[caption caption="TSA Pekanbaru sedang mendengarkan cerita bapak Ghani"][/caption]
Tempo hari aku menghadiri acara reuni alumni oleh Tanoto Scholar Asosiation Pekanbaru. Yea awalnya aku merasa malas untuk mengikuti acara ini, bahkan sebelumnya untuk acara latihan nya saja aku malas untuk menghadirinya. Yea,, masalah inilah yang selalu menghantui ku ketika aku ingin aktif di organisasi yang biasa disingkat TSA pekanbaru oleh Tanoto Foundation ini. Tetapi hari itu aku mengahadiri acara tersebut dan mendapat jawaban atas kemalasan ku. Aku bagaikan monyet. Mengapa tidak???
Dengan terbangun pagi- pagi dari tidur ku dengan waktu menunjukan pukul 05:00 WIB di layar telepon seluler ku, aku segera bangit dan teringat sesuatu yang hampir ku lupakan, acara alumni TSA Pekanbaru. Segera ku berfikir “mungkin aku harus bergegas pergi”. Dengan berkemas–kemas sampai pukul pukul 07:23 WIB aku berangkat dari rumah. Mungkin pertanyaannya aku melakukan apa selama 2 jam 23 menit? Apa hanya untuk berkemas kemas? Ya,, ada pekerjaan yang tidak biasa ku lakukan ingin ku jadikan rutinitas ku. Aku berangkat dengan seorang temanku yang bisa dibilang sedikit tampan tetapi playboy cap tikus
Pada pukul 08;17 WIB kami sampai di Alam Mayang kawasan Harapan Raya, Pekanbaru dan bertemu dengan teman-teman yang lain. Dengan sibuk mempersiapkan acara semua orang berpencar. Ada yang sedang duduk, berdiri, berbincang bincang sampai dengan bermain smartphone seperti biasa berfoto selfie ria yang sudah menjadi rutinitas masa sekarang. Aku segera mengambil bagian ku duduk mengambil posisi disalah seorang TSA.
Dengan beratapkan tenda dikelilingi pohon- pohon rindang beserta taman- taman yang berhiaskan bunga-bunga. Terdapat halaman sirkuit mobil-mobilan tidak jauh disebelah kami dengan jalur yang berliki-liku. Aku duduk memandang kearah kolam dimana orang-orang sedang memancing. Kami dipanggil untuk anggota baru dan diberi wejangan serta semangat pagi untuk acara tersebut. Don’t give up without suksesfull, Slogan bagi seluruh anak TSA agar tidak ada kata menyerah untuk meraih kesuksesan.
Acara pun dimulai pukul 09;00 WIB dengan rangkaian acara, kata sambutan, materi dan hal yang paling ditunggu tunggu yaitu bermain games. Games yang terdiri dari 4 permainan ini dengan 7 kelompok bermain dengan waktu 80 menit.
Priiiiiitttt,,, permainan dimulai, semua orang berlari lari mencapai permainan yang mau duluan dimainkan. Kami mendapatkan permainan dengan mengangkat segelas cangkir berisi air diatas sebuah kain untuk dibawa kegaris finish. Kain ditarik sampai setegang-tegangnya hingga cangkir berdiri dengan kokoh tampa terjatuh walau tidak dipegang ketika digiring. Dengan semangat yang berkobar kobar dan cangkir yang terjatuh hingga 2 kali kami harus bolak balik mengulang permainan, pada akhirnya kami berhasil memenangkan pertandingan tersebut. Dengan hati gembira segera berlari-lari kepertandingan berikutnya. Semua permainan dilalui dengan gelak tawa, memanjat-manjat pun akhirnya harus dilakukan demi menyelesaikan permainan hingga pertandingan selesai.
Lelahpun akhirnya menghampiri kami semua, lalu aku segera mengambil secangkir teh yang diisi es buah melon yang tentunya telah dipersiapkan oleh panitia acara. Es buah melon dengan leluasa mengalir membasahi kerongkongan ku. “wuaaakhh rasanya segar sekali”. Makan siang akhirnya menyusul setelah teman- teman yang lain menyelesaikan permainan. Alunan musik menghiasi makan siang saat itu, menjadikan orang-orang yang telah kelaparan bagaikan cacing kepanasan menjadi adem dan lupa diri menikmati makanan yang telah disajikan. Perut kenyang, tenggorokan lega, hembusan angin sepoy-sepoy membuat mata mengantuk yang membuat tampak hampir tidak bersemanagat. Dengan merebahkn diri diantara tumpukan tas aku mencoba menyantaikan diri.
Segera malas malasan itu tersentak oleh datangnya bapak gani utusan Tanoto Foundation untuk memberi motivasi. Kami dipanggil dari tempat kami mengasyikkan diri. Bapak gani sudah biasa berhadapan dengan orang-orang muda seperti kami dan semuanya merasa senang dengan ceritanya. Namun sebelumnya beliau mengajak kami bernyanyi untuk mengembalikan semangat kami.
Beliau menceritakan sebuah cerita pada kami tentang hidup seorang monyet. Hahahah,,, bukan!! yang benar adalah penelitian seorang profesor terhadap lima ekor monyet. Beliau menyuruh kami dibagi 3 kelompok dan ada 1 kelompok yang memecahkan diri dari kelompok-kelompok lain yang membuat kelompok bertambah 1. Cerita monyet diminta bapak gani untuk kami pecahkan. Dengan waktu 30 menit semua kelompok harus memecahkan masalah ditambah yel –yel yang membuat penampilan detektif masing masing kelompok semakin menarik. Dengan berbagai variasi penjelasan, cerita dijelaskan oleh seorang notulis masing masing kelompok. Dalam penjelasan ada yang serius, ada yang melucu, ada yang narsis dan ada pula yang kalau dibilang saya sendiri pun tidak tahu apa yang mereka lakukan didepan
Jadi begini ceritanya:
Seorang profesor memasukan 2 ekor monyet kedalam suatu ruangan. Monyet A dan monyet B. Didalam ruangan ada sebuah tiang yang diatasnya terdapat setandan buah pisang. Monyet A kemudian mencoba naik memanjat tiang untuk mengambil pisang kemudian disemprot air oleh profesor. Kemudian monyet memanjat lagi, disemprot lagi, memanjat lagi dan disemprot lagi hingga si monyet give up. Monyet B kemudian melakukan hal yang sama dan mengalami hal yang sama dengan monyet A.
Kemudian Prof memasukan monyet C dan monyet C berfikir mengapa monyet berdua hanya terduduk memandang pisang dan tidak memanjat?. Dengan penasaran ia hendak memanjat dan dilarang monyet A dan B “ jangan memanjat itu berbahaya, pokoknya bahaya” jelas monyet A dan B. Monyet C pun tidak berani memanjat. Kemudian monyet A dan B diambil oleh Profesor dan menggantinya dengan monyet D dan E. Monyet D ingin memanjat namun dilarang oleh monyet C, “ jangan memanjat katanya itu berbahaya, pokoknya berbahaya” kata monyet C. Monyet D dengan keinginan yang luar biasa akhirnya mengurungkan niatnya. Monyet E pun hendak memanjat sama halnya dengan monyet monyet yang lain dan dilarang oleh monyet C dan D katanya berbahaya, namun karena rasa percaya diri dan keberanian monyet E dia berkata “ jangankan tiang setinggi itu, dihutan sana, pohon yang lebih tingi dan berbahaya sudah aku panjat” tangkasnya. Akhirnya monyet E pun memanjat tampa disemprot oleh sang profesor dan menikmati pisangnya.
Dari cerita diatas setiap kelompok memiliki pendapat yang berbeda-beda terhadap cerita monyet. “Begitulah kita, memiliki pandangan yang berbeda beda terhadap pokok suatu masalah dan memiliki cara yang berbeda-beda menghadapi masalah”.
Inti dari pembicaraan semua kelompok poin pertama adalah “manusia akan berjuang menghadapi masalah untuk mencapai tujuannya, berusaha dan berusaha, namun ketika masalah itu sudah tidak mampu untuk dihadapi lagi, manusia akan cenderung menyerah walau sebenarnya tujuan itu sedikit lagi akan tercapai bila mau sedikit bekerja keras lagi”. Seperti ditunjukan oleh monyet A dan B berusaha menghadapi tantangan namun pada akhirnya menyerah.
Poin kedua dari cerita diatas adalah “ manusia adalah penyampai informasi”. Apabila ada suatu berita maka manusia akan cenderung menginformasikan berita tersebut keseluruh penjuru dari mulut ke mulut yang dapat mengurangi atau menambah isi berita yang pada akhirnya informasi menjadi tidak jelas.
“Ketika mereka menghadapi masalah terhadap suatu tujuan, mereka akan memberitakan masalah tersebut kepada orang lain. Ada beberapa maksud dari penyampaian informasi ini yaitu untuk melemahkan seseorang yang akan mencapai tujuan yang sama, agar mereka juga ikut menyerah dan yang kedua adalah untuk memberi kekuatan”. Seperti yang dilakukan oleh monyet A dan B terhadap monyet C, yang pada akhirnya monyet C menjadi lemah.” Jadi kiranya sampaikanlah informasi yang bernilai positif”.
Poin ketiga adalah “Manusia cenderung menyerah mencapai tujuan dari informasi yang belum jelas”. Manusia sebagai penyampai informasi sering menyampaikan pesan “katanya” padahal pesan ini tidak tau dari siapa dan bagaimana jelasnya permasalahan. Seperti yang dilakukan oleh monyet C terhadap monyet D, monyet C hanya mengetahui informasi dari monyet A dan B bahwa “itu berbahaya” kemudian Monyet C mengatakan kepada monyet D “katanya itu berbahaya”. Akhirnya monyet C dan monyet D menyerah sebelum berjuang.
Poin keempat adalah “Manusia yang pentang menyerah”. manusia seperti ini hampir jarang ditemui, karena tetap optimis dan berani mengambil resiko walau telah banyak orang yang melarang karena “katanya berbahaya”. “Berani mengambil resiko adalah salah satu karakter dari orang-orang yang pantang menyerah”. Mereka tidak akan menyerah sebelum mencapai tujuan mereka, dan mereka akan gagah berani mengatakan “Masalah lebih berat dari pada ini telah aku hadapi, dan aku tidak akan kalah terhadap masalah yang lebih kecil ini”.
Begitulah kita, kita seperti monyet diatas. kita memiliki karakter dan pemikirann yang berbeda-beda. Cara menghadapi masalah yang berbeda-beda pula. Ada yang menyerah sebelum tujuan itu tercapai karena merasa tidak sanggup. Ada yang menyerah sebelum bertarung. Dan ada pula yang tetap gigih hingga tujuan itu tercapai.
yang manakah kita?
Ya tergantung kita memilih yang seperti apa. Tetap berjuang atau malah menyerah. Don’t Give Up Without a Fight.
Acara pun selesai, kegiatan ditutup dengan bernyanyi dan menari. Para TSA menampilkan kebolehan mereka. Ketika memasuki sesi dance, semua para TSA diajak ikut menari, semua TSA naik keatas panggung dan bergoyang diiringi musik. Goyangan dan sorakan memenuhi arena. Semua tampak bersuka cita tampa terkeculi. Alam Mayang menjadi begitu meriah dengan alunanan musik-musik. Para anak muda meluapkan gairah masa mudanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H