Senja itu
Sebulir hujan bersembunyi di dalam saku celana
Usai kukirim pesan rindu yang membuncah itu, kepadamu
Lewat merpati tua yang terluka, yang mengaku takkan mampu lagi terbang tinggi di udara
Dan, ketika hendak kulepas pakaianku
Sebulir hujan yang bersembunyi di dalam saku celana sontak berseru gusar, "Hei, tunggu dulu! Aku ini hujan berjenis kelamin jantan. Status juga masih lajang. Jadi jangan lepas celanamu sembarangan!"
Sejak itu, aku dan sebulir hujan menjadi begitu dekat
Kami sepakat duduk berdampingan menikmati rona langit senja nan memikat
Sesekali mata kami bertemu pandang
Kadangkala jemari tangan tanpa sadar bertaut erat, saling menguatkan
Masih di senja itu
Kamu yang di sana, sudah saatnya kuberi tahu
Di sini aku bertahan baik-baik saja
Di sini aku sedang berjuang untuk bahagia
Bahagia dengan cara sederhana; melupakanmu, dan berjanji tuk berhenti berharap tentang kepulanganmu
(Di suatu senja lain; sebulir hujan yang masih bersembunyi di dalam saku celana, mendadak terasa basah)
***
Malang, 20 Agustus 2023
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H