Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Memaknai Ramadan dengan Menempa Kesabaran dan Mengekang Hawa Nafsu

1 April 2023   19:53 Diperbarui: 1 April 2023   19:59 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image https://pixabay.com


Duhai, Ramadan Kareem...

Allah telah memilihmu sebagai bulan istimewa di antara bulan-bulan yang lain. Bulan yang dilimpahi berkah. Bulan penuh ampunan. Bulan yang senantiasa dirindukan kehadirannya oleh umat Muslim di seluruh penjuru dunia.

Setiap Ramadan tiba, yang terlintas di ingatan adalah peristiwa besar itu. Di mana Allah meuurunkan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Saw. Tepatnya pada 17 Ramadan Tahun 610 Masehi.

Di bulan ini pula perintah menunaikan ibadah puasa ditetapkan sebagai salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seluruh umat Islam. Perintah yang tertulis di surat Al Baqarah ayat 185.

"Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia serta sebagai pembeda antara yang benar dan yang batil. Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah."

Memaknai Ramadan dengan Menempa Kesabaran

Ramadan memang identik dengan menjalankan ibadah puasa. Namun, tidak seperti ibadah lain yang termaktub di dalam Rukun Islam, ibadah puasa memiliki tantangan paling berat. Sebab dalam praktiknya, ibadah puasa tidak hanya sekadar menahan lapar dan haus, melainkan harus pula mampu mengendalikan hawa nafsu.

Hmm, hawa nafsu, ya?

Ini dia musuh tak terlihat yang ada di dalam diri sendiri, yang kadang sulit untuk ditaklukan. Yang bahkan bisa menjadikan seseorang terjerumus ke dalam perbuatan dosa dan tercela. Cos prinsip kerja hawa nafsu hanyalah mengejar kesenangan semata (pleasure principle).

Di setiap bulan Ramadan Allah menguji dan mengukur sejauh mana umatnya mampu mengendalikan hawa nafsu yang menguasainya. Sekuat apa umatnya bertahan meredam ketidakbaikan demi meraih rahmat, keselamatan, dan kebahagiaan kelak di akhirat.

Bisa dikatakan Ramadan adalah kawah candradimuka untuk menempa diri menjadi insan bertakwa yang lebih baik, seta lebih mengutamakan kesabaran di atas segalanya.

Bicara tentang kesabaran, duh, jadi kepingin merenung sejenak. Sudahkah diri ini menerapkan konsep sabar dengan senantiasa menjaga lisan, hati, dan perbuatan? Saya rasa belum. Diri ini masih perlu banyak belajar.

Makna Puasa sebagai Perisai Diri

Selain bernilai ibadah dan sebagai bukti ketaatan seorang hamba kepada penciptanya, puasa di bulan Ramadan bisa dimaknai sebagai perisai diri.

Dalam sebuah hadist Rasulullah Saw bersabda:

"Puasa merupakan perisai, janganlah kalian berucap kotor dan janganlah melakukan hal yang bodoh. Jika ada seseorang yang mengajak berkelahi atau mencaci maka hendaklah mengucapkan, 'Saya sedang berpuasa' (dua kali). Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggamanNya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada minyak kasturi. Ia meninggalkan makanan, minuman, dan syahwatnya karena Aku. Puasa adalah milikku dan Aku yang akan membalasnya." (HR Al-Bukhari)

Mengulik hadist di atas bisa disimpulkan bahwa setiap Muslim yang menjalankan ibadah puasa (dengan iklhas), sesungguhnya ia telah membentengi dirinya sendiri dari perbuatan hina dan tercela. Mampu menghindari perbuatan yang bisa membatalkan bahkan menghapus pahala ibadah puasanya. 

Ramadan sebagai Ladang Amal Kebajikan

Tabur tuai berlaku pula di bulan istimewa ini. Ramadan ibarat ladang subur yang siap ditanami bagi sesiapa yang memahami keutamaan yang terkandung di dalamnya. Dan, sesuai dengan janji Allah, barang siapa yang melakukan amal kebajikan di bulan suci Ramadan---apa pun itu bentuknya, maka Allah sendiri yang akan mengurusnya dengan memberi imbalan pahala 10 kali lipat.

Subhanallah.

Jika direnungkan lebih mendalam lagi, sesungguhnya Ramadan tidak saja menjembatani hubungan religi antara makhluk dan khaliknya, namun juga merekatkan hubungan sosial antar sesama ciptaaan Tuhan.

Apalah guna berpuasa jika hati kurang peka terhadap lingkungan dan sesama?

Saling peduli dan menjalin komunikasi yang baik adalah contoh amal kebajikan yang sangat dianjurkan di bulan Ramadan.

Sekali lagi, pada hakikatnya, berpuasa tidak sekadar menahan lapar dan dahaga. Tapi lebih dari itu. Berpuasa adalah upaya diri untuk meningkatkan ketakwaan, kesabaran, dan empati terhadap sesama sehingga mampu menumbuhkan rasa syukur dan rasa saling mengasihi.

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan 1444 H. Semoga kesabaran dan keikhlasan menjadi pintu rahmat dan berkah. Amiiin...

***
Malang, 01 April 2023
Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun