Mohon tunggu...
Aswin Elfazuri
Aswin Elfazuri Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Guru yang bertransformasi menjadi Trainer Profesional dan menyukai menulis

"Kala hati menggerakkan, pikiran meluapkan, dan jari menarikan....maka kala itulah dunia kian menciptakan dirinya".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kepemimpinan dalam Sebuah Tuturan

12 Maret 2012   14:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:10 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nyaris tiga bulan diriku tak hadir di forum ini, henti sejenak untuk surutkan hati dan rasa. Pelan namun pasti, kerinduan itu makin kuat. Jari-jari ini serasa tak sanggup berkaku diri, pikiran ini lebih tak sanggup menunda imajinasi, apalagi hati yang telah berteriak berharap terhamburkan. Kini, sebuah tulisan tiga hari yang lalu seolah menghentak diri untuk (kembali) membagi rasa dan asa dengan semua rekan di forum ini. Jauh dari biasanya yang justru lebih kepada cerita singkat dan puisi, kali ini sedikit goresan singkat yang sekilas terasa berat, namun diharapkan santai bagi beberapa penikmat.

******

Sore sabtu ini begitu indahnya, merah merekah siluet warna tercipta di langit barat. Sebuah garis merah bercampur kuning dan putih nyaris memenuhi sepertiga belahan bumi barat yang biru, indah sungguh tercipta meski tak ada pelangi di langit timur. Merah, laksana semangat yang berkobar penuh keyakinan bahwa kehidupan ini akan selalu indah bila kita selalu bersemangat meraih hari esok yang lebih baik. Kuning, laksana emas yang bermaknakan bahwa bagi mereka yang bersemangat akan mendapatkan kejayaan dalam kehidupannya. Putih, bermakna hanya mereka yang berhati bersihlah yang akan mencapai kejayaan itu dengan penuh berkah kebaikan. Sedangkan biru tentu saja sebagai wujud bahwa ilmu pengetahuan itu sungguh tak terbatas, dan hanya mereka yang terus belajarlah yang akan meraih kebahagiaan dimanapun ia berada. Representasi warna yang tak datang dengan sia-sia, karena semua yang diciptakan oleh Sang Maha Pencipta di dunia ini tak pernah satupun yang sia-sia. Semua akan selalu bermakna bagi siapapun yang berpikir.

Sebuah sms hadir dalam perenungan sore ini, sms tak biasanya hadir di sore sabtu, nyaris jam 5 sore. Singkat, namun maknanya kutangkap jelas. Sebuah harapan goresan perjalanan kehidupan berbungkuskan kata "Kepemimpinan". Kata yang sesungguhnya sulit dituliskan oleh orang sepertiku, yang selama ini lebih sering bergelut dengan penerapan dibandingkan dengan ulasan kata-kata penuh retorika praktis yang sering kulihat dan kudengar di pentas-pentas kehidupan. Sms yang tentunya menjadi booster yang hebat bagiku untuk menuliskannya malam ini, karena malam minggu selalu jadi malam terbaik untuk menumpahkan segala isi pikiran dan perasaan lewat layar kecil 10 inch. Properti pribadi tetaplah media terbaik untuk menumpahkan semuanya, tak akan pernah kucampuradukkan dengan properti berlabel "Dilarang masuk bagi yang tidak berkepentingan".

Layar kepala mulai terbuka lebar, nyaris tak berbatas. Imajinasi manusia memang tak terbatas, sayang kemampuan menuturkan sering tak sejalan. Butuh ruang dan waktu khusus untuk menciptakan rangkaian kata penuh makna. Hanya niat tulus untuk bertutur saja yang menguatkanku, bahwa kehidupan ini akan selalu indah bila kita selalu berbagi cerita. Tak perlu kita pikirkan imbalan, karena sesungguhnya orang lain yang berhak memberikan penghargaan itu. Kita tak perlu mengukur dan menakar apa yang kita tuturkan itu, semua sudah ada dalam skenario kehidupan yang dituliskan oleh Sang Maha Perencana.

Singkat namun pasti, sebuah ide kecil mengoyak pikiran dan rasa ini. A Living Company, suatu perusahaan yang akan hidup berpuluh-puluh hingga beratus tahun kemudian, tentu sebuah ide yang dapat dituliskan. Tentu saja bukan makna dan proses untuk menjadi Living Company, karena kedua hal tersebut cukuplah saat ini jadi bahasan banyak orang pintar di banyak sudut bumi ini. Hanya ingin kututurkan bahwa ada kaitan yang kuat antara Living Personality, Living Organization dan Living Company.

Seperti mengulas kembali sebuah perjalanan panjang kehidupan seorang manusia, tentu saja kita semua ingat masa-masa kecil saat masih dalam gendongan, asuhan, dan bimbingan kedua orang tua kita. Kini mungkin saja ada diantara kita yang hanya bisa meneteskan airmata bila mengingat beberapa diantara mereka sudah tiada lagi di sekitar kita, mereka telah meninggalkan kita selama-lamanya. Jasad mereka tentu sudah tak ada, namun jejak-jejak sejarah mereka pasti akan tetap dikenang oleh kita sampai kita sendiri juga menghadap Sang Maha Pencipta.

Tentu masih teringat di alam bawah sadar kita semua perjalanan kehidupan bersama mereka, bahkan saking banyaknya tentu tak akan cukup beratus halaman kita tuliskan. Tentu saja, kesan baiklah yang paling mendalam. Mereka telah mengajari banyak hal pada kita, mulai belajar bicara, berjalan, berlari, hingga belajar hidup mandiri. Kini kita telah mandiri, kokoh kuat berpijak pada kaki sendiri. Bekerja, mencari rezeki yang halal dan baik, berbuat dan berbagi dalam kebaikan untuk sesama. Bila baik yang kita tanamkan, maka akan baiklah yang kita dapatkan. Tak akan pernah kita menuai badai bila tak pernah kita menanam angin.

Namun, dibalik semua nilai-nilai moral yang kita alami dan jalani dalam kehidupan saat ini, semuanya itu tidaklah datang dengan tiba-tiba. Sebuah kekuatan besar telah diberikan oleh kedua orang tua kita, bagaimana kita menjalani kehidupan ini dengan penuh kebaikan dan memberikan manfaat bagi banyak orang di sekitar kita. Tanpa kita sadari, hampir di setiap jejak langkah kita selalu mengaitkan banyak tindakan dengan nilai moral yang telah ditanamkan mereka. Bila sesuai, tentu akan kita lakukan. Sebaliknya bila bertentangan, tentu akan kita abaikan atau jelaskan keberatan-keberatan kita. Pelan namun pasti, nilai moral yang telah mereka tanamkan itu menjadi sebuah penerang dalam kehidupan ini. Bukan hanya cahayanya, tapi juga rambu-rambu telah mereka prasastikan. Tanpa kita sadari, mereka sebenarnya masih hidup di sekitar kita meski jasadnya telah tiada. Mereka telah menjadi "a Living Personal", tokoh yang akan hidup sepanjang hidup ini.

Tiba pada bagian ini, beberapa tetes airmata keluar tak disadari dari kedua bola mata. Ingatanku teringat pada almarhum bapakku yang telah meninggal 257 hari yang lalu. Keheningan mendadak kurasakan, kerinduan itu begitu sangat dekat. Saking dekatnya, beliau terasa di sekitarku. Padahal itu hanyalah imajinasi diri saja, sebuah kerinduan karena beliau telah menjadi "Living Personality" dalam kehidupanku. Diriku ternyata mulai dan akan terus berproses untuk menjadi "a living personal" bagi anak-anakku juga. Semoga!

A Living Personal benar-benar seperti sebuah kata yang sangat besar pengaruhnya, untuk diriku dan juga untuk semua orang. Setiap orang dari kita semua, tentu punya tokoh panutan yang sangat berpengaruh besar dalam kehidupan kita. Mungkin mereka itu adalah kedua orang tua kita, atau salah satu saja diantara mereka. Bisa juga beberapa guru kita semasa sekolah dan kuliah, atau beberapa trainer semasa kita bekerja di sebuah perusahaan. Mungkin pula seorang atau beberapa orang tokoh inspiratif di dalam pekerjaan kita, entah itu seorang Komisaris, Presiden Direktur, Chief Executive Officer, Vice President, ataupun hanya seorang Office Boy yang bekerja ikhlas penuh ketabahan.

Siapapun mereka itu, secara sadar kita harus mengakui mereka telah menjadi "living personal" yang penuh inspiratif. Merangsang dan menggelorakan semangat kita untuk berbuat dan terus berbuat penuh semangat, penuh harap, tidak mudah menyerah, selalu dan terus selalu berbuat untuk kebaikan banyak orang di sekitar kita bergariskan rambu-rambu moral yang telah mereka tegaskan.

Kekuatan moral ini tentu saja tak akan pernah hilang sepanjang hidup kita, kecuali kita sendiri yang sengaja ingin menghilangkannya dengan mengingkarinya. Namun sampai pada bagian ini, sebuah kalimat terngiang di telingaku,"Tak ada dusta diantara kita". Hanya orang yang berpikir penuh rekayasa yang akan dengan sengaja mendustai dan menghianati "living personal" yang hidup di sekitarnya. Sebuah kalimat lain juga meluncur ,"Semua yang ada di dunia ini adalah tanda-tanda bagi orang yang berpikir".

Sebuah gangguan kecil tiba-tiba muncul menjelang tengah malam minggu ini, bukan rasa kantuk yang sangat, karena kantuk tetap mampu diusir bila jari-jari ini telah menari di atas qwerty yang lembut dan pas di jariku. Namun gangguan ini sungguh sulit diusir, pentas bola jelang tengah malam! Tetap pentas bola ini tak harus kutinggalkan, liukan demi liukan, gocekan demi gocekan, tendangan demi tendangan, tetaplah sebuah seni yang harus dinikmati dengan penuh inspirasi dan imajinasi. Jangan tunggu bolanya masuk ke gawang, jangan tunggu wasitnya mengeluarkan kartu kuning atau merah, jangan tunggu penalti dipertontonkan, namun nikmatilah perjalanan pertandingan yang banyak mengandung makna. Itulah yang menjadi alasanku senang menikmati bola, meski nyaris tak ada satupun pemain di luar negeri sana yang kukenal dengan baik, kecuali Messi bernomor punggung 10 dan Cristiano Ronaldo bernomor punggung 7. Namun semua tetap menarik perhatianku, meski Andree Villas Boas sang pelatih Chelsea itu akhirnya dipecat juga oleh sang pemilik klub Roman Abramovic.

Bola tetaplah sebuah pertunjukan penuh emosional, namun bukan itu yang ingin kututurkan. Hanya ingin kusampaikan apa yang kupikirkan tentang bola dan kaitannya dengan living personal yang terhenti kutuliskan tadi. Messi dan Ronaldo telah menjadi satu role model living personality, ia telah menjadi tokoh-tokoh inspiratif hingga banyak anak dan remaja di seluruh dunia ingin menjadi pemain bola, meski ada diantara mereka tak pernah tahu apa makna permainan bola itu sendiri. Banyak sekolah sepakbola kemudian berdiri hingga ke pelosok negeri, menjaring banyak talenta muda sebagai lumbung PSSI. Bahkan Andrea Hirata yang selama ini banyak bermimpi kemudian memutuskan melanjutkan mimpinya dengan menerbitkan buku "Sebelas Patriot". Buku yang dimimpikannya bisa menjadi best seller seperti "Laskar Pelangi" yang juga menginspirasikanku untuk memutuskan mulai menulis beberapa bulan terakhir ini, meski hingga kini naskah novel kehidupan pertamaku belum jelas nasibnya di Penerbit. Namun apapun itu, Andrea Hirata juga menjadi salah satu role model living personality para penulis di Indonesia.

Bagaimana dengan Andree Villas Boas sang pelatih Chelsea yang dipecat? Patutkah ia menjadi role model living personality yang sukses? Tentu saja tidak. Secara personal ia sungguh tidak sukses di Chelsea, hingga ia gagal membangun "A Living Organization" di dalam dan di luar lapangan bola. Alhasil, ia memang pantas dipecat karena banyak kekalahan dan kegagalan selama masa kepemimpinannnya sebagai manager.

Dengan demikian, apa yang kupikirkan dari tontonan bola tengah malam minggu ini semakin meyakinkan dan menguatkanku bahwa ada hubungan langsung antara living personality dengan living organization; Living personal akan mampu membangun living organization dengan sangat baik, dasar-dasar personal yang baik akan membawa banyak kebaikan bila mereka bergabung dalam sebuah organisasi. Organisasi yang tidak hanya berupa kumpulan orang biasa, namun kumpulan orang sangat luar biasa yang senantiasa berusaha mencapai tujuan terbaik. Merekalah yang paling pantas jadi pemenang dalam hidup ini!

Semangkok mie rebus tanpa terasa telah tumpas. Beberapa biji cabe hijau lengkap dengan beberapa potongan bawang bombai dan sayur sawi juga tak kelihatan lagi wujudnya. Semua telah masuk dalam perut kala kulihat selebrasi sang fenomenal Messi di Barcelona. Hanya satu gol dan tiga assist, malam ini kembali menjadi miliknya. Mirip dengan empat malam lalu saat ia berhasil menyarangkan lima gol ke gawang Bayer Muenchen, dan alhasil iapun memecahkan rekor pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah Liga Champion. Ia benar-benar telah menjelma menjadi El-Fenomenal!

Senyum bangga kulihat sang pelatih Pep Guardiola, juga deretan pemain dan official yang duduk di bench. Para penonton apalagi, baik yang di stadion maupun yang di rumah. Messi dan semua rekannya telah menciptakan sejarah sangat luar biasa dalam pentas sepakbola dunia, apalagi di Barcelona. Dalam usia Barcelona jelang 105 tahun, inilah salah satu kejayaan yang paling luar biasa. Juara dalam banyak hal!

Lantas apa kaitannya dengan topik tulisan ini? Sederhana sekali, selalu ada kaitan antara Living Organization dengan Living Company. Sebagai pemain, Messi telah menjadi role model living personality. Di dalam tim, sang pelatih yang juga menjadi role model living personality. Mereka berdua bersama-sama dengan pemain, official, pemilik, dan agen pemain, juga para komentator telah bekerja dengan baik untuk menciptakan living organization yang baik pula. Hingga akhirnya Barcelona menjadi Living Company yang sudah mampu bertahan hingga 105 tahun!

Hal ini tidak datang dengan sendirinya, juga tidak datang pada masa Messi saja, namun sudah ada sejak awal didirikannya Barcelona lebih dari 100 tahun lalu. Nilai-nilai luhur para pendirinya yang telah menjadi role model living personality yang benar-benar telah menemukan wujudnya dalam bentuk living company yang sangat luar biasa!

Bagaimana dengan diri kita? Tersenyum saat kubertanya pada diri sendiri. Banyak kegamangan untuk menjawabnya. Tak berani kuucapkan bahwa diriku telah menjadi role model living personality yang benar, baik itu sebagai trainer maupun sebagai kepala keluarga. Namun, ada banyak hal yang dipikirkan tentang banyak role model yang pernah kutemui di sekeliling hidupku. Baik di rumah, di kampung, di kantor, dan di dunia maya yang terbuka nyaris tanpa filter.

Tuturan sang pendiri perusahaan tempatku bernaung empatpuluh delapan hari yang lalu, semakin meyakinkanku bahwa ada hubungan yang sangat kuat dan berkorelasi langsung antara living personality dengan living organization dan akhirnya living company. Kepemimpinan bukanlah sesuatu yang harus didefinisikan di atas sebuah kertas atau dituturkan dengan banyak rangkaian kata berirama penuh pesona. Kepemimpinan akan lebih bermakna bila ditunjukkan dengan contoh yang disertai nilai tulus ikhlas untuk berbuat banyak bagi sesama.

Pada akhirnya, di tengah malam menjelang kokok ayam berbunyi, sebuah kalimat tegas kuyakini," Jadilah role model terbaik di perusahaan yang sedang berupaya dan berusaha menjadi Living Company. Nilai-nilai luhur itu akan mampu dilestarikan oleh orang-orang yang memiliki living personality terbaik!".

SEMOGA.....!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun