"Oh, inggih. Si-ap, Pak. Akan saya coba!"
Penyunting Senyap
Naskah novel "Berdansa dengan Kematian " akhirnya dikirim via Email oleh Acek Rudy. Tidak main-main. Sebanyak 37 Bab, sekitar 400 halaman lebih.
Karena sudah menyanggupi dan mendapat kepercayaan penuh, saya pun bertekad 'untuk' dan 'harus' melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
Di sela-sela kesibukan, saya mulai menyimak alur, mempelajari karakter demi karakter yang sudah dibangun oleh penulis, dan mengamati keseluruhan isi novel.
Proses penyuntingan sendiri saya jadwalkan dini hari. Ketika suasana sedang senyap. Ini sudah menjadi kebiasaan rutin saya.Â
Oh, iya. Dalam menyunting novel milik Acek Rudy ini, saya tidak sekadar memperbaiki typo-typo, tata bahasa, atau kalimat rumpang, melainkan juga berusaha meleburkan diri ke dalam karakter setiap tokohnya. Untuk apa? Untuk menemukan chemistry agar proses dan hasil penyuntingan berjalan sesuai dengan harapan.
Saya Jatuh Cinta pada Sosok Zasil
Jujur, sepanjang penyuntingan berlangsung, saya terkagum-kagum dengan ide dan power menulis yang dimiliki oleh Acek Rudy. Cos tidak mudah menulis novel dengan tokoh sedemikian banyak, berbeda karakter, dan alur yang tidak biasa.Â
Dan, kalau boleh jujur, 'alur tidak biasa' inilah yang telah berhasil menarik perhatian saya. Serupa magnet. Saya jadi tertantang untuk terus melangkah, mengikuti perjalanan para tokoh, dan membantu menempa karakter mereka agar semakin kuat dan hidup.
Dan, salah satu tokoh yang menjadi favorit saya dalam novel "Berdansa dengan Kematian" ini adalah; Zasil.