Mohon tunggu...
Elga Pingka Anjani
Elga Pingka Anjani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/UIN Sunan Kalijaga

Saya seorang mahasiswa si UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Erving Goffman Teori Dramaturgi: Membangun Citra Diri yang Dilakukan oleh Seorang Dokter Gigi

27 Oktober 2022   21:09 Diperbarui: 27 Oktober 2022   21:16 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

UTS Teori Sosiologi Modern

Elga Pingka Anjani

21107020067

Erving Goffman merupakan seorang sosiolog kelahiran Meanville, Alberta, Kanada pada tanggal 11 Juni 1922. Sebelum kelahiran Goffman, Ayah dan Ibunya merupakan seorang Yahudi Ukraina yang melakukan migrasi ke Kanada. Pada tahun 1937, ayah Goffman sukses menjadi seorang penjahit. Melalui kesuksesan ayahnya tersebut Goffman dan keluarganya pindah ke Dhaupin, Manitobia. Setelah pindah ke Dhaupin, Manitobia, Goffman masuk ke sekolah St. John's Technical High School di Winnipeg. 

Setelah 2 tahun menjalani sekolahnya, Goffman melanjutkan studinya di Universitas Manitobia dengan mengambil konsentrasi kimia. Setelah menjalankan studinya beberapa saat, Goffman memutuskan untuk pindah dan memilih untuk bekerja pada sebuah industri film di Ottawa.

Erving Goffman mulai tertarik mendalami bidang sosiologi. Tidak lama kemudian ia menemui sosiolog asal Amerika Utara bernama Dennis wrong. Goffman memutuskan untuk pindah ke Universitas Toronto. Goffman banyak belajar dengan  tokoh yang ahli dalam bidangnya yaitu C.M.W Hart dan Ray Birthwhistell. Pada tahun 1945 Goffman lulus dengan gelar Bachelor of Arts (BA) dalam bidang sosiologi dan antropologi.

Pada tahun 1949, Goffman mendapatkan gelar Masters of Arts (MA) dari Universitas Chicago. Kemudian 3 tahun setelahnya, tahun 1952, Goffman mendapatkan gelar Doctor of Phylosophy (Ph.D). Dari Desember 1949 sampai dengan Mei 1951, Goffman mengerjakan disertasi doktoralnya dengan mengumpulkan data etnografi di Unset, Pulau Shetland, Skotlandia yang kemudian dibukukan dengan judul The Presentation of Self in Everyday Life (1956). Melalui buku ini Goffman menjelaskan tentang "Teori Dramaturgi".

Dalam karyanya yang berjudul The Presentation of Self in Everyday Life (1956) sangat penting menggambarkan tentang 'Self'. Konsep Goffman tentang 'Self' mendapat oleh George Mead, khususnya dalam diskusinys antara 'I' (sebagai aspek spontan dari diri) dan 'Me' (sebagai aspek diri yang dipaksa oleh norma-norma sosial). 

Ketegangann itu terjadi karena ada perbedaan antara apa yang orang lain inginkan agar kita berbuat sesuai keinginan mereka dan apa yang kita lakukan secara spontan. Ada perbedaan antara keinginan pribadi dan juga kebutuhan dengan suatu keharusan yang diharapkan oleh orang lain atau masyarakat.

Teori dramaturgi tidak lepas dari pengaruh tentang The Looking Glass Self, yang terdiri dari tiga komponen. Pertama, kita berkembang sebagaimana kita seperti orang lain; Kedua, memikirkan suatu tentang bayangan bagaimana mereka menilai penampilan kita; dan Ketiga, kita mengembangkan perasaan tentang diri kita, seperti malu, bangga, sebagai sebagai hasil dari penilaian orang lain.

Dalam pandangan penulis melalui referensi buku "Ringkasan Kumpulan Madzhab Teori Sosial"   dan beberapa sumber lainnya, penulis menerjemahkan teori dramaturgi sebagai teori yang menjelaskan bagaimana seseorang bertindak melakukan interaksi sosial dengan berperan melalui alur yang dibuat oleh orang yang menentukan alur cerita pementasan drama tersebut. Di atas panggung, aktor akan melakukan sandiwara di mana seseorang akan memainkan peran tertentu di depan penonton. Dalam pertunjukan, panggung diartikan sebagai tempat berlangsungnya kehidupan sosial; drama atau pertunjukan berarti sebuah kehidupan sosial; sedangkan aktor adalah posisi tententu di dalam masyarakat.

Setiap aktor memiliki tujuan dari presentasi diri yang dilakukannya yaitu untuk membangun identitas sosial bagi para aktor. Goffman berasumsi bahwa aktor akan memvisualisasikan suatu citra dirinya ketika ia berinteraksi dengan orang lain. Aktor akan menampilkan citra dirinya yang dapat diterima oleh orang lain. Erving Goffman menyebut upaya yang dilakukan oleh aktor tersebut dengan istilah manajemen kesan (impression management), yaitu upaya untuk menampilkan citra diri dengan tujuan tertentu.

Teori dramaturgi di dalamnya terdapat panggung yang digunakan oleh aktor untuk memainkan peranannya. Terdapat istilah panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage. Panggung depan dimana para aktor akan memainkan perannya secara formal. Di dalam pangung depan terdapat setting yang berarti seseorang yang menduduki posisi tertentu maka akan membutuhkan kelengkapan tertentu untuk menjalankan tugasnya. Seperti contohnya seperti seorang dokter gigi yang membutuhkan alat-alat penunjang yang digunakan untuk praktiknya dalam menangani pasien. Selain itu ada juga yang disebut sebagai personal front, seperti contohnya seorang dokter gigi yang membutuhkan jasnya saat bekerja.

Selain panggung depan (front stage), dalam teori dramaturgi juga terdapat istilah panggung belakang (back stage). Panggung belakang berarti para aktor akan bertindak non-formal, bebas berekspresi dengan segala tingkah lakunya. Bagian panggung belakang biasanya bersifat tertutup sehingga tidak dapat dilihat dari panggung depan. Dalam kehidupan sehari-hari panggung belakang dapat dicontohkan seperti kehidupan seseorang ketika sedang berada dirumah, ia tidak perlu menjadi apa yang orang lain inginkan sehingga bebas betingkah laku. Jadi, panggung belakang ini bersifat pribadi dan tidak ditunjukkan kepada orang lain pada umumnya.

Dari teori yang penulis pahami, penulis mencoba mengambil sampel contoh kehidupan seorang dokter gigi muda berumur 32 tahun. Ia sudah berkeluarga dan memiliki satu orang anak berumur 2 tahun. Penulis mencoba mewawancarainya mengenai kehidupan sosialnya yang dikaitkan dengan teori dramaturgi milik Erving Goffman. Pertama penulis bertanya mengenai identitas dirinya, "Selamat sore, silahkan perkenalkan diri terlebih dahulu." Lalu informan tersebut dengan senyum yang ramah mengatakan "Sore juga, baik saya akan perkenalkan diri saya, Nama saya Anindita Purnama Wulandari, saya bekerja sebagai dokter gigi di sebuah rumah sakit di jogja dan juga buka praktik klinik berlokasi di jln. Godean" dengan lembut suaranya ia menjawab. Selanjutnya penulis bertanya lagi, "Semenjak tahun berapa anda menjadi dokter gigi?" dengan antusias ia menjawab, "Semenjak tahun 2018 saya menjadi dokter gigi."

Selanjutnya penulis masuk pada kehidupan sosial seorang dokter gigi tersebut, "Bagaimana kehidupan keseharian anda menjadi seorang dokter gigi?" Informan pun menjawab " Untuk keseharian saya dalam melayani pasien saya berpenampilan menggunakan atribut seorang dokter gigi dan juga saya bersikap ramah serta humble dengan pasien yang memeriksakan giginya kepada saya. Ketika saya bertemu dengan pasien anak-anak, saya harus mencoba melakukan pendekatan terlebih dahulu. Terkadang dalam pemikiran anak-anak periksa ke dokter gigi adalah hal yang menyeramkan. Dengan begitu saya harus membangun citra diri seorang dokter yang tidak menyeramkan dan bersahabat disemua lintas usia". 

Penulis bertanya kepada informan tersebut, "Pendekatan seperti apa yang anda lakukan?" lalu kemudian informan tersebut menjawab "Biasanya saya akan bercerita mengenai kesehatan gigi itu penting dan kemudian saya akan memuji si anak dengan kata hebat dan lain sebagainya sebagai bentuk apresiasi terhadap keberanian si anak tersebut. Saya juga mencoba menahan emosi saya ketika bertemu dengan pasien anak yang rewel"

Lalu bagaimana sikap anda ketika berada dirumah?, "Saya merupakan pribadi yang tegas dan cenderung disiplin. Ketika saya dirumah saya mengajarkan kepada anak saya dengan yang sikap tegas namun tetap soft. Saya lebih bebas mengekspresikan diri saya ketika sedang berada dirumah, saya bisa menjadi diri saya seutuhnya yang tidak terlepas dari hal-hal yang luput seperti dalam hal menahan amarah. Saya juga merupakan pribadi yang tidak senang bertele-tele, ketika anak saya membuat kesalahan terkadang saya langsung memarahinya lalu memberikan penjelasan dan pemahaman yang baik kepadanya".

Itulah hasil wawancara penulis dengan seorang dokter gigi. Seseorang yang berprofesi dokter gigi mempunyai peranan yang berbeda ketika ia sedang menjalankan tugasnya dan ketika dia terlepas dari tugas tersebut. Dokter gigi merupakan status sosial yang disandang seseorang dan ada beban tersendiri didalamnya. Orang lain atau masyarakat memiliki harapan terhadap sikapnya ketika berhadapan langsung dengan pasien. Dengan begitu seorang dokter gigi pun harus bersikap sebagaimanya mestinya agar dirinya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

Referensi

Buku Ringkasan Kumpulan Mazhab Teori Sosial

Buku Teori Sosiologi Modern, Bernard Raho

Skripsi "Self-Presenting Pada Media Sosial Instagram Dalam Tinjauan Teori Dramaturgi Erving Goffman" Tahun 2019. Di tulis oleh Tian Angga Pradhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun