Mohon tunggu...
Nur Hudda Elhasani
Nur Hudda Elhasani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sekarang ini juga aktif menulis di http://flora-faunaindonesia.blogspot.com/ yang berisi tentang keaneka ragaman flora dan fauna di Indonesia\r\ngooglebe13744e1ad07cac.html

Selanjutnya

Tutup

Money

Berharap Hadirnya Bandara Internasional

18 November 2013   15:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:00 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="510" caption="Layout Bandara Internasional Kertajati"][/caption]

Kondisi beberapa bandara di daerah banyak dikeluhkan oleh sebagian besar konsumen transportasi udara ini dari masalah kesemrawutan parkir, taksi gelap, listrik kadang mati, waktu mendarat maupun waktu take off dan juga lokasi sekitar bandara yang sudah tidak steril lagi dari pemukiman penduduk. Hal tersebut menjadikan pemerintah pusat maupun daerah dan juga pihak pengelola yaitu Angkasa Pura bergerak untuk membuat bandara Internasional baru. Tengoklah semisal di Sumatera Utara (Kuala Namu), dan beberapa yang dalam taraf rencana maupun sudah berjalan, seperti Bandara Internasional Yogyakarta, Bandara Internasional Ngurah Rai, Bandara Internasional Kertajati, Bandara Internasional Karawang dan lainnya.

Pembangunan bandara Internasional baru ada yang dibangun di tempat baru namun ada pula yang dibangun di tempat lama seperti Bandara Internasional Ngurah Rai. Bandara Internasional Ngurah Rai ini konon katanya didesain lebih bagus daripada Bandara Internasional Soekarno-Hatta, yang saat ini sedang ramai dikeluhkan oleh beberapa dubes Negara Uni Eropa terkait waktu yang terlalu lama dibutuhkan saat hendak terbang ataupun mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Hal tersebut menyebabkan banyak waktu yang terbuang untuk menunggu dan juga bagi pesawat yang harus berputar-putar dulu sebelum mendarat menyebabkan penggunaan bahan bakar menjadi boros.

Keluhan terhadap bandara lama selain karena traffic penerbangan yang tinggi, juga banyak dikeluhkan karena factor bandaranya sendiri yang kecil atau sempit, sehingga tidak memadai untuk parkir maupun didarati oleh pesawat-pesawat berbadan besar. Banyak tanah yang dipakai menjadi bandara masih menyewa dari pemerintah daerah setempat. Dengan kondisi tersebut, bandara yang berada di atas tanah pemerintah daerah kurang bisa dikembangkan menjadi bandara yang komersial.

Kendala-kendala tersebut juga dialami oleh Pemprov Jawa Barat yang saat ini sedang mengebut pembangunan Bandara Internasional Kertajati. Manajemen PT Angkasa Pura II sedang membangun bandara baru di Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, sebagai pengganti Bandara Husein Sastranegara, Bandung.

Pemprov Jawa Barat menilai lokasi di Kecamatan Kertajati ini sangat ideal untuk pembangunan sebuah bandara dimana dari jalan utama Indramayu- Majalengka hanya berjarak 1.4 km saja. Selain kawasan bandara seluas 1800 hektar, luas lahan Aerocity dapat mencapai 3200 hektar yang terdiri dari kawasan industri, hunian, central park dan bebrapa penunjang lainnya.

Bandar Udara Internasional Kertajati adalah bandara yang dibangun di daerah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat seluas keseluruhannya 5000 ha dalam tahap awal akan dipergunakan hanya 646 ha .

Bandar udara ini tidak sama dengan Bandara Internasional Karawang, yang akan dibangun setelah tahun 2015 sebagai pelengkap Bandara Soekarno-Hatta . Bandar udara Majalengka berlokasi di Kabupaten Majalengka, sekitar 100 kilometer di timur Bandung. Bandar udara ini dibangun untuk menggantikan Bandara Husein Sastra Negara di Bandung, tetapi juga melayani daerah di sekitar Cirebon. Proyek ini diperkirakan menghabiskan biaya Rp 25,4 triliun. Per Februari 2011, konstruksi belum dimulai, tetapi mereka telah membersihkan 1.800 hektar untuk membangun bandar udara, sedangkan 500 hektar sekarang siap untuk dilakukannya proses pembangunan bandara. Sementara itu, jalan tol yang akan memberikan akses ke bandar udara baru sekarang telah dimulai pengerjaaan konstruksinya pada tahun 2011.

Infrastruktur seperti akses jalan ke bandara tersebut saat ini juga tengah dikebut, hal ini sangat berbeda dengan rencana proyek bandara Internasional di Yogyakarta yang sampai saat ini masih belum jelas progresnya. Pemerintah Pusat sepertinya belum mau melirik niat baik dari Pemprov DIY dalam membangun bandara ini, mungkin kebijakan pembangunan daerah Jawa Bagian Selatan masih belum menarik untuk diberdayakan dibanding Jawa Bagian Utara apalagi daerah tersebut dekat dengan Ibukota Negara.

DAMPAK PEMBANGUNAN BANDARA

Dengan adanya pembangunan bandara di berbagai tempat tersebut tentu saja sudah didahului dengan analisa dampak lingkungan, selain itu diharapkan juga dengan adanya pembangunan tersebut akan meningkatkan sector perekonomian masyarakat maupun peningkatan pendapatan pemerintah daerah yang bersangkutan.

Namun kadang yang sulit diantisipasi adalah berubahnya desa menjadi kota yang akan mempunyai dampak yang cukup luas baik dari sisi social, budaya maupun pendidikan masyarakat.

Daerah semisal Karawang maupun Majalengka sebagian besar merupakan pedesaan dengan matapencaharian penduduknya sebagai petani. Seandainya pemerintah hanya menitik beratkan pembangunan fisik saja tanpa mempersiapkan dampak perubahan bagi masyarakat setempat, maka pada akhirnya penduduk asli setempat akan tetap sebagai penonton dari pembangunan itu sendiri selebihnya akan dikuasai oleh pengusaha-pengusaha yang nantinya menjadi penguasa dari tanah-tanah leluhur mereka.

Kalau kita lihat stuktur perekonomian Kabupaten Majalengka yang digambarkan oleh distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menunjukan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang masih dominan dan menjadi andalan dalam memberikan nilai tambah PDRB Kabupaten Majalengka, dimana kontribusi yang diberikan sektor ini cukup besar. Pada tahun 2009 PDRB berdasarkan harga berlaku berlaku untuk sektor pertanian mencapai angka 2,947,388,50 (satuan dalam jutaan) dengan laju pertumbuhan untuk bahan tanaman pangan sebesar 9.35%, tanaman perkebunan 9.42%, peternakan dan hasil-hasilnya 10.68%, kehutanan 1.88% dan perikanan sebasar 11.8%.

Kedepannya pembangunan pendesaan akan diarahkan menjadi sebuah kawasan agropolitan. Konsep argopolitan merupakan salah satu alternatif pembangunan perdesaan dimana argopolitan adalah strategi pengembagan kawasan dengan tujuan untuk membangun sebuah agropolis (kota pertanian) yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya.

Pertanyaannya mampukah pemerintah menjaga komitmen dan konsistensi dari perencanaan wilayah Majalengka ini, jangan sampai hanya manis di konsep saja tetapi pahit di dalam pelaksanaannya. Hal ini kalau tidak benar-benar dijalankan janganlah berharap di daerah Majalengka dan sekitarnya masih melihat hijau sawah, rimbunnya hutan milik Perhutani dan juga aneka satwa yang selalu bercekerama di pagi hari.

sumber foto:http://jakartagreater.com/husein/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun