Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di Dzakarta, n hidup di tengah kaum dhua'afa. Ingin menjadi Inpirite for Dhua'fa Communities. Bercita2 mjd Bpk asuh dari anak2 cerdas yg gak mampu, menyuarakan aspirasi mereka Yuuk kita BERCINTA. cinta kelg, anak2, ortu,.... cinta remaja, n'..hmmmm dlm KLINIK CINTA milik elha

Selanjutnya

Tutup

Puisi

‘Gempa’ di Rawasari, Jakarta Pusat

6 April 2011   22:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:03 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Getaran hebat terjadi seketika. Bumi laksana bergoncang dasyat bagai gempa 8,7 SR. Tak kuasa berpijak. Teringat peristiwa Fukushima, Jepang. Teriakan Allahu Akbar membahana.

[caption id="attachment_99005" align="aligncenter" width="300" caption="Peta Indonesia (dian_wina_Wordpress.com)"][/caption] Subhanallah. Air mata menetes mengiringi Asma Allah yang keluar dengan ikhlas. Subhanallah, tetesan air mata jatuh menyentuh bumi, menambah goyangan yang semakin kencang Asytaghfirullahal'azhiem. Rumah-rumah permanen beterbangan, kecuali tetangga-tetangga mereka yang rajin silaturahim,  berbagi kasih sayang dan menebarkan salam Rumah-rumah bordil lulu lantak.  Seluruh penghuni, PSK, Hidung Belang dan Mucikari terhempas. Kecuali mereka yang melakukannya karena tekanan, dikorbankan, super sangat terpaksa karena kebutuhan amat mendesak untuk anak atau keluarga. Asytaghfirullahal'azhiem. Linangan air mata menghentikan goncangan. Bumi mendengar kesadaran hati mereka. Satu mata terbuka, ingin melihat langsung kejadian 'gempa'. Namun bumi tak menampakkan kelainan. Semua masih normal dan apa adanya. Mata kembali terpejam Asytaghfirullahal'azhiem. Gedung-gedung pecakar langit berguncang bagai kipas ke kiri dan ke kanan. Puluhan, ratusan atau ribuan manusia cerai berai bagai anai-anai yang beterbangan. Di baju-baju mereka tertulis kata singkat, Koruptor, atau kalimat penghapus hak rakyat. [caption id="attachment_99006" align="aligncenter" width="300" caption="koruptor (maalhuda.sch.id)"]

13020447391969606502
13020447391969606502
[/caption] Yang tersisa mereka yang bekerja normal, tulus dan sesuai ketentuan. Mereka yang terheran-heran dengan peristiwa ini. Asytagfirullahal'azhiem. Tetesan air mata jatuh ke lantai. Menenteramkan kegelisahan bumi. Mata kembali dibuka. Memperhatikan keadaan sekitar. Semua masih sama. Aman dan terkendali. Alhamdulillahu-wallahuAkbar. Bumi kembali terguncang. Guncangan yang dasyat namun tidak menggerakan apapun yang ada di dunia ini. Rumah-rumah tetap berdiri. Kantor-kantor tetap berdiri. Orang-orang tetap berlalu lalang. Bumi tersenyum. Helaan nafas panjang. Kembali melanjutkan dzikir. Menahan rasa yang bergejolak. Menahan hati yang gundah. Subhanallah, alhamdulillahu-wallahuAkbar. Lantunan dzikir yang ikhlas dengan ketawadhuan mampu menenteramkan bumi. Menenangkan dunia. Asytaghfiriullahal'azhiem. Taubatan nasuha yang menghentak bumi. Mengemuka amarah terhadap mereka yang maksiat, menghilangkan cinta dan memaksa mengambil hak orang lain. Dzikir di sepertiga malam. Sungguh mendekatkan diri kepada alam. Kepada hati. Dan kepada Sang Pemilik alam dan hati. Salam cinta dan ukhuwah elha - KLINIK CINTA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun