Mohon tunggu...
Elfi Nur widyaningrum
Elfi Nur widyaningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Elfi Nur widyaningrum 22107030087_UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Keindahan dan Sejarah Makam Raja Mataram Yogyakarta

25 Mei 2023   20:16 Diperbarui: 25 Mei 2023   20:21 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makam Raja Islam terletak di kawasan bersejarah Kotagede Yogyakarta Indonesia. Sejatah keberadaan kompleks Makam Raja Mataram Kotagede tidak lepas dari berdirinya kerajaan Mataram Islam dan sosok Panembahan Senopati. 

Di lansir dari laman Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Panembahan Senopati memilki nama asli Dandang Sutowijoyo juga dikenal sebagai Sutawijaya. Beliau merupakan putra dari Ki Gede Pemanahan, sosok yang telah berhasil membantu Jaka Tingkir ( Sultan Hadiwijaya) untuk membunuh Arya Penangsang. Atas jasanya, Ki Ageng Pemanahan mendapat hadiah berupa Alas Mentaok sebagai tanah perdikan. 

Lalu, Ki Ageng Pemanahan bersam denga keluaraga dan pengikutnya berpindah ke Alas Mentaok dan membangun desa kecil di hutan tersebut. Pada masa kepimipinan Ki Ageng Pemanahan, satatus wilayah ini hanyalah sebuah kadipaten di Kerajaan Panjang dan mendidikan Kerajaan mataram islam. 

Sutawijaya lalu mengangakat dirinya menjadi sultan pertama kerajaan Mataram Isalam dengan Gelar Panembahan Senopati. Pada massa awal pendiriannya, kerajaan Mataram Islam yang berada di bawah pemerintahan Senopati Memilki Ibu kota yang berlokasi di Kotagede yang berarti kota besar. 

Selain memeprluas daerah kekuasaan, panembahan Senopati juga mulai membangun bentang yang mengelilingi keraton dari bahan batu batu, serta parit pertahanan yang menegelilingi benteng luar. 

Panembahan Senopati juga mendirikan Kompleks Makam Raja Mataram di Sebelah barat Masjid Agung Kotagede. Pembangunan kompleks makam raja di kotagede di lakuakan secara bertahap, bahkan terus dilanjutkan sesudah Panembahan Senopati wafat. Di ketahui pembangunan Kompleks Makam Raja Mataram Kota gede di mulai pada tahun 1598 dan selesai pada tahun 1606. 

Image: Foto Pribadi 
Image: Foto Pribadi 

Kompleks makam raja mataram menyatu dengan lokasi kompleks Masjid Gedhe Mataram. Kompleks masjid gede yang dilengkapai dengan makam ini merupakan salah satu komponen bekas ibu kota kerajaan Mataram Islam yang meliputi keraton, alun-alun, masjid, dan pasar. 

Lokasi bekas ibu kota Mataram isalm di kotagede komponen ibu kota kerajaan yang dapat kamu jumpai hanya tinggal kompleks masjid (termasuk makam kerajaan ) dan pasar. 

Lokasi makam raja mataram kotagede merupakan gubahan ruang dan tata letak bangunan yang terdiri dari 4 bagian yang masing-masing dipisahkan oleh tembok besar pagar berupa pasangan bata tanpa spesi (perekat) dan tanpa pester. 

Masing-masing pagar klister dilengkapai dengan pintu gerbang, pagar kelompok bangunana tersebut memepertegas pembagian ruang pada kompleks ini. Lokasi ini terdiri dari atas beberapa kompleks banguanan:

1. Kompleks Bangsal Dhudha

Dalam kompleks tersebut terdiri dari bangunan bangsal Dhudha, Kelir, pagar dan gapura.

2. Kompleks Bangsal Kawedanan

Di dalam bangsal tersebut terdapat juru kunci terdiri atas dua bangunan bangsal dan dua bangsal tambahan.

3. Kompleks Mataram

Terdiri atas beberapa bangunan cungkup dan struktur (berupa jirat dan nisan), gapura serta pagar.

4. Komopleks Sendang

Di kompleks ini terdapat pemandian terdiri atas struktus sendang, seliran putra dan putri, bangunan bangsal, tembok pagar, gapura, dan tembok kelir.

Image: Foto Pribadi 
Image: Foto Pribadi 

Akses untuk masuk ke dalam makam dapat melewati halaman di sisi selatan kompleks masjid. halaman tersebut terdapat dua halaman yaitu halaman pertama yang ada bangunan bangsal Duddha dan halaman kedua yang terdapat dua banguanan bangsal Kawedanan Juru Kunci. 

Terdapat akses dari halaman kedua ini untuk menuju kompleks makam disisi barat dan menuju kompleks Sendang Seliran di barat daya. Di pintu masuk halaman pertama beruapa gapura berbentuk Paduraksa, sedaangakan di pintu masuk halaman kedua berupa gapura berbentuk Padukarsa dan Kelir. 

Akses untuk menuju ke halaman pertama melalui Gapura Paduraksa sisi selatan halaman masjid. pada samping kiri kanan gapura ini terhubung dengan tembok yang mengelilingi halaman pertama. 

Pada sisi selatan gapura terdapat tembok kelir (renteng) berfungsi sebagai pembatas pandangan dari halaman masjid kea rah halaman pertama. Struktur tembok kelir menyerupai huruf "L" yang bagian struktur sisi barat menempel pada tembok pagar. 

Pada permukaan tembok kelir tersebut terdapat hiasan dalam pigura bajur sngkar dan pada sudut-sudutnya terdapat bentuk antefiks (simbar). Pada struktur tembok kelir terdapat dua prastasi. 

Prastasi pertama berada di sisi utara berbahan kayu yang mencantumkan tentang naik takhta dan wafatnya Panembahan Senopati. Prastasi kedua berada diujung tembok kelir sisi seletan yang berisi tentang kenaikan takhta Panembahan Senopati, selesainya pembanguanan makam dan renovasi makam. 

Pada halaman pertama terdapat banguanan bangsal Dhudha yang berfungsi sebagai banguanan penerima para wisatawan atau tamu yang ingin berkunjung ke makam. pada Bangsal Dhudha terdapat prastasi kayu yang berisi pendirian Bangsal Dhudha pada tahun 1556 Jawa (1634 M). 

Pada halaman kedua bangunan terdapat dua bangunan Bangsal Kawedanan Juru Kunci yang saling berhadapan. Bangsal di sisi utara untuk juru kunci dari Kraton Yogyakarta. Untuk kamu yang suka dengan tempat-tempat bersejarah, Makam Raja Matram Kotagede Yogyakarta menjadi tempat yang cocok buat kamu. 

Namun, jika ingin berkunjung ke Makam Raja Matram anda harus memperhatikan larangan-larangan yang ada di sana. Jika ingin masuk ke dalam makam bisan akan di dampingin oleh abdi dalem, abdi dalem adalah orang yang nantinya akan menjelaskan sejarah-nya. 

Saat masuk makam tidak boleh memaakai sendal atau sepatu, juga tidak boleh mengenakan pakian bebas, laki-laki wajib memakai blangkon, lalu kebaya lurik dan mengenakan jarik dan untuk Wanita wajib menggunakan kemeben dengan di tutupi jarik di pundak. 

Selain itu dilarang juga untuk memakai aksesoris seperti jam, cincin, kalung, anting dan lain sebagainya. Saat berziarah di dalam makam juga di larang untuk mengambil gambar, setelah keluar dari makam baru boleh memotret.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun