“ Dihadapan teman-teman sekalian, aku ingin menyatakan perasaan ku pada seorang yang sangat aku sukai. Seorang yang selalu membuat aku tersenyum, seorang yang begitu aku harapkan. Saat ini, teman-teman dan panggung ini akan menjadi saksi bukti sayang aku pada dia. Mali anak 9A. Maukah kamu menerima cinta ku?” semua anak bersorak dan mengangkat-angkat Mali.
Dengan keras Mali mengatakan “Tidak, emang siapa yang sudi pacaran dengan gadis buruk rupa seperti dia, bahkan anjing aku saja tidak sudi”
Mendengar hal tersebut, Butiran air mata Elga menjatuhi pipinya. Kado yang digenggamnya terjatuh karena ia tidak mampu menahannya lagi. Elga lari sekencang mungkin kedalam kelas yang tidak dilihat teman-temannya dan menangis sejadi-jadinya.
Elga tidak keluar dari kelas hingga acara usai. Bahkan seluruh teman-temannya yang mencarinya sudah tidak ia sahuti. Sampai mereka berfikir Elga telah pulang.
Selepas acara selesai, Elga keluar dari persembunyiannya dan berniat mengambil kado yang telah ia jatuhkan. Tapi sayang kado tersebut telah hilang dan dia berfikir mungkin kadonya telah dibuang.
Segera dia membongkar seluruh tong sampah pada malam tersebut untuk mencari kotak hadiahnya. Namun ia tidak menemukannya..
Setelah kejadian tersebut mereka tidak pernah bertemu kembali..
Elga dan Mali mengambil sekolah ditempat yang berbeda-beda. Dalam hati Elga, ia berjanji tidak akan pernah mau bertemu dengan Mali lagi. dia malu dan merasa tidak pantas mencintai seorang laki-laki.
Hingga pada suatu hari....
Bersambung....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H