Oh Tuan, tega nian kau tancapkan duri
Pada perasaanku yang murni
Tanpa basa-basi
Kau pergi
Oh Tuan! bagaimana kau bisa
Menorehkan luka
Tanpa penyesalan atau iba
Tuan! mengapa kau memalingkan wajahmu
Pada perempuan itu
Padahal aku
Aku
Ada untukmu!
Tuan! apakah kau tuli?
Hati ini menjerit ngeri
Bahkan kudukku berdiri
Namun mengapa kau tak peduli?!
Tuan! hatiku merana
Tapi mengapa
Kau malah tertawa dengannya
Mengapa
Kau bergurau dengannya
Tuan! cemburu membuatku buta
Tapi kau tak sedikitpun peka
Jangan kau duduk denganya
Jangan kau bermesraan dengannya
Jangan kau dengannya
Denganku saja
Tuan, aku tak suka meminta
Tuan, kenapa kau buatku menelan nestapa?
Katanya, cinta seharusnya indah, Tuan.
(Tangerang, 15 Mei 2022)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H