Nak, rumah yang pernah engkau huni hingga kini masih dikerumuni sunyi
Atapnya yang terbuat dari rumbai-rumbai masa lalu, mulai rapuh
Dan, jendelanya yang terbuka tanpa tirai kerap bertanya risau, "Ini hari apa? Mengapa angin yang berembus masih menebarkan aroma itu-itu juga?"
Nak, rumah yang pernah engkau huni hingga kini masih erat dipeluk lengang
Sesaat, sebelum senja berpamit pulang, ibumu ini sesekali membaca ulang
Lembar-lembar usang yang berserak di kepala
Yang berkisah tentang; betapa kita pernah jatuh bangun, lintang pukang menaklukkan dunia dan segala kericuhannya
Nak, rumah yang pernah engkau huni hingga kini masih berdiri tenang
Meski hujan angin seringkali menerjang sedemikian garang
Tiada sekalipun ia merasa gamang
Seperti doa-doa ibumu yang tak kenal waktu
Mengiringi langkahmu yang sendiri, berjuang, menuntut ilmu di negeri orang
***
Malang, 4 Juni 2024
Lilik Fatimah Azzahra