Mohon tunggu...
elfira mahmud
elfira mahmud Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Flexing: Tanggung Jawab Siapa?

17 Maret 2023   10:14 Diperbarui: 17 Maret 2023   10:35 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sosial menjadi tempat untuk membagikan segala aktifitas di segala kondisi mulai dari kegiatan masak memasak, liburan, daily laife, sekolah, hingga rutinitas kerjaan. Media sosial menjadi memberikan ruang kepada siapapun untuk menggunakan sosial mendia dengan sebijak mungkin. Namun akhir-akhir ini kegiatan di media sosial nampaknya cukup mengkhawatirkan. 

Banyak yang menjadikan sosial media sebagai ajang pamer harta atau yang ramai disebut sebagai flexing. Pemer harta bukan hanya berupa uang tapi juga berupa pamer outfit dengan barang branded, mobil mewah, hingga kegiatan menghambu-hamburkan uang. Kegiatan flexing ini banyak dilakukan oleh orang-orang diberbagai kalangan, mulai dari yang benar-benar kaya hingga yang hanya ingin butuh pengakuan di sosial media

Pamer harta tentu membawa dampak yang kurang baik seperti tidak menjadi diri sendiri, selalu butuh pengakuan orang lain, kurang bersyukur dan masih banyak lagi. Lalu siapa yang bertanggung jawab atas perilaku flexing ini? 

Bagaimana cara mengatasi flexing sejak dini? Meskipun bukan perilaku yang merugikan orang lain tetapi bukan berarti dibenarkan untuk terus melakukan itu. Peran orang tua yang paling besar dalam mencegah ini sebagai pihak yang paling berpengaruh. Mencegah flexing harus dimulai dari orang tua, kemudian memberikan pemahaman kepada anak, mencontohkan perilaku sederhana dan mengajarkan anak untuk bersyukur. 

Selain itu pendidikan juga mengambil peran, seperti saat ini pendidikan karakter selalu di utamakan  kedepannya bisa melahirkan lulusan yang memiliki karakter baik, yang bisa menjadi contoh dan pengaruh baik bagi lingkungannya. Kemudian memilih lingkungan pertemanan  yang positif bisa mengarahkan pada kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat.

Nah kompasianer menjadi lingkungan yang seperti apa? masih stuck pada pertemanan yang flexing atau berani keluar dari zona nyaman itu? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun