“Kemana?
“Memberimu jarak untuk merindukanku”
Begitulah penutup percakapan terakhir kita kemarin.
Dan… ya.
Kau berhasil melakukannya. Sebuah lubang telah menganga di dadaku. Aku tak sanggup menutupnya sendiri, tanpamu. Bersamaku, hanya ada dua biji mata, yang akan kupejamkan untuk menciptakan kegelapan. Karena dalam gelap, kau serasa nyata, di sisiku.
Jadi tolong, pulangkan rinduku. Kau membawanya pergi terlalu lama. Halaman hatiku telah habis terpakai untuk menyuratimu. Dan dinding-dinding fikirku juga tak lagi muat menampung bayang-bayangmu. Tapi…masak sih aku harus duluan lagi bilang kangen.
Ah…berhitung saja kalau begitu. Tanganku meletakkan kotak mungil multi fungsi yang sedari tadi kugenggam ke pangkuanku, sambil berharap sebuah pesan akan muncul di layarnya. Jika sampai hitungan sepuluh tak kau kirimkan rindumu, maka aku yang akan mengirimimu rindu.
Satu...
Hening.
Dua..
Masih sepi.