Namaku Lian. Anak yang penuh keterbatasan. Hanya bisa berkarya lewat tarian dan gerakan tubuhku yang lentur. Aku menari dan bergerak sesuai irama lagu dan mendapat pujian serta tatapan kagum dari teman-teman dan orang-orang yang menyaksikannya. Aku sangat bangga akan hal itu dan merasa bahwa aku sangat berbakat dalam bidang tarian.Â
Teman-teman ku senang berteman denganku karena katanya mereka menyukai kelebihanku yang satu-satunya ini. Guru-guru di sekolahku juga menjadikan aku sebagai anak 'emas' mereka, karena tak jarang aku mengharumkan nama sekolahku.
Tadinya hidupku berjalan dengan sangat baik hingga tiba suatu ketika aku mengalami cedera saat berolahraga sehingga menyebabkan kakiku menjadi pincang sebelah. Dan kalian bisa menebak kelanjutan dari hidup yang harus aku jalani semenjak insiden terburuk itu. Hal itu merukapan mimpi terburuk dalam hidupku. Sayangnya itu bukan hanya mimpi. Namun kenyataan. Kenyataan.Â
Ya. Kenyataan pahit. Aku sudah tidak bisa menari. Oleh karena kaki ku yang pincang ini. Mungkinkah aku kehilangan bakatku yang satu-satunya itu? Yasudahlah. Lupakanlah masalah itu sejenak. Aku harus mengambil minyak kayuputiharoma kesayanganku yang aku simpan baik-baik di kamarku. Kenapa harus minyak KayuPutihAroma yang aku gunakan di saat seperti ini? Karena tiada yang lain yang dapat menenangkanku. Pasti kalian bertanya. "Loh orangtuamu bagaimana?", "Teman-temanmu yang selalu memujamu apa kabar?".Â
Oh tidak. Aku tidak sanggup mengatakannya kalau orangtuaku tidak pernah peduli padaku. Teman-temanku hanyalah teman-teman yang palsu. Hanya datang di saat mereka butuh. Satu-satunya yang menemani aku sekarang adalah minyak kayuputiharoma lavender kesayanganku. Aromanya, khasiatnya, dan tetesannya dapat menenangkan dan membantuku untuk menenangkan diri, sampai aku terlelap.
Keesokan harinya aku mengambil minyak kayuputiharoma sambil mengoleskannya di leher dan kepalaku. Namun, aku masih bertanya-tanya. Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Lebih tepatnya setelah kehilangan kemampuan menariku yang  selama ini aku banggakan. Sambil membersihkan kamar, aku menemukan secarik kertas dan sekumpulan alat-alat mewarnai.Â
Aku pun mengambilnya dan mulai melukiskan sesuatu. Tanpa sadar aku pun terlarut dalam duniaku. Beberapa saat kemudian, aku telah menyelesaikan lukisanku. Apa aku yang terlalu percaya diri? Aku merasa lukisanku tidak jelek. Iseng-iseng aku mengambil gambar dari lukisanku dan mempostingnya di akun Instagram ku menggunakan segala hastag mengenai lukisan-lukisan. Tidak berapa lama kemudian, banyak sekali penyuka dan komen-komen positif pada postinganku. Aku kasih tau intinya saja ya.Â
Mereka... Mereka menyukai lukisanku. Bahkan sangat menyukainya! Kalian mau tau aku melukis apa? Aku melukis seorang anak yang kesepian dengan kaki pincang dan minyak kayuputiharoma di sebelahnya. Setelah kejadian itu, aku terus melukis dan menggambar apa saja yang ada di pikiranku dan mempostingnya lagi. Banyak sekali respon positif yang aku dapat. Melihat hal itu, teman-teman ku langsung mengajak ku berbicara. Sudah kuduga apa yang akan mereka katakan.Â
Yap. Mereka meminta maaf atas apa yang telah mereka lakukan padaku. Ingat akan ajaran yang diberilkan oleh orangtuaku bahwa aku harus memaafkan, aku pun memaafkan mereka. Meski berat. Namun aku harus melakukannya.
Kini aku menyadari satu hal. Aku memiliki bakat terpendam! Melukis dan menggambar. Hal yang selama ini aku anggap sampah dan tidak berguna. Namun sekarang, itulah yang aku harus tekuni sekarang. Memperkenalkan diriku sebagai pelukis yang baik. Ternyata tidak hanya menari, lewat hal lain yang selama ini aku anggap sampah dan tidak berguna, itulah yang menjadi bakatku. Aku menyesal tidak menyadarinya saat dulu. Orangtuaku juga sangat senang mendengar itu. Sekarang aku menjadi kekinian dengan caraku sendiri. Yaitu dengan hasil lukisan dan gambarku. Jadikekiniandengankpa itu keren banget.Â
Sekarang aku harus bertekad untuk memulai mengembangkan bakatku ini dengan tekun, sukacita, dan ikhlas. Aku harus membanggakan orangtua, teman-teman, sekolah, dan terlebih lagi Tuhanku yang selama ini selalu menyertai perjalanan hidup ku yang sulit ini.Â