Dua hari lalu seorang teman mengajukan pertanyaan seperti ini kepada saya, "Sejauh ini, selama menulis di Kompasiana, apakah Mbak Lilik yakin Kompasiana sudah menggunakan alat pendeteksi plagiat atau plagiarism detector?"Â
Sontak saya menjawab, "Ya, yakinlah! Sebagai blog besar, Kompasiana tentu sudah menerapkan alat itu. Bahkan mungkin alat yang digunakan super canggih. Sebab kalau tidak, Kompasiana akan sering kecolongan. Akan banyak artikel yang diunggah yang isinya ternyata hasil plagiasi."
Teman saya tampaknya belum puas. Dia bertanya lagi. Kali agak lebih spesifik.Â
"Bagaimana dengan kanal fiksi? Apakah sudah aman dari plagiarisme?"
Saya terdiam sejenak. Lalu mencoba menjawab sebisa saya.Â
"Menurutku, sih. Sejauh ini kanal fiksi aman-aman saja. Nyaris tidak terdengar pemilik akun di kanal fiksi terkena peringatan atau di-banned gara-gara melakukan pelanggaran plagiat."
Mendengar penuturan saya, teman saya, yang juga seorang pengamat literasi itu, tertawa renyah.Â
"Aman bukan berarti bebas dari plagiat, bukan? Bisa saja ada penulis 'nakal' yang telah melakukan plagiasi tapi tidak terdeteksi oleh pihak Kompasiana."
Penulis 'Nakal' dan Godaan Plagiasi
Perbincangan singkat pun usai. Tapi pernyataan terakhir teman saya itu cukup membekas di benak saya. Soal kemungkinan adanya penulis 'nakal' yang menyusup di Kompasiana. Mengingat di luar sana banyak sekali ditemukan kasus plagiasi.