Mohon tunggu...
Abdul Hakim S Pd I
Abdul Hakim S Pd I Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sebagai Tenaga Pendidik dan Kependidikan, sekarang sedang melanjutkan Program Magister di STKIP Arrahmaniyah Depok, Studi PPKN

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Polemik Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia

14 Juli 2024   13:19 Diperbarui: 14 Juli 2024   13:29 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Polemik Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia

Pendahuluan

Pendidikan Menengah Kejuruan di Indonesia bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kerja terampil yang siap terjun kedunia industri namun kurikulum pendidikan menengah kejuruan (SMK) di indonesia sering kali menjadi sorotan dan mengalami polemik yang cukup serius.

tulisan ini akan membahas beberapa isi utama yang menjadi polemik dalam kurikulum PMK di Indonseia.


Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia sering menjadi bahan perdebatan. Beberapa isu utama yang muncul dalam polemik ini antara lain:

1. Relevansi Kurikulum dengan Dunia Industri
Banyak pihak mengkritik kurikulum SMK yang dianggap belum sepenuhnya selaras dengan kebutuhan industri. Ada kesenjangan antara kompetensi yang diajarkan dan keterampilan yang dibutuhkan di lapangan kerja.

Teknologi dan kebutuhan industri berkembang pesat, sementara kurikulum sering kali tidak dapat mengikuti perkembangan tersebut.

akibatnya lulusan PMK sering kali tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja. misalnya dalam bidang teknologi informasi, perubahan perangkat lunak dan perangkat keras terjadi sangant cepat, namun kurikulum yang diajarkan belum mengadaptasi teknologi yang sudah usang.


2. Kualitas Pengajaran dan Dosen
Kualitas tenaga pengajar di SMK sering menjadi sorotan. Kurangnya pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru menjadi hambatan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Hal ini mengakibatkan ketidak sesuaian antara teori yang diajarkan dengan praktik di lapangan pemeritahan perllu meningkatkan program pelatihan bagi pengajar agar mereka memiliki ketreampilan praktis yang relecan denganbidang kejuruan yang diajarkan.


3. Variasi Program Studi
Dengan banyaknya program studi yang ditawarkan, seringkali ada tumpang tindih atau bahkan kurangnya pemahaman mengenai prospek karier dari setiap program yang ada.


4. Fasilitas dan Infrastruktur
Banyak SMK yang masih kekurangan fasilitas dan peralatan praktik yang memadai, sehingga menghambat proses pembelajaran yang efektif.

Kekurangan fasilitas dan infrastruktur yang memadai di sekolah kejuruan juga menjadi kendala besar, Laboratorium, peralatan praktik dan bahan ajar sering kali tidak memadai untuk memberikan pengalaman praktis yang diperlukan.

Sebagai contoh, banyak sekolah kejuruan yang tidak memiliki mesin-mesi terbaru yang digunakan diindustri manufaktur, sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk belajar menggunakan teknologi terbaru.

5. Sistem Penilaian dan Akreditasi
Sistem penilaian yang belum komprehensif dan berfokus pada ujian teori ketimbang praktik juga menjadi perdebatan, mengingat karakter SMK yang lebih pada keterampilan. Sertifikasi kehalian yang diakui oleh industri menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan daya saing lulusan SMK. Namun proses sertifikasi dan akreditasi seringkali rumit dan tidakk konsisten. lulusan SMK perlu memiliki serfikasi kehalian yang diakui secara luas agar lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Selain itu, akreditasi sekolah kejuruan juga perlu ditinkatkan untuk menjamin kualitas pendidikan yang diberikan.
6. Peran Stakeholder
Terkadang, keterlibatan industri dalam penyusunan kurikulum masih minim, sehingga suara mereka tidak sepenuhnya terdengar dalam proses pendidikan.
Upaya Penyelesaian
Untuk mengatasi polemik ini, beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:

Kolaborasi dengan Industri: Membangun kemitraan yang lebih kuat antara SMK dan industri untuk memastikan kurikulum yang diajarkan relevan dengan kebutuhan pasar.
Peningkatan Kualitas Guru: Mengadakan program pelatihan dan sertifikasi yang rutin bagi guru untuk meningkatkan kompetensi mereka.
Peningkatan Infrastruktur: Investasi dalam fasilitas pendidikan dan alat praktik agar siswa dapat belajar dengan lebih baik.
Monitoring dan Evaluasi: Melakukan evaluasi berkala terhadap kurikulum dan sistem pendidikan untuk memastikan efektivitas dan relevansi.
Kesimpulan
Polemik mengenai kurikulum SMK di Indonesia mencerminkan tantangan yang kompleks. Diperlukan kerjasama antara pemerintah, sekolah, dan industri untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik dan relevan bagi siswa.

7. Kesetaraan dengan Pendidikan Umum.

SMK sebagai pendidikan formal perlu kiranya menambah dan upgrade kualitas kurikulumnya agar mendukung dengan Dunia Industri yang saat ini mengalami keraguan yang pesat di dalam pemutakhiran teknologi industri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun