Mohon tunggu...
Elsa K. Filimdity
Elsa K. Filimdity Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 Fakultas Teologi, Penulis, Seniman, Atlit.

Elsa K. Filimdity, S.Si Teol, adalah mahasiswi lulusan Fakultas Teologi UKSW strata 1. Aktif berorganisasi sejak SMP, menjadi Ketua OSIS SMP Kristen 1 Pulau-pulau Aru selama 2 periode, Ketua OSIS SMA Negeri 1 Dobo (sekarang SMA Negeri 3) 2016/2017. Ketua Forum Anak Jargaria (FAJAR), Pengurus Forum Anak Maluku Manisse 2017-2019. Sekretaris 2 Kwarcab Aru, BPMF Fakultas Teologi 2 Periode pada Komisi C dan menjadi Ketua HIPMMA Salatiga 2 periode, 2020-2022 dan sekarang menjabat sebagai Ketua Walang GPM UKSW. Selain aktif di organisasi, segudang prestasi yang diraih ialah, mewakili Kepulauan Aru sebagai Atlit Catur 2010, mewakili provinsi Maluku untuk Volly Ball Puteri di Jakarta 2014, mewakili Klasis GPM Aru untuk Baku Dapa Anak Remaja GPM, Saumlaki 2015, mewakili Kepulauan Aru untuk Musicalisasi Puisi di Ambon 2016, menjadi Duta Anak Maluku pada Forum Anak Indonesia, Riau 2017. Aktif mengikuti pramuka dengan menjadi: Anggota Saka Bahari dan Anggota Saka Bhayangkara Kepulauan Aru. Hobby: Menulis, Bermain Alat Music (Piano, Suling, Gitar), Cipta Lagu & Puisi, serta olahraga Volly dan Catur.

Selanjutnya

Tutup

Politik

POLITIK IDENTITAS? (Sebuah Sudut Pandang Historisitas)

14 Januari 2024   19:36 Diperbarui: 14 Januari 2024   19:46 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerakan politik identitas memiliki dua kelas atau kelompok yang berbeda, yakni kelompok menindas (kelompok kanan) dan kelompok yang tertindas (kelompok kiri). Kemudian politik identitas juga berkaitan erat dengan kelompok mayoritas dan minoritas. Dalam perkembangannya, politik identitas mengalami perluasan, dimana yang awalnya kelompok kiri yang memainkan aksi protesnya terhadap ketidakadilan yang dialami, kini kelompok kanan juga mulai memainkan politik identitas dimana etnisitas, keagamaan, dll (identitasnya) juga nasionalisme digunakan sebagai narasi politik untuk menggerakkan orang dengan tujuan merebut kekuasaan.[7]

Contoh atau Wujud-Wujud Politik Identitas

Berdasarkan dengan pembahasan terkait dengan historisitas politik identitas, dapat dipahami bahwa politik identitas yang mengandung unsur positif adalah politik identitas yang digunakan oleh kelompok-kelompok minoritas atau kelompok kiri atau kelompok yang terdiskriminasi (yang memiliki identitas yang sama) oleh kelompok mayoritas dengan tujuan untuk menuntut adanya keadilan dan kesetaraan. Sedangkan politik identitas dapat dikatakan negatif jika kelompok tersebut menggunakan identitas yang dimilikinya sebagai alat dengan tujuan untuk memperebutkan kekuasaannya.                                                                           

Menurut Manuel Castells politik identitas memiliki 3 model kontruksi identitas, yaitu:

  • Legitimasi identitas, merupakan  identitas yang dibangun oleh institusi yang memiliki sisi dominan dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu, pelekatan sebuah identitas dalam model ini merupakan ciri paling utama dari kelompok.[1] Contoh:  partai politik merupakan wadah organisasi yang berdasarkan kesamaan pola pikir dan orientasi yang dikonsolidasikan. Sehingga dalam hal ini kelompok melihat, bahwa partai politik juga merupakan politik identitas yang bertujuan untuk kekuasaan politik.[2]
  • Resistensi identitas, merupakan sebuah identitas yang dilekatkan oleh aktor sosial, dikarenakan adanya sebuah tekanan yang membuat munculnya satu resistensi, sehinngga menyebabkan pembentuk sebuah identitas yang berbeda dari kebanyakan identitas lainnya.
  • Proyek identitas, adanya pembentukan identitas baru dari aktor sosial yang berada  kelompok tertentu untuk mewujudkan identitas baru di tengah-tengah identitas yang sudah ada, demi mencapai sebuah kedudukan dalam posisi jabatan politik. Contoh: Revolusi akhlak atau revolusi mental yang dijalankan oleh HBR. Dari tindakan  yang dilakukan oleh aktor sosial tersebut, menyebabkan terjadinya bias pemahaman akan posisi kepemimpinan Negara dan ajaran keagaman.

Seberapa bahayanya politik identitas? baca pada artikel berikutnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun