“Kau lihat degupnya?”
Aku mengangguk ragu. Tak percaya. ‘Bukankah tadi sudah mati,’ begitu batinku.
“Jadi … tunggu apalagi. Pasang lagi.” Suruhmu pelan.
“Tapi dia menghitam?”
“Itu karena tak kau rawat. Cuci dulu sana.”
“Eng…tapi.. aku.. aku tak tahu caranya” jawabku terbata-bata.
“Hmm… sini kuajari.” Aku merasakan ada kehangatan yang menyusup perlahan dari jemariku. Ah, helaan tanganmu memupus semua ragu.
Untuk pertama kalinya hatiku beresonansi dengan sempurna, menangkap frekuensimu dengan bening. Rasaku mulai berdenting, bunyinya mengisi kolom-kolom kosong desau nafasku.
Ah, ternyata dari sanalah rinduku bermula.
--oOo—
“Pergi dulu ya.”