Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi masa kini juga semakin berkembang terutama pada era globalisasi. Pergerakan cepat dalam berbagai aspek kehidupan mengikuti perkembangan dunia pada era globalisasi yang dimana hampir semua hal dapat dengan mudah diakses melalui kemutakhiran teknologi. Kemajuan teknologi yang kian canggih serta perkembangan zaman yang semakin modern membuat budaya asing lebih mudah dan lebih cepat masuk ke Indonesia. Globalisasi memiliki kemungkinan menimbulkan homogenisasi pop culture atau budaya pasar dan hebridisasi kebudayaan (Idi S. 2011:497). Tidak hanya budaya dari budaya Barat saja, kini budaya Asia juga mulai aktif menjalar di seluruh dunia.Â
Korea Selatan menjadi salah satu negara dari Asia Timur yang berhasil menjadi pengekspor budaya populer melalui musik, mode fashion, kuliner, drama, film dan sebagainya. Tren yang ada di dunia pada masa sekarang tidak terlepas dari peranan komunikasi sebagai alat yang digunakan untuk menyampaikan berbagai pesan, ideologi serta nilai kehidupan (Melly Ridaryanthi, 2014:88). Budaya Korea berkembang sangat pesat dan meluas secara global hingga ke seluruh penjuru dunia. Korean Wave atau yang biasa disebut Hallyu dalam bahasa korea ini merupakan kebudayaan pop culture yang berasal dari Korea Selatan. Hallyu atau yang bisa disebut sebagai "Gelombang Korea" pertama kali muncul pada pertengahan tahun 1990-an setelah Korea mengadakan hubungan diplomatik dengan Tiongkok pada tahun 1992.
Korean Wave juga menjual produk-produk kebudayaan melalui musik, film, drama, kuliner, dan kebiasaan yang memadukan unsur tradisional serta modern di dalamnya. Penyebaran produk budaya korea melalui Korean Wave atau Hallyu ini sudah merambah ke pasar dunia yang dimana pada saat ini hampr di seluruh penjuru duna menikmati budaya pop ini. Korea Selatan dalam beberapa tahun terakhir ini berhasil menyebarkan produk budaya populernya ke dunia internasional. Budaya Korea berkembang begitu pesatnya dan meluas serta diterima publik sampai menghasilkan sebuah fenomena demam Korean Wave. Korean Wave adalah sebuah istilah yang diberikan untuk tersebarnya atau gelombang Korea secara global di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia, dilihat dari pengertian di atas maka Korean Wave dapat dikategorikan sebagai suatu fenomena (Robertson dalam Frulyndese K, 2016:2).
Kini Korean Wave mulai mempengaruhi gaya hidup masyarakat di Indonesia khususnya para remaja, dengan adanya fenomena ini tentu membuat mereka lebih mencintai budaya Korea dibanding budaya negeri sendiri. Produk Korea Selatan yang cukup digemari masyarakat Indonesia khususnya para generasi muda adalah K-Pop. Korean Pop atau K-Pop adalah genre musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Kecintaan penggemar terhadap idolanya membuat apapun berita terbaru terkait idola yang disebarkan melalui media sosial akan selalu dipantau kapan saja tanpa mengenal waktu.Â
Penggemar K-Pop sering menghabiskan waktunya berjam-jam di depan komputer atau ponsel yang dimiliki hanya untuk mencari, berbagi dan berdiskusi mengenai idola yang menjadi kesenangan hingga ke perilaku obsesif yang berlebihan yaitu stalking (menguntit) apa saja terkait idola penggemar K-Pop. Tidak dapat dipungkiri, keberadaan K-Pop memberi efek konsumtif kepada para K-Popers sehingga para penggemar rela menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk sekedar mencari tahu informasi seputar K-Pop (M. Khairil, dkk. 2019:15).Â
Fenomena budaya Korean Wave yang paling nyata terjadi yaitu pada beberapa waktu lalu, dimana salah satu restoran cepat saji yang berkolaborasi dengan idol K-Pop BTS atau Bangtan Boys. Boy Band asal Korea Selatan itu tengah menjadi idola di seluruh penjuru dunia. Restoran cepat saji itu berkolaborasi dan meluncurkan produk BTS Meal. Kolaborasi ini menjadi sebuah momen euforia bagi para penggemarnya (Army) terutama bagi pada penggemar BTS di Indonesia. Kesuksesan strategi pemasaran dari restoran cepat saji itu tidak terlepas dari banyaknya penggemar dari boyband BTS yang ada di seluruh penjuru dunia.
Menu dari BTS Meal itu sendiri sebetulnya sama saja dengan menu sehari-hari yang ada di resto cepat saji tersebut, yang membedakan hanyalah saus yang disediakan di resto itu merupakan saus special edition. Pada hari pertama peluncuran menu ini yaitu pada tanggal 9 Juni 2021 lalu mendapati antusias dari penggemar BTS yang sangat membludak dan membuat kehebohan diseluruh cabang resto. Menu yang semula dipasarkan hingga bulan Juli mendatang itu pun sampai tak lagi dijual untuk menghindari kerumunan. Tentu hal ini bukan soal menu makanan semata, melainkan adanya logo dari BTS yang menarik pada bungkus makanan tersebut.Â
Siapa sangka bungkus BTS Meal yang sudah menjadi sampah pun bisa dijual hingga ratusan ribu rupiah di beberapa marketplace. Tak hanya itu, untuk mendapatkan produk tersebut para penggemar BTS rela mengantri berjam-jam hanya untuk mendapatkan satu bungkus makanan dari resto cepat saji itu. Bahkan ada banyak penggemar yang sudah antri seharian namun akhirnya tidak kebagian menu tersebut karena sudah ludes terjual. Tetapi dikarenakan antusias dari para fans BTS (Army) itu sangat banyak, mereka rela untuk mengantri lagi dikemudian hari demi untuk mendapatkan menu BTS Meal.
Fenomena ini merupakan bukti suksesnya Hallyu atau gelombang korea (Korean Wave) yang menjadi kebijakan nasional Korea Selatan dalam dua dekade terakhir. Antusias dari masyarakat yang besar terhadap menu BTS Meal ini membuat harga dari menu tersebut melambung tinggi. Dalam aplikasi jual beli online, harga menu BTS Meal berkisar antara Rp 50.000 hingga jutaan rupiah. Hal ini dimanfaatkan oleh beberapa oknum untuk mendapatkan keuntungan dalam kesempatan ini.Â
Melihat dari fenomena di atas, para penggemar idola K-Pop rela melakukan apa saja demi memuaskan kesenangannya yang berkaitan dengan penggemarnya. Sekalipun mereka harus merogoh kocek yang cukup tinggi, mereka tetap akan melakukannya demi menunjukkan ke-fanatikannya terhadap penggemarnya. Fans K-Pop dianggap selalu berlebihan, gila, obsesif adiktif dan konsumtif yang dimana hal tersebut akan berdampak sangat buruk jika tidak segera dihentikan.Â