Hello Kompasianers, apa kabar, salam jumpa lagi. Sudah setahun lebih, saya tidak lagi mengupdate blogku ini. Terinterupsi oleh kesibukan mencalonkan diri pada pemilihan legislatif lalu. Saya ingin menghidupkan lagi blog ini, tapi belum tau tema apa yang ingin saya angkat hehehhehe....Kesibukan seringkali mengorupsi waktu saya buat menulis (alesan kali ya...).Nah, saudara-saudariku, sebagai pembuka tali silaturahmi kembali, saat ini saya ingin membagi spirit yang dihirup dari buku bagus, "God never Blinks/Tuhan Tidak Pernah Tidur/Gusti Ora sare/Toe ata koe Morin (yang terakhir ini Bahasa Manggarai hehe), karya Regina Brett.
Regina Brett adalah seorang kolumnis untuk Plain Dealer di Cleveland, Ohio. Dia memiliki ijazah S1 dalam bidang jurnalisme dan S2 dalam bidang kajian agama. Dia menjadi seorang wartawan pada tahun 1986. Dia telah menulis kolom sejak 1984. Butuh waktu 40 tahun bagi Regina Brett untuk menemukan dan berpegangan kebahagiaan. Dia selalu merasa bahwa pada saat dia dilahirkan, Tuhan pasti sedang mengejapkan mata. Peristiwa itu terlewatkan oleh-Bya, dan Dia tidak pernah tahu bahwa dia (Brett) telah tiba di dunia. Orang tuanya mempunyai 11 anak. Meski dia sangat mencintai orangtuanya dan kelima saudara serta kelima saudarinya, ada kalanya Brett merasa tersesat di tempat sampah. Brett menjadi anak yang dibingungkan oleh para biarawati pada usia 6 tahun, jiwa tersesat yang terlalu banyak minum alkohol pada usia 16 tahun, ibu tak menikah pada usia 21 tahun, sarjana pada usia 30 tahun, , ibu tunggal selama 18 tahun, dan akhirnya, seorang istri pada usia 40 tahun, menikah dengan seorang pria yang memperlakukan diriku seperti ratu. Kemudian dia terkena kanker pada usia 41 tahun. Diperlukan satu tahun untuk melawannya, dan kemudian satu tahun lagi untuk pulih dari perlawanan itu.
Ketika Brett berulangtahun ke-45, dia berbaring di tempat tidur, merenungkan semua yang telah diajarkan hidup kepadanya. Jiwanya seolah bocor dan gagasan mengalir keluar. Dia mengetik semua gagasan itu dan membentuknya menjadi sebuah kolom koran tentang 45 pelajaran yang telah diajarkan hidup kepadanya. Inilah judul-judul kolomnya: Hidup itu Tidak Adil, Tetapi Baik Adanya, Saat Ragu, Ayunkan Saja Satu Langkah Benar Berikutnya, Hidup Ini Terlalu Singkat untuk dihambur-hamburkan dengan Membenci, Jangan Menganggap Diri Terlalu Serius. orang lain Juga Tidak, Bayarlah Tagihan kartu Kredit Anda Setiap Bulan, Anda Tidak harus Memenangkan Setiap Argumen. Sepakatlah untuk Tidak Sepakat, Menangislah Bersama Seseorang. Ini Lebih Menyembuhkan daripada Menangis Sendirian, Anda Boleh Marah pada Tuhan. Dia Bisa Terima kok, Organ Sex yang Terpenting Adalah Otak, Tuhan Tidak pernag Menguji Lebih dari yang Bisa Kita pikul, Berdamailah dengan Masa lalu Agar Masa lalu Tidak Mengacaukan Masa Kini, Perbolehkan Anak-Anak Melihat Anda menangis, Jangan Membandingkan Hidup Anda dengan Hidup Orang Lain. Anda Tidak Tahu Bagaimana Perjalanan Hidup Mereka, Segala Sesuatu Bisa Berubah dalam Sekejap Mata. Tetapi Jangan Khwatir, Tuhan Tidak Pernah Mengejapkan Mata, dan masih banyak pelajaran lainnya, yang semuanya dihimpun dalam buku, "Tuhan Tak Pernah Tidur. 50 Kisah Inspiratif untuk Menjadi Pelajaran Hidup (Penerbit Gramedia Pustaka Utama).
Tulisan kolom ini awalnyatidak disukai editornya, tapi dia ngotot menerbitkannya. alhasil, pembaca koran Plain Dealer menyukainya. Kemudian terjadi sesuatu yang menakjubkan. Orang-orang dari seluruh negeri (AS) mulai membagikan kolom itu. Para pendeta, perawat, pekerja sosial meminta cetak-ulang untuk dicantumkan di surat kabar, buletin gereja, dan koran-koran lokal. Orang-orang dari semua agama dan mereka yang sama sekali tidak beragama, semuanya dapat berelasi dengan pelajaran hidup itu. Meski beberapa dari pelajaran itu berbicara tentang Tuhan, tetapi orang menemukan kebenaran universal di dalamnya. Dia mendengar dari para agnostik dan ateis yang membawa daftar pelajaran hidupnya di dalam dompet mereka, memasangnya di ruang kerja, atau merekatnya dengan magnet di lemari pendingin. Pelajaran-pelajaran itu dipasang di berbagai blog dan situs web oleh orang-orang di seluruh dunia.
Saudara-saudaraku, Pelajaran-pelajaran ini adalah hadiah kehidupan untuk Bret, dan hadiah Brett untuk kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H