Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di Dzakarta, n hidup di tengah kaum dhua'afa. Ingin menjadi Inpirite for Dhua'fa Communities. Bercita2 mjd Bpk asuh dari anak2 cerdas yg gak mampu, menyuarakan aspirasi mereka Yuuk kita BERCINTA. cinta kelg, anak2, ortu,.... cinta remaja, n'..hmmmm dlm KLINIK CINTA milik elha

Selanjutnya

Tutup

Money

Waralaba, Solusi dan Kemudahan Berinvestasi

26 Januari 2011   02:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:11 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Era kekinian investasi pada dunia usaha semakin dipermudah. Bila sebelumnya investasi lebih tertuju pada bursa komoditi (commodities Excange) atau sharing investment berupa pembelian saham, obligasi dan penanaman modal langsung atau direct counter dengan membuka usaha mandiri, kini hanya dengan 'menitipkan' modal/dana dalam jumlah tertentu anda sudah memiliki sebuah usaha yang berprospek cerah. Sistem tersebut dikenal dengan nama Waralaba atau Franchise.

Bpk. Gatot, pemilik waralaba singkong keju (elha.doc)

Sejarah Waralaba

Sebenarnya waralaba bukan barang baru, dia sudah dikenal sejak tahun 60-70an, khususnya di Amerika Serikat dengan istilah franchise. Meski demikian, Franchise sesungguhnya berasal dari Eropa (Perancis dan Inggeris). Nama Franchise sendiri berarti sebuah 'kebebasan (Freedom). Saat itu kaum bangsawan diberikan oleh raja untuk menjadi tuan tanah (Tuan Takur) pada daerah-daerah tertentu. Bangsawan bisa melakukan apapun atas tanah yang dikuasakan kepadanya dengan kompensasi tertentu seperti membayar pajak/royalty/upeti kepada Raja sebagai pemberi mandate

Dalam dunia usaha, waralaba konon pertama kali diperkenalkan oleh Isaac Singer pada tahun 1850an dengan tujuan untuk meningkatkan penjualan mesin jahit singernya. Namun pada masa tsb Waralaba bukan sebuah pilihan sehingga (menurut sejarah) upaya Isaac Singer mengalami kegagalan.

Waralaba mengalami peningkatan pesat ketika makanan cepat dan siap saji memasuki arena ini. Dimulai pada tahun 1919, ketika A&W Root beer mendirikan usaha tsb. Lalu pada tahun 1935 restoran modern cepat saji mulai menunjukkan dominasinya dalam bisnis waralaba, yaitu ketika Howard Deering Johnson yang bekerja sama Reginald Sprague dalam mengembangkan bisnis rrestoran modern ini.

[caption id="attachment_85768" align="alignright" width="300" caption="Mesin jahit singer, konon produk waralaba pertama di dunia (photo trinitran-entrepreneuring.blogspot.com)"]

12960121152035650494
12960121152035650494
[/caption]

Booming waralaba sendiri di negeri Uncle Sam itu terjadi setelah berrakhirnya Perang Dunia ke-2. Namun 'kerikil' barrier mengiringi boomingnya Warala laba dengan maraknya praktek penipuan. Banyak usaha yang mengaku Franchise namun belum teruji keberhasilannya. Yang paling menarik, banyak Franchisor (pemilik Franchise/pemilik usaha pertama) yang lebih focus kepada menjual franchisenya ketimbang membangun usaha, system ataupun networkingnya. Akibatnya banyak investor/penanam modal, terutama mereka yang belum berpengalaman mengalami kegagalan.

Kegagalan yang banyak dialami oleh para investor baru mendorong didirikannya asosiasi yang menaungi usaha ini dengan nama International Franchise Association (IFA) pada tahun 1960. Salah satu tujuan dari pendirian IFA adalah untuk menciptakan iklim usaha franchise yang terpercaya. Selain itu, IFA juga menelurkan kode etik Franchise sebagai pedoman bagi anggotanya

Payung Hukum Waralaba kemudian diterbitkanpada tahun 1978 oleh Federal Trade Commission (FTC) yang mengeluarkan peraturan tentang wajibnya setiap Franchisor atau pemilik usaha waralaba untuk memberikan penawaran peluang waralaba kepada public. Selain itu juga merek harus memiliki semacam brosur, proposal, klausul dan peluang / prospek bisnisnya serta informasi lengkap mengenai hal yang berkaitan dengan usaha yang di franchisekannya. Atau dalam bahasa mereka disebut dengan (Uniform Franchise Offering Circular).

.

Waralaba di Indonesia

Waralaba di Indonesia berkembang sekitar tahun 1970an, ketika dimunculkan istilah Franchise plus. Makna Francishe plus adalah si pewaralaba selain diberi lisensi sebagai juga dibimbing/dibantu untuk merakit/membuat produk yang sesuai dengan aslinya. Di periode berikutnya franchisor mengembangkan sistemnya dengan memberikan bantuan manajemen agar si perawalaba dapat meraih keuntungan atas investasi yang ditanam di bidang tsb.

Saat ini bisnis dan sistem waralaba sudah berkembang demikian pesat. Tidak hanya bidang otomotif (seperti awalnya) namun juga memasuki ranah publik lainnya, bahkan masuk dalam relung kehidupan keluarga.

Namun tak dapat dipungkiri bahwa dominasi usaha waralaba masih dipegang oleh makanan cepat saji, mengingat budaya khas masyarakat Indonesia yang sangat senang berkumpul (guyub) sambil menikmati makanan, cemilan, dan atau teman untuk sebuah kegiatan.

1296010670545815275
1296010670545815275
7 eleven, salah satu waralaba kelontong modern (elha.doc)

Investasi yang diperlukan untuk waralaba juga tidak lagi sebesar dahulu. Kini hanya dengan modal Rp. 35 Juta kita sudah bisa membeli/memiliki lisensi usaha merk tertentu. Bahkan ada yang menawarkan investasi hanya Rp. 25 juta rupiah saja.

Selain itu, faktor kemudahan lainnya adalah diterbitkannya payung hukum yang menggawangi status legal formal si pemilik waralaba (pemilik usaha) dan pewaralaba (anggota yang ikut menanamkan investasinya), yaitu :

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 / 2007 tentang Waralaba

2. Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31/M-DAG/PER/8/2008 Tentang penyelenggaraan Waralaba

3. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997 Tentan Ketentuan Pendaftaran Usaha Waralaba

Jenis Waralaba yang ditawarkan pun beragam, diantaranya :

1. Makanan Cepat saji seperti Donat, Chikens, Burger, Bakso, Pempek hingga yang tradisional seperti soto daerah dan Bakwan malang. Bahkan ada yang unik dan khas yaitu Singkong Keju

2. Bidang Pendidikan, misalnya tempat kursus dan bimbel seperti LP3I

3. Bidang Jasa seperti ke-agen-an produk automotif dan kendaraan roda dua hingga roda empat

12960103231160014067
12960103231160014067
Waralaba chicken (elha.doc)

4. Bidang Ritel. Bidang ini mulai mewabah sekitar satu dekade terakhir dengan lahirnya pasa modern seperti Indomaret, Alfamaret, Alfamidi dlsb.

5. Dan lainnya

Tips & Trick Memilih Waralaba

Apakah bisnis Waralaba selalu menguntungkan? Apakah setiap usaha waralaba selaku menjajikan dan berprospek cerah? Yupz, jika usaha yang dipilih adalah jenis usaha yang sudah teruji keberhasilannya. Jika tidak....ya kelaut aja deh.

12960102411300754059
12960102411300754059
Bpk. Anton, tidak seberuntung yg lain (elha.doc)

Anton, adalah salah satu pewaralaba yang tidak memperoleh keuntungan dari kegiatan bisnis ini. Setelah tertarik dengan informasi dan keberhasilan salah satu franchisor (pemilik waralaba) sebut saja Bakso 'X', dia menanamkan investasi sebesar Rp. 25 juta untuk masa kemitraan selama 3 tahun. Salah satu faktor yang membuatnya tertarik adalah pemilik atau pembuat bakso tsb meraih penghargaan Wirausaha terbaik kedua (?) .

.

Namun baru 7 bulan berjalan, angin tak sedap menerpanya. Pemilik usaha Bakso 'X', yang juga teman dekatnya 'bercerai' dengan pihak pembuat/produsen bakso, sehingga kiriman bakso yang diterima Anton berbeda baik dari sisi kualitas ataupun taste (rasa).

Side effectnya sudah bisa diterka, usaha waralaba yang dirintisnya selama 7 bulan sedikit dem sedikit mengalami kemunduran. Pelanggan seperti walking away. Pergi dan tak kembali.

Lalu bagaimana agar peristiwa seperti yang dialami Anton tidak terulang pada kita. Berikut tips dan tricknya :

  1. Jangan terpengaruh oleh nama besar Brand Luar Negeri. Karena mayoritas lidah orang Indonesia adalah 'Melayu's Taste'.
  2. [caption id="attachment_85765" align="alignright" width="300" caption="Indomaret & Alfamaret yg sering berdekatan (elha.doc)"]
    1296010486985796596
    1296010486985796596
    [/caption]
  3. Memilih Merk atau Waralaba yang sudah populer dan dikenal masyarakat luas
  4. Jangan lupa, cicipi dulu rasa dan kualitas produk waralaba tsb
  5. Selidiki sejarah, keberhasilan dan reputasi dari usaha dan produk waralaba itu.
  6. Jangan malu untuk mencari tahu kondisi Manajemen perusahaan dan keuangan perusahaan penerbit waralaba
  7. Tak lalah penting adalah pendapat masyarakat atas produk waralaba.
  8. Waralaba berbeda dengan usaha sendiri. Berbeda dengan pembelian saham dan obligasi. Resiko waralaba lebih besar ketimbang semuanya. Jadi jangan segan untuk bertanya dan terus mencari informasi sedetail-detailnya.
  9. Jika sudah memilih salah jenis usa waralaba, pelajari secara cermat kontrak dan klausul dari setiap bab/pasal kontrak tsb.

Bila kedelapan butir tips & trices tsb sudah dilakukan, Insya Allah resiko kerugian dapat diminimalisir.

Demikian, semoga bermanfaat

.

Salam cinta dan ukhuwah

--elha / KLINIK CINTA--

Financial Planner

www.jangankedip.blogspot.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun