Mohon tunggu...
Elfian
Elfian Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa olahraga yang tak pernah olahraga || Instagram: billoo_17 || #YNWA

Sedang dalam misi melarikan diri dari diri sendiri untuk mencari diri sendiri yang terlupakan oleh diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Hadapan Rasa

17 Juli 2020   05:15 Diperbarui: 18 Juli 2020   22:25 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perihal rasa, ia tak kenal  ruang dan waktu 
Tanpa permisi,  hadir sesuka hati 
Menggenangi kalbu, menjauhkan mimpi dari tidur
Bak air yang pasrah mengikut arus
Mereka hanyut tanpa sempat mengelak atau bertanya saat terkelok
Bahkan sekalipun di depan sana, tubrukan batu dan tebing curam menanti
Tak ada pilihan lain selain terjun lalu terhempas

Seperti pesulap memainkan trik kegemarannya
melenyapkan apa saja yang ia mau dan kehendaki
Entah kenapa, para penonton selalu bertepuk kagum ketika mereka berhasil dikelabuinya
Iming-iming kebahagian, padahal misimu membuat jiwa-jiwa patah hati
Membuatnya terbiasa akan perih hingga lupa cara memaafkan diri sendiri

Namamu laksana payung
Meneduhkan tiap pasang jiwa, menjauhkan raga dari gerah
Mereka meluhurkan namamu meski tahu bahwa kau adalah penipu
Dasar.. rasa yang tak berasa, tak bisa merasa, tak punya asa
Aku tahu semua itu, bahkan sebelum penyair mahir mencatatanya di novel fovoritku
Tentang kau, iblis berkedok malaikat

Kemarin, kau mencoba untuk mengakrabiku sekali lagi
Hal yang kau tawarkan, itu-itu juga
Menyemai benih harapan agar kelak menuai kebahagiaan
Aku mengenal jelas modus opera itu
Penuh intrik,  juga gimik
Seperti laku para politisi menjelang pesta demokrasi
Hari ini menebar janji manis
Lalu besok, membunuh harapan sebelum membunuh masyarakatnya

Harapan lenyap, hari-hari menjadi senyap

Hal yang sudah sering terjadi, tapi rasanya seperti pertama kali terjadi
Sekali lagi, kau berhasil membuatku terbuai ilusi

Kudapati diriku berada di ambang batas ketidakwajaran
Mencari jawaban antara membunuh atau mendekapmu erat-erat
Menjadi pengembara tanpa sebuah rumah  atau menjadi naif,  pura-pura lupa, tak ingat apa-apa
Memilih berlari serorang diri, menunggu dia kembali ataukah beralih untuk menjemput dia yang lain

Memang benar, kau tak kenal ruang dan juga waktu
Sepertinya, sebagian darimu telah berhasil menenggelamkan logikaku
Aku pasrah terbawa arus, tapi tak ingin terjun lalu kau hempas

~Di hadapan rasa, aku bukan siapa-siapa, tak bisa apa-apa, lupa aku siapa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun