakat pendukung Jokowi dan relawan.
Selain itu, koalisi Jokowin sebaiknya makin fokus membangun narasi yang menyentuh emosi terkait capaian dan keberhasilan pemerintahan Jokowi-JK selama 4 tahun ini dan terus memompa optimisme dan memancarkan pesan kuat tentang harapan dan perubahan di bawah kepemimpinan Jokowi untuk periode 2019-2024.
Sementara itu, branding terhadap Kyai Ma'aruf perlu segera dikerjakan untuk makin mengokohkan bahkan menaikan tingkat keterpilihan Jokowin.
 Apalagi, Kekecewaan dan kegalauan publik yang mencuat pasca penetapan Kyai Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi, kini sudah pulih. Dua kelompok yang paling expresif menyatakan kekecewaanya sehingga menyerukan Golput pada Pilpres 2019, seperti kelompok masyarakat pendukung Mantan Gubernur DKI Jakarta Ahok yang menyebut diri mereka Ahokers dan kelompok masyarakat yang mendukung Mahfud MD yang melahirkan istilah Golfud sudah mendeklarasikan "Anti Golput" dan mendukung sepenuhnya pasangan Jokowin untuk periode 2019-2024.
Sebaliknya, Kubu Prabowo masih harus bekerja keras untuk menaikan pemberitaan positif media dan menclearkan dugaan mahar. Sepanjang pekan pasca pendaftaran terlihat upaya kubu Prabowo melakukan branding terhadap Sandiaga Uno. Upaya tersebut tentunya sangat positif untuk menaikan suara paslon Prabowo-Sandi.
Namun, misteri mahar akan terus membayangi apabila tidak segera diluruskan dengan terang-benderang. Apalagi, isu mahar ini menjadi perhatian publik, pengamat, dan pegiat LSM. Mereka mendesak Bawaslu melakukan klarifikasi dan meminta KPK menyelidiki isu mahar tersebut. Dan, Sejauh ini, Bawaslu dan KPK sudah merespon tuntutan publik tersebut.
Peningkatan jumlah berita apalagi dengan nuansa positif perlu dilakukan masing-masing paslon. Ingat, media barangkali tidak memberi dampak langsung untuk merubah perolehan suara, namun media tetap mampu mempengaruhi banyaknya suara yang terjaring dalam suatu pemilu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H