Mohon tunggu...
Eliab Dell
Eliab Dell Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Hobi Mendengarkan Music

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bebas Merantau Pulang adalah Kewajiban

4 Januari 2023   13:35 Diperbarui: 4 Januari 2023   13:42 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu tantangan seorang perantau adalah untuk menahan rindu akan kampung halaman. Selama perjalanan panjang di tanah rantau, ingatan akan rumah dan kampung halaman dimana tali pusat kita jatuh akan terus membara kerinduan dalam benak pikiran dan, ingatan datang saat senja menyapa, menemani  saat perjalanan pulang ke rumah singgah sementara. 

Tentu, kesempatan untuk pulang selalu terbuka untuk dieksekusi. Berkaca di saat sekarang, saat dimana kita pernah dilarang pulang walau dengan alasan apapun, ketika mendapat kesempatan untuk pulang walau hanya sebentar, kesempatan ini jelas tidak boleh disia -- siakan.

Belum lama memang saya pergi meninggalkan rumah, tetapi saya termasuk yang selalu berpikir untuk pulang. Yang pasti ini bukan perkara keras atau tidak, tetapi saya rasa tidak ada tempat senyaman rumah sendiri. Saya percaya, rumah selalu memiliki roh untuk memanggil penghuninya kembali merayakan cinta dan cerita di bawah atapnya. Suasana rumah seperti itulah yang membuat rindu saat harus pergi mencari nafkah ke kampung orang.

Selalu banyak alasan untuk pulang. Mungkin karena ada orang tua yang tetap ingin melihat anaknya secara langsung, bukan hanya suara ataupun gambar pada foto, kontak mata dan ekspresi tubuh secara langsung yang tidak akan tergantikan dengan gambar foto manapun. Mungkin juga karena ada anak yang ingin bermain dan tertawa bersama, merasa terlindungi dari dunia yang terasa asing. 

Sejatinya, pulang adalah tugas yang harus dituntaskan oleh setiap orang, yang memberikan arti sebenarnya dari sebuah perjalanan, yang mengakhiri suatu perjalanan yang merantau lama di perkotaan.

Terima Kasih Sang Waktu.

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun