daripada harus mengisi dunia dengan cerita penuh derita.
Dan katamu, hidup terlalu megah untuk dinodai dengan rasa gelisah.
Â
Kita duduk termangu menghadap dunia fana,
berdua, bersama,
entah untuk sekadar mengamati,
menikmati,
atau malah menangisi benda-benda mati yang tak sanggup kita miliki,
benda-benda tanpa nyawa yang senantiasa mereka puja.
Atau kita memilih berdua karena sama-sama ingin lupa,
pada seisi dunia semu yang mematikan kalbu?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!