Sebelumnya, meski agak terlambat izinkan saya mengucapkan, "Selamat Ulang Tahun ke-15, yaa, Kompasiana. Semoga semakin sukses dan tetap menjadi blog terdepan. Amiin..."
___
Tidak terasa sudah 8 tahun saya bergabung di Kompasiana ini. Blog selayak rumah besar yang menjadi wadah sekaligus ruang interaktif bagi para penulis dari berbagai kalangan, usia, dan profesi.
Antara Popularitas, Cuan, dan Cinta
Jujur, saya sama sekali tidak memikirkan ketiga hal itu. Sebab saya menulis ya menulis saja. Saya tidak memiliki tendensi apa pun sejak pertama kali bergabung di Kompasiana.Â
Karena bagi saya bisa ditampung dan diterima sebagai 'keluarga' oleh Kompasiana, itu sudah lebih dari cukup.
Namun, ketika ketiga hal tersebut (popularitas, cuan, dan cinta) tanpa terduga menghampiri saya, tentu ini adalah rezeki yang tidak bisa dihindari, dan amat patut untuk disyukuri.
Award Best in Fiction dan People Choice, Dua Apresiasi Terbesar yang Tidak akan Pernah TerlupakanÂ
Saya masih ingat betul, genap dua tahun menulis di Kompasiana---tepatnya di pertengahan bulan Oktober 2017, saya mendapat kejutan luar biasa. Dua penghargaan sekaligus, sebagai Best in Fiction dan People Choice dianugerahkan kepada saya.
Beritanya bisa dibaca di sini.
Tidak berlebihan kiranya jika saya menganggap perolehan Award itu sebagai peristiwa paling bersejarah dalam kehidupan saya. Mengingat saya hanya seorang ibu rumah tangga biasa, yang tidak memiliki basic formal di dunia kepenulisan. Saya berangkat menulis di Kompasiana hanya berbekal nekat. Saya tidak pernah belajar atau mengikuti pelatihan menulis di suatu lembaga atau sekolah apa pun. Boleh dikata saya belajar sendiri (secara otodidak).
Bisa meraih penghargaan bergengsi di ajang Kompasianival 2017 berdampingan dengan penulis-penulis senior yang tidak diragukan lagi kepiawaiannya dalam menulis, sungguh rasanya seperti mimpi.
Cuan Terbanyak yang Pernah Saya Dapatkan dari Menulis di Kompasiana
Kiranya tidak hanya 2 Piala dan Piagam penghargaan yang saya terima di ajang Kompasianival 2017 itu. Pihak Kompasiana juga memberi apresiasi berbentuk uang sebesar 6 juta rupiah. Sungguh, sebuah nominal yang cukup besar dan sangat berarti bagi saya di kala itu.
Lagi-lagi saya hanya bisa berucap syukur. Alhamdulillah. Matur nuwun Gusti.
Dapat Cuan Lagi dari "Tumbal Pesugihan", Cerpen Mistik yang Berhasil Mengalahkan Artikel Politik
Dari seribu lebih cerpen yang saya titipkan di Kompasiana, ada sebuah cerpen yang sempat menghebohkan. Cerpen berjudul "Tumbal Pesugihan"---yang tadinya saya tulis sekadar untuk hiburan semata, ternyata booming. Cerpen itu meledak tidak tanggung-tanggung. Tingkat keterbacaannya mengalahkan artikel politik yang biasanya mendominasi rumah besar Kompasiana. Dalam waktu singkat cerpen itu tembus sampai di angka 48 ribu viewer.
Tentu saja saya sangat terkejut sekaligus senang. Apalagi cerpen tersebut tayang saat suhu politik sedang panas-panasnya.
Begitulah. Adakalanya kehadiran sebuah cerpen seolah-olah sudah ditakdirkan. Lihatlah! Bagaimana ia mampu mengalihkan perhatian dan memberi sejenak penghiburan.Â
Alhasil, dari cerpen ini saya meraih K-reward yang bernilai lumayan.Â
Menjadi Narasumber Gara-gara Menulis di Kompasiana
Tidak dipungkiri. Penobatan sebagai Best in Fiction oleh Kompasiana perlahan mulai mengubah jalan hidup saya. Saya yang semula hanya ibu rumah tangga biasa, mendadak dikenal banyak orang.Â
Beberapa sekolah bahkan kampus mengundang saya untuk menjadi narasumber. Kerap kali saya didapuk sebagai juri lomba menulis cerpen atau puisi. Sering pula saya diminta menjadi mentor penulis-penulis muda berbakat. Atau sekadar berbagi ilmu dan pengalaman menulis pada acara diskusi yang digagas oleh para seniman dan sastrawan setempat.
Singkat kata, hidup saya yang semula stagnan, sejak menulis di Kompasiana berubah menjadi dinamis. Sungguh, ini sesuatu yang sangat menyenangkan.
Salah satu jejak menjadi narasumber bisa dibaca di sini
Saya Bertemu Banyak Cinta di Kompasiana
Bercerita tentang perolehan popularitas sudah. Tentang cuan juga sudah. Bagaimana dengan cinta? Apakah saya pernah kepentok cinta di Kompasiana?
Tentu saja pernah!
Saya pernah mendapat begitu banyak cinta dari Kner (sebutan untuk penulis Kompasisna). Cinta itu berupa perhatian dan kepedulian yang tulus.Â
Di Kompasiana saya bersua dengan orang-orang baik meski sebatas dunia maya.Â
Ya. Saya memang telah bertemu dengan para pemilik cinta itu. Melalui tulisan dan komentar, saya bisa merasakan ketulusan cinta mereka---orang-orang baik itu. Terutama ketika saya diganjar sakit dan harus masuk ke ruang operasi.
Begitu banyak Kner yang mendoakan kesembuhan saya, menghibur dan memberi support kepada saya agar saya tidak menyerah.Â
Jejak cinta dan ketulusan itu bisa dibaca di sini.
Alhamdulillah.
Dan, jika sampai detik ini saya masih bisa menulis di Kompasiana, itu tidak terlepas dari rasa cinta itu. Rasa cinta di antara kami sesama penulis yang mencintai dunia tulis menulis lebih dari apa pun.
Di penghujung artikel ini, saya ingin menghaturkan rasa terima kasih kepada Kompasiana yang telah begitu baik menyediakan wadah dan ruang menulis sebesar ini. Biarkan saya memberi kesaksian:Â bahwa sampai detik ini Kompasiana adalah Bank terbaik untuk menyimpan karya.
***
Malang, 28 Oktober 2023
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H