Sebagaimana menjadi menantu, menjadi ibu mertua itu ternyata gampang-gampang susah.
Bicara begini karena saya sudah berada di fase itu. Predikat 'ibu mertua' sudah saya sandang lebih dari sepuluh tahun. Jadi sedikit banyak saya sudah punya pengalaman dan tips-tips menjaga agar hubungan antara ibu mertua dan menantu tetap terjaga dengan baik.
Bicara Enam Mata
Jauh-jauh hari sebelum memasuki jenjang pernikahan, saya akan mengajak mereka---anak dan calon menantu, duduk melingkar dalam satu meja.
Pada kesempatan bicara enam mata itulah saya tidak segan memberi nasihat yang intinya; menakar sejauh mana kesiapan mereka baik secara lahir maupun batin. Karena berani menikah berarti sudah berani menanggung segala risiko yang akan terjadi di dalam sebuah kehidupan baru bernama rumah tangga.
Saya perlu menanyakan dan menekankan 'kesiapan' ini sebab pada dasarnya menikah bukanlah sekadar menghalalkan hubungan secara jasmani. Namun lebih dari itu.Â
Menikah ibarat membabat hutan belantara di mana di dalamnya akan banyak ditemukan kendala dan rintangan yang tidak bisa diduga-duga kemunculannya, yang mau tidak mau harus siap dihadapi.
Bersikap Netral dan Tahu Diri
Saya sudah punya 2 orang menantu. Alhamdulillah, sejauh ini belum pernah mengalami suatu konflik yang membuat perasaan di antara kami tidak nyaman. Kuncinya? Ya, itu tadi. Sebagai ibu mertua saya berusaha bersikap netral serta lebih mengedepankan rasa tahu diri.