Mohon tunggu...
elia putri solihah
elia putri solihah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa tahun pertama S1-Kesehatan Masyarakat di Universitas Airlangga. Saya memiliki ketertarikan dengan isu sosial, pendidikan dan kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Efektivitas Pengobatan dan Peningkatan Upaya Pencegahan Penyakit Monkeypox

2 Oktober 2024   10:07 Diperbarui: 2 Oktober 2024   10:11 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

               Monkeypox atau cacar monyet ialah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus cacar monyet (MPXV) yang dapat ditularkan melalui hewan ke manusia maupun manusia ke manusia. Meskipun penyebarannya sudah meluas di beberapa negara luar endemiknya, seperti Eropa dan Amerika Utara, namun penanganan efektif untuk penyakit monkeypox masih menjadi perhatian utama. Virus cacar monyet pertama kali ditemukan pada monyet di penangkaran state serum institute di Copenhagen pada tahun 1958 (Patauner, Gallo dan Durante Mangonu, 2022). Awalnya, kasus infeksi pertama kali dilaporkan pada tahun 1970. Seorang anak berusia 9 bulan yang sedang melakukan perawatan intensif di Rumah Sakit Basankusu di Provinsi Khatulistiwa, Republik Demokratik Kongo diduga mengalami cacar. pada awalnya, cacar monyet merupakan penyakit endemik Afrika, akan tetapi sejak tanggal 13 Mei 2022, World Health Organization (WHO) menerima laporan kasus cacar monyet yang terjadi di 12 negara yang bukan endemik. 

               Peningkatan angka kejadian cacar monyet disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, pertama, derajat kemiripan protein atau epitop imun dengan ortopoxvirus. Kedua, reaksi positif antara antibodi dan sejumlah protein membran dan struktural. Respons sel T yang mengenali epitop pada berbagai protein virus, dan kemampuan sel T CD4 untuk mengenali protein struktural secara spesifik dan kemampuan sel T CD8 untuk mengenali faktor virulensi (Poland et al. 2022). Hal yang mendasari meningkatnya kasus cacar monyet tidak lepas pula dari faktor kesenjangan sosial ekonomi yang melanda negara di bagian endemik. Sejak tahun 2000 hingga 2009, ada 10.063 kasus di negara-negara Afrika, terutama di DRC, dan 47 di Amerika Serikat. Kasus terus berkembang pada dekade berikutnya. Dengan demikian, dari tahun 2010 hingga 2019, terdapat 19.065 kasus di 7 negara Afrika dan 6 kasus ditransimisikan dari Afrika ke negara non-endemik. Dalam penelitiannya, Thornhill et al. mengatakan bahwa secara keseluruhan, 98% orang yang terinfeksi cacar monyet adalah laki-laki atau biseksual, dan 75% berkulit putih. Usia rata-rata mereka yang terinfeksi adalah 38 tahun. Hingga 41% orang hidup dengan HIV. Faktor yang paling sering mempengaruhi penyebaran penyakit ini berhubungan dengan riwayat kontak seksual, dengan angka tertinggi terjadi pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL), disusul oleh paparan droplet dan faktor seksual lainnya. Oleh karena hal tersebut, perlu dihindari perilaku yang dapat berpotensi mengakibatkan terkena monkeypox, selain itu perlu dikembangkan kembali pengobatan yang efektif dan efisien. 

              CDC dan EU telah menyarankan Tecovirimat (TPOXX) yang merupakan pengobatan pilihan pertama oleh sudah disahkan di Amerika Serikat dan EU untuk pengobatan Monkeypox (Mazzotta et al., 2023). Tecovirimat yang termasuk golongan asil hidrazida tetrasiklik ini bekerja melawan virus Monkeypox. Tecovirimat dapat memberikan pengobatan yang efektif untuk pasien cacar monyet, namun dapat menyebabkan efek samping ringan seperti sakit kepala, mual, dan gejala gastrointestinal umum. Selain itu terdapat pengobatan lain yaitu Cidofovir merupakan obat yang bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dengan cara menyisipkannya ke dalam untai DNA. Meskipun cidofovir belum disetujui untuk pengobatan cacar monyet, 4.444 orang telah menggunakan cidofovir untuk pengobatan cacar monyet. Ini merupakan pengobatan pertama yang diberikan di Inggris, dan pada tahun 2022 juga terdapat 4.444 kasus cidofovir yang terkonfirmasi di AS. Pemberian cidofovir untuk pengobatan cacar monyet terhambat karena pasien mengalami defisiensi imun yang parah, dan cidofovir menyebabkan infeksi. Meskipun demikian, tecovirimat lebih disarankan karena efek sampingnya ringan. 

KATA KUNCI : Cacar Monyet, Endemik, Monkeypox, Tecovirimat.

DAFTAR PUSTAKA 

Kesuma, A. a. (2024). Tinjauan Literatur: Analisis Efektivitas Tecovirimat dan Cidofovir Pada Pasien Monkeypox. Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, 1062-1063. Suarayasa, I. Z. (2022). Mekanisme Penyebaran Cacar Monyet dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 30-32. Widjaja, S. &. (2023). Efektivitas Vaksin Cacar Monyet (Monkeypox). Jurnal Wiyata Penelitian Sains & Kesehatan, 112.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun