Begitu seterusnya hingga tiba pada urutan penulis terakhir.
Jadi intinya dalam menulis bareng harus ada tepo salira. Tenggang rasa antar penulis. Rela menyingkirkan ego, dan fokus.
Ketiga hal itulah sebenarnya pembelajaran tersirat yang bisa kita ambil dari kegiatan menulis bareng.
Lalu sensasi menulis barengnya di mana?
Ini dia!Â
Segalanya berubah menjadi indah manakala project menulis bareng bisa dilewati dengan lancar, rampung, dan kemudian dicetak menjadi sebuah buku. Bisa dipastikan perasaan masing-masing penulis bakal bercampur aduk. Antara senang, haru, bangga, tidak percaya, kaget, dan lain sebagainya.
Kembali ke project menulis bareng Novel Kapak Algojo dan Perawan Vestal yang digawangi oleh Mbak Widz dkk.
Yang patut diacungi jempol dari event menulis bareng kali ini adalah, Komunitas SKB berhasil merekrut 33 orang penulis dari berbagai kalangan. Tidak terpaku pada penulis yang tergabung dalam komunitas saja, melainkan juga memberi kesempatan kepada penulis lain di luar sana untuk ikut serta menyumbangkan karya.Â
Dan, itu sungguh luar biasa. Yang tentunya tidak terlepas dari perjuangan Mbak Widz dkk selaku penggagas.Â
Saya sendiri-sekali lagi meski bukan untuk pertama kali mengikuti kegiatan semacam ini, tetap exited dan support terhadap kegiatan nubar ini. Terutama ketika project menulis bareng ini mendapat anugerah dari MURI sebagai karya kolektif dengan penulis terbanyak.