Mohon tunggu...
Afi
Afi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

A casual and sporty young lady. Living in Semarang, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Senja 'Hemat' ala Badug Lempuyangan

25 September 2012   11:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:43 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
petugas perlintasan yang memantau kereta api (dok. pribadi)

Umumnya, pantai memang menjadi salah satu tempat favorit ketika menikmati suasana senja. Karena selain menyajikan view perairan, kondisi laut yang tenang juga mampu merelaksasi pikiran setelah seharian beraktivitas. Namun siapa bilang nuansa langit lazuardi hanya bisa dirasakan di kawasan bahari ? Di tengah-tengah Kota Yogyakarta, sekitar 200 meter ke timur dari Stasiun Lempuyangan (masih seputaran area stasiun) pun bisa ! Di tempat ini banyak orang biasa menikmati saat-saat matahari kembali ke peraduannya.

[caption id="attachment_200978" align="alignright" width="300" caption="Senja di Badug Lempuyangan (dok. pribadi)"][/caption]

Selepas Shalat Ashar hingga sekitar pukul 18.00 WIB, area bawah fly over atau jembatan layang Lempuyangan Yogyakarta selalu menjadi salah satu arena yang ramai pengunjung. Kira-kira sejak dua setengah jam sebelum matahari terbenam, tempat ini sudah mulai dipadati warga yang berkumpul santai di pinggir-pinggir rel seputaran stasiun Lempuyangan bersama keluarga, sahabat dan sanak famili sembari menanti senja tiba.

Meskipun tampilan sunset-nya tak seperti ketika menikmati senja di pantai, namun tempat yang kerap disebut 'badug Lempuyangan' ini cukup strategis dan asyik untuk beristirahat selepas pulang kantor maupun sekedar bercengkrama bersama rekan-rekan serta keluarga. Kebanyakan pengunjung duduk menyebar di bagian utara, dan sebagian di sebelah selatan rel. Beberapa pengunjung duduk manis diatas gelaran tikar sambil menikmati makanan dan minuman ringan yang dipesan dari para pedagang asongan. Tak sedikit juga yang memilih untuk duduk-duduk dan bersenda gurau di atas rel yang sekilas tampak ‘mati’, namun sesungguhnya rel ini tetap berfungsi sesekali sebagai parkir lokomotif yang hendak menurunkan barang-barang seperti mobil dinas atau motor.

Nuansa sore di pinggiran rel ini bisa dinikmati oleh segala usia. Mulai dari balita, anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Anak-anak yang bermain di seputaran rel harus tetap dalam pengawasan orang tua. Beberapa anak tampak berlarian riang sembari menanti kereta yang akan melintas. Ketika kereta melintas di hadapan mereka, anak-anak akan menghentikan segala aktivitas bermain mereka, seraya memandangi kereta api yang lewat dengan pandangan takjub dan senang.

Selain menyajikan view matahari terbenam, para pedagang asongan memanfaatkan momen ini untuk meraup keuntungan. Mereka menjajakan bermacam-macam dagangan, mulai dari makanan, minuman ringan hingga mainan anak-anak. Makanan dan minuman ringan yang ditawarkan disini juga beraneka ragam. Mulai dari mie ayam, siomay, bakso, sate, bakwan kawi, es milo, es teh, es jeruk, kopi dan sebagainya. Harga minumannya pun relatif terjangakau mulai dari dua ribu rupiah per porsi. Sedangkan untuk harga makanan, juga tidak perlu banyak merogoh kocek. Cukup dengan lima ribu rupiah saja kita bisa menikmati seporsi siomay atau semangkuk bakwan kawi. [caption id="attachment_200981" align="alignleft" width="300" caption="pedagang asongan di seputaran badug Lempuyangan (dok. pribadi)"]

13485741111414370547
13485741111414370547
[/caption]

Pengunjung yang datang bukan hanya warga sekitar. Banyak juga yang datang dari luar daerah. Tak jarang kami jumpai para mahasiswa yang tengah bercengkerama bersama, melepas penat setelah seharian berkutat dengan perkuliahan.

Salah satu pengunjung yang kami wawancarai datang dari Kalasan. Ia bersama kedua adiknya datang ke stasiun Lempuyangan dengan mengendarai sepeda motor. Mereka mengaku sangat menikmati perjalanan sore. “Jarak dari rumah ke stasiun sekitar 15 menit. Tetapi jika akhir pekan tiba, perjalanan bisa memakan waktu sekitar 20 hingga 25 menit karena jalanan ramai ”, ujar sang kakak.

Ketiga bersaudara ini kerap mengunjungi ‘badug Lempuyangan’ hampir setiap dua minggu sekali. Menurut mereka, menikmati matahari tenggelam di Lempuyangan adalah wisata hemat karena hanya dengan membayar parkir motor seharga seribu rupiah saja, kita akan dimanjakan dengan view siluet keemasan senja di ufuk barat sambil melihat kereta api yang melintas di stasiun dari jarak dekat.

“Adik saya yang bungsu ini senang sekali bisa melihat kereta api melintas dari jarak dekat. Selain itu, kami juga bisa menikmati senja dengan pilihan jajanan yang kami suka disini ”, jelas si tengah.

Ada pula yang suka berkunjung kesana hampir 2 hingga 3 kali seminggu. Seperti pengunjung asal daerah setempat yang memang suka menghabiskan waktu sore dan menantikan matahari tenggelam di bawah fly over Lempuyangan ini. Selain tempatnya asyik, menurutnya pengadaan beberapa tempat sampah di sekitar badug memberi pesan kepada pengunjung untuk selalu menjaga kebersihan. Meskipun sesekali ia merasa bahwa badug ini masih kurang jika ditinjau dari segi kebersihan.

Untuk soal kebersihan sendiri, pihak stasiun telah mengadakan perjanjian dengan pedagang asongan yang berjualan di sekitar badug untuk bertanggungjawab terhadap sampah-sampah plastik bekas dagangannya. Tempat sampah yang tersebar di pinggiran badug itu disediakan oleh para pedagang asongan untuk memenuhi komitmen urusan kebersihan.

Sedangkan soal keamanan, pihak stasiun telah menyiapkan petugas perlintasan kereta api yang berjaga di pos 351 guna memantau keadaan di sekitar rel kereta api. Jika ada yang bermain-main di areal rel atau diluar batas tertentu, petugas akan menegurnya dengan membunyikan peluit. “Meskipun petugas perlintasan kereta api selalu memberi isyarat ketika kereta akan lewat, tetap perlu berhati-hati saat tengah berada di sekitar rel kereta api ", ujar Pak Jarkasi, yang sore itu tengah bertugas sebagai petugas perlintasan kereta api.

petugas perlintasan yang memantau kereta api (dok. pribadi)
petugas perlintasan yang memantau kereta api (dok. pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun