Setiap aktor memiliki tujuan dari presentasi diri yang dilakukannya yaitu untuk membangun identitas sosial bagi para aktor. Goffman berasumsi bahwa aktor akan memvisualisasikan suatu citra dirinya ketika ia berinteraksi dengan orang lain. Aktor akan menampilkan citra dirinya yang dapat diterima oleh orang lain. Erving Goffman menyebut upaya yang dilakukan oleh aktor tersebut dengan istilah manajemen kesan (impression management), yaitu upaya untuk menampilkan citra diri dengan tujuan tertentu.
Teori dramaturgi di dalamnya terdapat panggung yang digunakan oleh aktor untuk memainkan peranannya. Terdapat istilah panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage. Panggung depan dimana para aktor akan memainkan perannya secara formal. Di dalam pangung depan terdapat setting yang berarti seseorang yang menduduki posisi tertentu maka akan membutuhkan kelengkapan tertentu untuk menjalankan tugasnya. Seperti contohnya seperti seorang dokter gigi yang membutuhkan alat-alat penunjang yang digunakan untuk praktiknya dalam menangani pasien. Selain itu ada juga yang disebut sebagai personal front, seperti contohnya seorang dokter gigi yang membutuhkan jasnya saat bekerja.
Selain panggung depan (front stage), dalam teori dramaturgi juga terdapat istilah panggung belakang (back stage). Panggung belakang berarti para aktor akan bertindak non-formal, bebas berekspresi dengan segala tingkah lakunya. Bagian panggung belakang biasanya bersifat tertutup sehingga tidak dapat dilihat dari panggung depan. Dalam kehidupan sehari-hari panggung belakang dapat dicontohkan seperti kehidupan seseorang ketika sedang berada dirumah, ia tidak perlu menjadi apa yang orang lain inginkan sehingga bebas betingkah laku. Jadi, panggung belakang ini bersifat pribadi dan tidak ditunjukkan kepada orang lain pada umumnya.
Dari teori yang penulis pahami, penulis mencoba mengambil sampel contoh kehidupan seorang dokter gigi muda berumur 32 tahun. Ia sudah berkeluarga dan memiliki satu orang anak berumur 2 tahun. Penulis mencoba mewawancarainya mengenai kehidupan sosialnya yang dikaitkan dengan teori dramaturgi milik Erving Goffman. Pertama penulis bertanya mengenai identitas dirinya, "Selamat sore, silahkan perkenalkan diri terlebih dahulu." Lalu informan tersebut dengan senyum yang ramah mengatakan "Sore juga, baik saya akan perkenalkan diri saya, Nama saya Anindita Purnama Wulandari, saya bekerja sebagai dokter gigi di sebuah rumah sakit di jogja dan juga buka praktik klinik berlokasi di jln. Godean" dengan lembut suaranya ia menjawab. Selanjutnya penulis bertanya lagi, "Semenjak tahun berapa anda menjadi dokter gigi?" dengan antusias ia menjawab, "Semenjak tahun 2018 saya menjadi dokter gigi."
Selanjutnya penulis masuk pada kehidupan sosial seorang dokter gigi tersebut, "Bagaimana kehidupan keseharian anda menjadi seorang dokter gigi?" Informan pun menjawab " Untuk keseharian saya dalam melayani pasien saya berpenampilan menggunakan atribut seorang dokter gigi dan juga saya bersikap ramah serta humble dengan pasien yang memeriksakan giginya kepada saya. Ketika saya bertemu dengan pasien anak-anak, saya harus mencoba melakukan pendekatan terlebih dahulu. Terkadang dalam pemikiran anak-anak periksa ke dokter gigi adalah hal yang menyeramkan. Dengan begitu saya harus membangun citra diri seorang dokter yang tidak menyeramkan dan bersahabat disemua lintas usia".Â
Penulis bertanya kepada informan tersebut, "Pendekatan seperti apa yang anda lakukan?" lalu kemudian informan tersebut menjawab "Biasanya saya akan bercerita mengenai kesehatan gigi itu penting dan kemudian saya akan memuji si anak dengan kata hebat dan lain sebagainya sebagai bentuk apresiasi terhadap keberanian si anak tersebut. Saya juga mencoba menahan emosi saya ketika bertemu dengan pasien anak yang rewel"
Lalu bagaimana sikap anda ketika berada dirumah?, "Saya merupakan pribadi yang tegas dan cenderung disiplin. Ketika saya dirumah saya mengajarkan kepada anak saya dengan yang sikap tegas namun tetap soft. Saya lebih bebas mengekspresikan diri saya ketika sedang berada dirumah, saya bisa menjadi diri saya seutuhnya yang tidak terlepas dari hal-hal yang luput seperti dalam hal menahan amarah. Saya juga merupakan pribadi yang tidak senang bertele-tele, ketika anak saya membuat kesalahan terkadang saya langsung memarahinya lalu memberikan penjelasan dan pemahaman yang baik kepadanya".
Itulah hasil wawancara penulis dengan seorang dokter gigi. Seseorang yang berprofesi dokter gigi mempunyai peranan yang berbeda ketika ia sedang menjalankan tugasnya dan ketika dia terlepas dari tugas tersebut. Dokter gigi merupakan status sosial yang disandang seseorang dan ada beban tersendiri didalamnya. Orang lain atau masyarakat memiliki harapan terhadap sikapnya ketika berhadapan langsung dengan pasien. Dengan begitu seorang dokter gigi pun harus bersikap sebagaimanya mestinya agar dirinya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Referensi
Buku Ringkasan Kumpulan Mazhab Teori Sosial
Buku Teori Sosiologi Modern, Bernard Raho