Jantung Basuki nyaris copot mendengar seruan itu. Tubir bisa bicara? Sebab ia pernah mendengar, orang yang pernah mengalami kematian dan sempat dikuburkan akan kehilangan suara.Â
Entah siapa yang bilang begitu. Basuki lupa.
"Jangan hanya berdiri di situ, Pak Tua. Duduklah di sini. Di hadapanku."
Tubir tersenyum lebar. Sederet giginya yang kuning menyeruak, menyilaukan mata.
***
Tanpa diminta Tubir menceritakan pengalamannya sebelum dan sesudah ia mati.
"Cara matiku boleh dibilang agak memalukan. Aku sedang menggembala beberapa ekor kambing di padang rumput ketika salah satu anak kambing terlepas dari ikatannya dan kabur. Aku berlari mengejarnya. Tapi aku terpeleset kulit pisang yang kubuang sembarangan. Jatuhlah aku. Aku mungkin pingsan, atau mati, atau---entahlah. Tahu-tahu saat terbangun aku sudah berada di alam lain. Alam kubur." Tubir memulai ceritanya.
"Kamu sudah ditarap malaikat belum?" Basuki bertanya takut-takut. Tubir mengangguk, mengiyakan.
"Kalau boleh tahu, apa saja yang ditanyakan malaikat kepadamu?" Basuki bertanya lagi.
"Banyak. Tapi aku lupa. Aku hanya ingat salah satu dari malaikat menyuruhku segera pergi. Ia bilang aku belum waktunya mati." Tubir menjawab seraya menyelonjorkan kaki.
Basuki terdiam. Dan, sempat membatin. Ternyata ada juga malaikat yang lalai melakukan tugas. Sehingga salah mencabut nyawa orang.
Di luar kerumunan orang kian membludak. Mereka memaksa masuk ke dalam rumah Tubir. Karena kondisi sudah tidak terkendali lagi, para aparat keamanan terpaksa ikut turun tangan. Beberapa petugas berseragam membubarkan kerumunan itu dengan mengacung-acungkan pentungan.