Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Inilah Alasan Mengapa Saya Bangga dan Betah Menulis di Kompasiana

12 Oktober 2024   07:08 Diperbarui: 12 Oktober 2024   07:22 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: https://pixabay.com

Di setiap undangan acara publik yang berkenaan dengan dunia literasi, baik itu bedah buku, bincang penulis, podcast, dan lain-lain, saya tidak lupa memperkenalkan diri seperti ini: "Assalamualaikum. Saya Lilik Fatimah Azzahra, salah satu penulis di Kompasiana."

Memang boleh saya sebangga itu memperkenalkan diri sebagai penulis di Kompasiana? 

Boleh, dunk!

Sebagai orang yang sangat tahu diri, tentu saya tidak menutup mata terhadap kehadiran Kompasiana di sepanjang perjalanan dunia tulis menulis yang saya geluti. Ibarat kata kacang jangan sampai lupa pada kulitnya.

Menjadi tamu di
Menjadi tamu di "Seolah-olah Podcast"- mooifilmstudio (dokpri) 

Yup, saya memang selalu merasa sangat-sangat beruntung dan bersyukur, berkat Kompasiana-lah saya bisa mengekspresikan diri, tumbuh dan berkembang bersama tulisan-tulisan saya. Berkat Kompasiana pula saya bisa berkenalan dengan banyak penulis dari berbagai kalangan dan profesi, bisa belajar banyak dan menimba ilmu.

Acara temu seniman dan budayawan se-Malang Raya. Bangga memperkenalkan diri sebagai warga Kompasiana (dokpri) 
Acara temu seniman dan budayawan se-Malang Raya. Bangga memperkenalkan diri sebagai warga Kompasiana (dokpri) 

Saya tidak bisa membayangkan, semisal saya tidak mengenal Kompasiana, barangkali saya tetaplah seorang ibu yang stagnan, yang gemar membaca dan menulis hanya sebatas di ruang pribadi. Saya tidak akan mengenal dunia kepenulisan di luar sana yang begitu luas, di mana ada begitu banyak penulis hebat yang dengan sukacita berbagi ilmu, berinteraksi, saling support, belajar bareng, membuat event bareng, dan melakukan kegiatan lain yang bermanfaat.

Mengikuti acara bedah buku di Rumah Budaya Ratna Malang sebagai penulis Kompasiana (dokpri) 
Mengikuti acara bedah buku di Rumah Budaya Ratna Malang sebagai penulis Kompasiana (dokpri) 

Itulah sebab ketika banyak orang awam (yang belum mengenal Kompasiana) bertanya kepada saya, "Memang sampean dapat apa menulis di Kompasiana?"

Saya tidak segan menjawab, "Saya mendapat sesuatu yang lebih berharga daripada uang."

Tahun 2024 ini, sembilan tahun sudah saya bergabung di Kompasiana. Dan, jika ditanya perihal perolehan materi, jawaban saya tetap sama. Tidak pernah berubah. Saya tidak pernah mengukur perolehan karya dengan materi. Jikalau toh pada akhirnya saya mendapat "uang" dari kegiatan tulis menulis yang saya geluti, itu adalah rezeki yang memang sudah ditakdirkan untuk saya.

Kenangan Pertama Kali Bertemu dan Menulis di Kompasiana

Saya termasuk orang yang memercayai kalimat ini, "Esok atau lusa, kita tidak pernah tahu akan dipertemukan dengan siapa."

Dan, saya memang tidak tahu ketika akhirnya dipertemukan dengan blog bernama Kompasiana ini. Ketika itu (pertengahan tahun 2015), saya masih berprofesi sebagai guru les bimbel. Suatu hari saya mencari materi pembelajaran untuk anak didik saya via internet. Dengan menggunakan laptop jadul saya berselancar. Tidak diduga, saat berselancar itulah pandangan saya terhenti pada sederetan tulisan ini; kompasiana.com. 

Kompasiana? Apa pula ini?

Demikian saya sempat berpikir. Karena penasaran terhadap sosok Kompasiana jemari saya sontak meng-klik deretan tulisan itu. Dan, sungguh, saya merasa takjub. Sebab baru pertama kali ini saya mengenal sebuah blog. Jadi ada semacam euforia yang membuncah. Apalagi saat mengetahui, ternyata di Kompasiana banyak penulis yang mengunggah karya-karya mereka. Dan, salah satu nama penulis yang muncul saaat itu adalah Mas Robbi Gandamana.

Dari rasa penasaran menggiring saya untuk ikut mencoba menulis di blog itu. Blog yang masih terdengar asing di telinga saya. 

Malam itu juga saya mempelajari cara bergabung di Kompasiana. Entah karena jaringan internet yang bermasalah atau apa, 3 kali berturut-turut registrasi saya gagal. Tapi saya pantang menyerah. Di kali keempat, registrasi saya akhirnya berhasil.

Nah, ada kejadian seru yang tak terlupakan. Setelah login berjalan lancar, berhari-hari saya malah bingung mau menulis apa. Padahal tulisan saya (cerpen dan novel) bertumpuk di file komputer. Alhasil, di suatu malam dengan perasaan deg-degan tidak karuan saya memberanikan diri menulis. Menulis asal saja. Semacam perkenalan diri. 

Dan, saya semakin ndredeg karena begitu tulisan terunggah, tanggapannya sungguh luar biasa. Tulisan perdana saya dibaca sekitar 900 orang. Dikomentari sekitar 30 senior. 

Ini sungguh di luar nurul!

Jejak kenangan itu bisa dilihat di sini.

Lucunya, akibat terlalu gembira, akun pertama saya ini tidak bisa saya gunakan lagi karena saya lupa menyimpan password. Dan, saya mesti membuat akun baru lagi. Yakni akun yang terpakai hingga sekarang.

Kompasiana bagi Saya Masih Tempat Ternyaman untuk Belajar dan Menitipkan Karya

Tidak dipungkiri, semakin canggih teknologi semakin berpengaruh terhadap perkembangan dunia literasi. Dan, semakin banyak blog-blog menulis bermunculan bak jamur di musim hujan. Tidak sedikit dari blog-blog itu yang menawarkan profit menulis dengan nominal menggiurkan. Saya pernah beberapa kali mendapat tawaran itu. Bahkan dihubungi pihak pimred-nya langsung. Namun, setelah mempelajari syarat dan ketentuannya, saya memilih undur diri. 

Saya menolak bukan karena saya tidak butuh uang. Bukan begitu. Saya memiliki alasan tertentu. Saya merasa tempat saya bukan di sana. Atau, barangkali saya sudah terlalu nyaman menulis di Kompasiana?

Begitulah. Jika sampai detik ini saya masih betah berada di rumah besar bernama Kompasiana ini, semata-mata karena kenyamanan yang terlanjur saya rasakan. 

Akhirnya di penghujung artikel ini, izinkan saya menghaturkan terima kasih tiada terhingga kepada Kompasiana yang telah membersamai perjalanan tulisan-tulisan saya hingga sejauh ini. Dari tulisan sekadar curahan hati, tulisan edukasi, parenting, sampai bejibun cerpen dan puisi, telah saya percayakan untuk titip di sini.

Oh, iya. Bulan Oktober ini bertepatan dengan Hari Jadi Kompasiana ke-16, bukan? Sekalian izinkan saya mengucapkan, "Selamat Ulang Tahun Kompasiana yang ke-16. Semoga semakin jaya. Tetap berkibar dan tangguh di tengah kancah persaingan yang semakin ketat."

Salam hangat!

Sumber Foto via Kompasiana 
Sumber Foto via Kompasiana 

***

Malang, 12 Oktober 2024

Lilik Fatimah Azzahra

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun