Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah
Yup. Setiap dari kita tentu memiliki sahabat. Entah itu sahabat masa kecil atau sahabat yang dipertemukan ketika sudah sama-sama dewasa.Â
Seorang sahabat memang diciptakan oleh Tuhan untuk melengkapi hidup kita. Membuat hari-hari kita lebih berwarna dan bermakna. Bahkan tak jarang beragam kisah inspiratif terlahir dari sana, dari sebuah jalinan persahabatan yang tulus.Â
Alasan itulah yang membuat saya spontan mengusulkan Tema "Sahabat" ini kepada Mas Y. Edward Horas, seorang kompasianer yang juga pendiri Pulpen (Perkumpulan Pencinta Cerpen) ketika beliau menghubungi saya untuk bersedia menjadi juri di Sayembara Pulpen ke-VIII.Â
Tema Sederhana adalah Tantangan bagi Seorang Penulis Kreatif
Tema Sahabat? Tidakkah tema itu terlalu sederhana untuk sebuah sayembara?Â
Mungkin beberapa pembaca sempat berpikir demikian.
Eits, tapi tunggu dulu! Justru di sinilah keseruannya.Â
Ketika bertemu tema sederhana dan terkesan 'biasa-biasa' saja, seorang penulis kreatif akan merasa tertantang, adrenalinnya sontak meningkat. Dan selanjutnya, ia tidak akan tinggal diam. Ia akan sibuk berpikir, mengolah rasa dan karsa. Bagaimana ia harus membangun konflik sedemikian rupa sehingga dari tema yang 'terkesan biasa-biasa' saja itu akan tercipta sebuah karya yang luar biasa.Â
Dan, benarlah. Sampai batas waktu (DL) berakhir, terhitung ada 27 cerpen yang masuk ke meja redaksi Pulpen. Sesuai dugaan saya, cerpen-cerpen yang kami terima semuanya terindikasi bagus-bagus, keren-keren. Bahkan 2 di antaranya mendapat apresiasi dari admin Kompasiana dengan diganjar label HL.Â
Menakar Kekuatan 5 Cerpen yang masuk Nominasi
Usai prosesi penjurian, Mas Horas meminta 5 cerpen yang sudah saya eksekusi untuk didudukkan sebagai nomine.Â
Berikut 5 Cerpen tema "Sahabat" yang masuk nominasi beserta ulasannya:
1. Sesak, karya Salma Rihhadat
Cerpen ini mengisahkan pergolakan batin seorang gadis yang menuntut ilmu di kota besar. Bagaimana ia harus berjuang untuk menghidupi dan membiayai kuliahnya sendiri. Bagaimana akhirnya ia menyadari, sesungguhnya dirinya tidak benar-benar sendiri. Masih ada sahabat yang sangat peduli terhadapnya yang tidak akan pernah meninggalkannya, terutama dalam kondisi terpuruk.Â
2. Sahabat dalam Kelindan Doa, Â karya Siska Artati
Cerpen ini mengisahkan persahabatan yang indah antara Saskia dan Haris. Persahabatan yang terjalin sejak mereka masih kanak-kanak hingga berlanjut ke usia remaja.Â
Siska Artati bermain konflik di ujung kisah. Di mana istri Haris merasa terganggu dengan hubungan persahabatan antara Saskia dan suaminya. Meski sedih, demi menjaga keutuhan rumah tangga sahabatnya, Saskia memilih ikhlas melakukannya. rela melepas persahabatan itu dengan tetap merengkuhnya dalam balutan doa-doa.Â
3. Sepanjang Trotoar Kebun Raya Bogor, karya Aki Hensa
Di dalam dunia persahabatan adakalanya kita dihadapkan pada kondisi yang 'nyaris' memporakporandakan hubungan persahabatan itu sendiri.Â
Seperti kisah yang diceritakan dalam cerpen ini, di mana Anindia merasa kecewa ketika mengetahui cintanya bertepuk sebelah tangan. Kakak dari sahabatnya yang selama ini ditaksirnya, ternyata menikah dengan gadis lain.Â
Penulis sengaja menciptakan konflik batin di antara dua sahabat itu. Pesan moralnya, persahabatan Anindia dan Renita hampir saja retak jika keduanya tidak segera menyadari bahwa tali persahabatan mereka terlalu kuat untuk diputus.Â
4. Aku Pikir Kau Sahabatku yang Baik, karya S. Eleftheria
Jujur, ketika menyimak 27 cerpen yang masuk, cerpen yang satu ini berhasil mencuri perhatian saya. Cara penulis bertutur, meramu kisah, membangun konflik, sangat luar biasa.Â
Inilah yang membuat saya semakin yakin, bahwa dari tema sederhana pun, ketika berada di tangan penulis yang kreatif, maka akan lahir sebuah karya yang istimewa.Â
Kisah yang dikemas dalam nuansa persahabatan antara Gustam dan Marcus ini memang berhasil mengaduk-aduk perasaan pembaca. Saya tidak akan berpanjang lebar mengulasnya di sini. Silakan pembaca menikmati karya apik ini dengan membacanya sendiri.Â
Dan, tidak berlebihan kiranya jika saya memilih cerpen ini sebagai juara I.Â
5. Sepasang Kambing Hitam, karya Rani Febrina Putri
Cerpen ini digarap sedemikian memikat. Alurnya menggigit. Konfliknya dibangun apik. Dan, di akhir kisah penulis berhasil menyampaikan pesan moral yang cukup menohok.
Bahwasanya dari sebuah hubungan persahabatan, adakalanya ketulusan hati kita malah dimanfaatkan oleh orang yang telah kita pilih dan kita sebut sebagai sahabat.Â
Cerpen ini pantaslah kiranya mendapat apresiasi sebagai juara II.Â
Demikianlah. Di penghujung artikel ini saya ingin menghaturkan banyak terima kasih, khususnya kepada Komunitas Pulpen atas kepercayaan yang sudah diembankan kepada saya.
Selamat untuk para pemenang. Tetap semangat untuk penulis yang karyanya belum terpilih.Â
Salam hangat. Salam terus berkarya. Keep writing!
***
Malang, 22 Oktober 2023
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H