Salah satu tantangan seorang perantau adalah untuk menahan rindu akan kampung halaman. Selama perjalanan panjang di tanah rantau, ingatan akan rumah dan kampung halaman dimana tali pusat kita jatuh akan terus membara kerinduan dalam benak pikiran dan, ingatan datang saat senja menyapa, menemani  saat perjalanan pulang ke rumah singgah sementara.Â
Tentu, kesempatan untuk pulang selalu terbuka untuk dieksekusi. Berkaca di saat sekarang, saat dimana kita pernah dilarang pulang walau dengan alasan apapun, ketika mendapat kesempatan untuk pulang walau hanya sebentar, kesempatan ini jelas tidak boleh disia -- siakan.
Belum lama memang saya pergi meninggalkan rumah, tetapi saya termasuk yang selalu berpikir untuk pulang. Yang pasti ini bukan perkara keras atau tidak, tetapi saya rasa tidak ada tempat senyaman rumah sendiri. Saya percaya, rumah selalu memiliki roh untuk memanggil penghuninya kembali merayakan cinta dan cerita di bawah atapnya. Suasana rumah seperti itulah yang membuat rindu saat harus pergi mencari nafkah ke kampung orang.
Selalu banyak alasan untuk pulang. Mungkin karena ada orang tua yang tetap ingin melihat anaknya secara langsung, bukan hanya suara ataupun gambar pada foto, kontak mata dan ekspresi tubuh secara langsung yang tidak akan tergantikan dengan gambar foto manapun. Mungkin juga karena ada anak yang ingin bermain dan tertawa bersama, merasa terlindungi dari dunia yang terasa asing.Â
Sejatinya, pulang adalah tugas yang harus dituntaskan oleh setiap orang, yang memberikan arti sebenarnya dari sebuah perjalanan, yang mengakhiri suatu perjalanan yang merantau lama di perkotaan.
Terima Kasih Sang Waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H